Agus Sugiarto berpendapat bahwa bagi bank-bank yang menjadi agent of sales reksadana harus senantiasa menjunjung tinggi prinsip-prinsip kehati-
hatian dalam kegiatan operasional reksadana sebagaimana prinsip kehati- hatian dalam kegiatan usaha bank yang telah digariskan oleh Bank
Indonesia.
207
Krisna Wijaya mengemukakan salah satu upaya bersama yang telah dilakukan berbagai Negara yang berkaitan dengan stabilitas sistem perbankan
adalah kesepakatan untuk terus melakukan deregulasi. Tujuan utama deregulasi tersebut diatas tidak lain adalah untuk meningkatkan prinsip-
prinsip kehati-hatian pengelolaan bank prudential banking.
208
Sedangkan dalam BUMN yang bergerak di bidang non perbankan seperti PT. Telkom, Bulog, Perusahaan Listrik Negara, dan lain-lain secara
selintas belum terlihat dan akan menjadi kajian lebih mendalam pada penilitian dari disertasi ini.
2. Standar Acuan Prinsip Kehati-hatian
Pada kajian dan penelitian tentang prinsip kehati-hatian prudential ini, yang dijadikan standar acuan adalah sistem yang telah ada dan berjalan
pada dunia perbankan di Indonesia.
207
Agus Sugiarto, Prinsip Kehati-hatian Bank Dalam Kegiatan Reksadana, dimuat diharian Kompas, 11 September 2003
208
Lihat www.jurnalarlemen.comdownload.php?f=krisna.pdf
, Krisna Wijaya, Transformasi Bank Indonesia, diakses pada tanggal 26 Mei 2010
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi dasar pertimbangan dipilihnya standar di perbankan menjadi acuan yang ideal antara lain adalah bank sebagai lembaga
intermediasi yang menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri. Industri
perbankan merupakan suatu industri yang sangat bertumpu pada “kepercayaan” fiduciary masyarakat yang memiliki uang untuk disimpan
209
di bank. Dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut bank menghadapi berbagai risiko, baik risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional maupun
risiko reputasi. Banyaknya ketentuan yang mengatur sektor perbankan dalam melindungi kepentingan masyarakat, termasuk ketentuan yang mengatur
kewajiban modal minimum sesuai kondisi bank, batas pemberian kredit dan ketentuan yang mengatur mengatasi bank yang mengalami krisis, menjadikan
sektor perbankan yang “highly regulated”. Pengurus bank adalah profesi yang dituntut memiliki standar kehati-hatian yang tinggi dalam mengelola bank.
Alasannya adalah bank sebagai industri keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan merupakan jantung perekonomian dan dana yang disalurkan dalam bentuk kredit bukan berasal
dari pemilik bank.
210
209
Hikmahanto Juwana, Bunga Rampai Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional, Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2002, hal. 4.
210
Zulkarnain Sitompul, “Bankir Perlu Berhati-hati”, Harian Ekonomi Pembaca, 8 Januari 2008
Universitas Sumatera Utara
Di samping itu menyimak pendapat Ross Cranston
211
sebagaimana yang diuraikan di atas, bahwa aturan kehati-hatian prudential regulation di
perbankan mencakup aturan prefentif dan aturan protektif. Ketentuan yang bersifat prefentif pencegahan mencakup hal-hal yang bersifat teknis yang
sengaja diadakan untuk membentengi krisis dengan cara monitoring manajemen bank, kecukupan modal, solvensi likuiditas, serta batas
maksimum pemberian kredit. Ketentuan bersifat protektif bermaksud untuk memberikan perlindungan kepada bank terutama pada saat krisis mengancam
seperti fasilitas pinjaman dari bank sentral lender of last resort. Ketentuan- ketentuan yang bersifat prefentif dan protektif tersebut telah diakomodasikan
dalam Undang-Undang Perbankan yang merupakan sisi dasar “Aspek Hukum Implementasi Prinsip Kehati-hatian” perbankan di Indonesia, sebagaimana
yang terdapat dalam surat edaran BI No. 912DPNP tentang Pelaksanaan GCG yang mengandung asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi dan kewajaran.
3. Aspek Hukum Prinsip Kehati-hatian pada Perbankan di Indonesia