Hubungan dengan Pemerintah Hubungan dengan Pemasok

a Segala bentuk hadiah, pemberian khusus maupun hiburan yang bersifat tidak resmi; b Pemberian atau penawaran uang, biaya, komisi, kredit, hadiah, benda berharga atau kompensasi dalam bentuk apapun yang melebihi kewajaran.

7. Hubungan dengan Pemerintah

ANTAM berkomitmen untuk membangun hubungan dengan semua instansi dan pejabat pemerintah berdasarkan standar etika bisnis dan peraturan perundangan yang berlaku. 186 1 Standar Etika a Tunduk pada peraturan perundangan yang berlaku khususnya mengenai hubungan dengan pemerintah; b Membangun hubungan yang harmonis dengan pemerintah selaku pihak regulator dan pemegang saham; c Mengharuskan semua Mitra Kerja ANTAM untuk mematuhi standar etika hubungan dengan pemerintah yang diterapkan ANTAM; d Jujur dan transparan dalam berhubungan dengan semua instansi dan pejabat pemerintah; 186 Dalam rangka menciptakan situasi kondusif untuk melaksanakan Good Public Governance diperlukan tiga pilar, yaitu negara, dunia usaha dan masyarakat. Dunia usaha juga berkewajiban untuk berpartisipasi aktif memberikan masukan dalam perumusan dan pelaksanaan peraturan perundang- undangan dan kebijakan publik yang bertalian dengan sektor usahanya. Lihat KNKG, Public Governance Jakarta: Penerbit Salemba, 2008 hal 150 Universitas Sumatera Utara e Setiap pelaporan, pernyataan, sertifikasi dan pemohonan yang ditujukan kepada pemerintah harus transparan, jelas, akurat, lengkap, serta tidak mengandung hal-hal yang dapat disalahtafsirkan. 2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan a Persyaratan-persyaratan khusus atau pengenaan biaya yang tidak sah sehubungan dengan proses perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah; b Penyerahan informasi atau data perusahaan yang tidak akurat atau tidak lengkap yang dibutuhkan oleh pemerintah; c. Pelanggaran atas peraturan pemerintah mengenai larangan pemberian hadiah dan peraturan mengenai pemberian hiburan serta prosedur pensertifikatan.

8. Hubungan dengan Pemasok

ANTAM mendasarkan hubungan perusahaan dengan pemasok pada prinsip-prinsip usaha yang sah, efisien dan wajar fair. Antam mengharapkan agar setiap pemasok selalu menjunjung tinggi Universitas Sumatera Utara peraturan perundangan yang berlaku dalam berhubungan dengan Insan Antam, antar pemasok dan ANTAM sebagai sebuah perusahaan. 187 1 Standar Etika a Mengikuti seluruh peraturan pengadaan barang dan jasa yang ditetapkan ANTAM, pada saat melakukan pengadaan atas barang atau jasa yang dibutuhkan; b Memberikan kesempatan bagi pemasok usaha kecil terutama pengusaha lokal, untuk mendapatkan bagian dari volume pembelian ANTAM; c Antam hanya menggunakan pemasok-pemasok yang memenuhi kualifikasi yang ditetapkan ANTAM dan secara konsisten mampu memenuhi standar kualitas, biaya dan pengiriman yang diharapkan pelanggan; d. Melakukan hubungan kerja hanya dengan pemasok yang mematuhi peraturan perundangan yang berlaku dan persyaratan tambahan dari ANTAM, terutama yang berkaitan dengan perburuhan, lingkungan, kesehatan dan keamanan, hak kekayaan intelektual dan pembayaran yang tidak wajar. 2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan 187 Pemasok adalah salah satu mitra bisnis perusahaan, maka perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin dilaksanakannya hak dan kewajiban mitra bisnis sesuai dengan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Perusahaan dan mitra bisnis berkewajiban untuk merahasiakan informasi dan melindungi kepentingan masing-masing pihak. Lihat KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006 hal 24 Universitas Sumatera Utara a Pemilihan pemasok yang tidak melalui pelelangan tender yang terbuka dan kompetitif; b Potensi konflik kepentingan dalam pemilihan pemasok, termasuk penerimaan uang, hadiah, hiburan atau barang lain yang berharga, kecuali yang secara tegas sesuai dengan kebijakan perusahaan; c Pemilihan pemasok yang dimiliki atau dikelola oleh keluarga atau teman; d. Pemasok tidak memenuhi persyaratan Antam mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Pertambangan K3LP dan peraturan ketenagakerjaan; e Lemahnya kontrol terhadap proses pengadaan perusahaan; f Praktek mark-up harga dan kuantitas, kolusi diantara pemasok dalam penetapan harga price fixing maupun pembagian pekerjaan bid pooling dan ketergantungan kepada suatu pemasok dalam jangka panjang.

9. Perdagangan Internasional