Perancis Penerapan Corporate Governance di Beberapa Negara

masuknya investor institusi internasional, sedangkan perusahaan- perusahaan besar di Jerman semakin memerlukan kucuran dana investasi dari para investor global tersebut. Pada Januari 2000, Jerman mengakomodir tekanan internasional dan menghasilkan corporate governance code yang menjadi pedoman nasional mereka. Suatu diskusi panel yang terdiri dari perwakilan perusahaan-perusahaan besar, menengah dan kecil, pengacara, investor individu dan institusi menghasilkan suatu code yang fokus pada disklosur yang telah disempurnakan, kemudian voting pemberian suara, pembayaran atas kinerja dan profesionalisme supervisory board, serta perlindungan hak-hak pemegang saham minoritas. Rekomendasi atau saran hasil German Corporate Governance Code yang sudah secara luas dipraktikkan adalah pemberdayaan supervisory board, yang bekerja secara profesional, dan bertanggung jawab kepada para pemegang saham.

b. Perancis

Manajemen pada perusahaan di Perancis berkuasa secara ekstrim, le president directeur-general PDG bebas melakukan pengendalian atas perusahaan. Satu orang menentukan strategi perusahaan, menjalankannya, dan mengendalikannya, tanpa counter power dari board of directors. Dalam pembentukan board system, Universitas Sumatera Utara terdapat aturan legal yang kompleks yang mempengaruhi struktur dan komposisi board. 120 Perusahaan Perancis bisa memilih di antara 2 metode board governance yaitu bisa mengambil suatu unitary boardroom structure seperti Anglo Saxon one-tier board system atau two-tier board seperti pada perusahaan Jerman. Dalam praktik, kebanyakan perusahaan di Perancis memilih one-tier board system dalam sistem governancenya. Perancis melancarkan reformasi corporate governance melalui code of best practices yang dikeluarkan tahun 1995 Vienot I dan 1999 Vienot II, diketuai oleh Marc Vienot. Di bawah Undang- undang Perancis, Perusahaan dapat memilih one-tier board system dengan mengkombinasikan Chair Chief Executive Officer, atau two- tier structure, memiliki manajemen dan supervisory board yang terpisah dan juga memisahkan antara Chairman dan CEO. Laporan Vienot I memfokuskan rekomendasinya pada komposisi, fungsi, dan kewajiban board of directors perusahaan- 120 Menyimak UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, baik yang berbentuk Persero maupun Perum keduanya menganut two tier system, yang berdasarkan Pasal 19 menyebutkan, dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi wajib mencurahkan tenaga pikiran dan perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan perusahaan, sedangkan Pasal 31 menegaskan Komisaris bertugas mengawasi Direksi dalam menjalankan kepengurusan Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi; khusus bagi Perum tugas pengawasan dan memberi nasihat terhadap Direksi dilakukan oleh Dewan Pengawas Pasal 60. Demikian juga dengan UU PT No. 40 Tahun 2007 Pasal 92, tugas kepengurusan Perseroan dilakukan oleh Direksi; sedangkan tugas mengawasi dan memberi nasihat kepada Direksi dilakukan oleh Komisaris. Pasal 108 Universitas Sumatera Utara perusahaan publik Perancis. Sementara disamping mengulangi berbagai rekomendasi pada Vienot I, Vienot II merekomendasikan agar perusahaan-perusahaan publik Perancis lebih memperhatikan masalah independensi dari board of directors. Laporan Vienot II juga mengusulkan beberapa reformasi yang signifikan berkaitan dengan kegiatan operasi Dewan, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pada tingkat Dewan. 121 Vienot II misalnya merekomendasikan agar sedikitnya 13 komite audit dan 13 komite nominasi adalah independent directors atau Komisaris Independen. Selain itu Vienot II juga merekomendasikan agar laporan tahunan mengungkapkan kompensasi yang diterima manajemen. Bouton report merupakan reaksi terhadap skandal Enron dan Vivendi Universal. Laporan setebal 25 halaman ini dikeluarkan pada tanggal 23 September 2002, berisi penekanan yang lebih keras terhadap pentingnya independensi board of directors, peran komite- komite, dan independensi board of directors, peran komite-komite, dan independensi auditor serta transparansi dan kebenaran informasi finansial. 121 Robert A.G. Monks and Nell Minow, Corporate Governance Blackwell Publishing 2004 hal.335 Universitas Sumatera Utara

c. Jepang