prinsipnya hal ini dibutuhkan untuk menjamin terjaganya kepentingan berbagai pihak yang berhubungan dengan perusahaan, sehingga dengan
berjalannya mekanisme ini, diharapkan dapat menghasilkan dampak lanjutan yang positif terhadap perkembangan perekonomian suatu negara
untuk tercapainya kemakmuran masyarakat the wealth of nation seperti kondisi sebagaimana yang dimaksud oleh Adam Smith.
78
2. Teori dan Pengertian Corporate Governance
Teori utama yang terkait dengan corporate governance, sebagaimana dikutip oleh Mas Achmad Daniri
79
, ada dua yaitu Stewardship theory dan agency theory.
Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu
bertindak dengan penuh tangung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang
dikehendaki oleh para pemegang saham. Stewardship theory memandang manajemen sebagai institusi yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan
sebaik-baiknya bagi kepentingan stakeholders pada umumnya maupun shareholders pada khususnya.
78
Ibid, hal. 11.
79
Mas Achmad Daniri; Good Corporate Governance, Konsep dan penerapannya dalam konteks Indonesia, Jakarta: Ray Indonesia, 2006, hal. 5-6.
Universitas Sumatera Utara
Agency theory memandang
bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi pemegang saham, yang akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri,
bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana yang diasumsikan dalam stewardship model. Bertentangan dengan
stew
ardship
theory, agency theory memandang bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk
bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan stakeholders pada umumnya maupun shareholders pada khususnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respons yang lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada.
Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory, di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi
dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan yang berlaku. Upaya ini
menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang harus dikeluarkan sebagai biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan
setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya. Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham; dan biaya yang dikeluarkan
oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal.
Di berbagai kalangan pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan dan lain sebagainya corporate governance merupakan isu yang tidak pernah
usang dan selalu menarik minat mereka untuk memperbincangkannya secara
Universitas Sumatera Utara
serius
80
, sehingga pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Kajian atas corporate governance mulai
disinggung pertama kalinya oleh Barle dan Means pada tahun 1932, yang dalam kajian mereka memisahkan antara kepemilikan saham ownership
dengan pengawas pada suatu perusahaan modern. Pemisahan tersebut pada gilirannya telah memunculkan konflik kepentingan conflik of interest antara
para pemegang saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang tersebar dispersed ownership.
81
Di Indonesia istilah corporate governance seringkali diterjemahkan sebagai tata kelola perusahaan.
82
Sedangkan pengertian corporate governance itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak institusi dan para pakar. Berikut ini
80
Lihat juga Sedarmayanti yang mengemukakan bahwa berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan Corporate Governance menjadi isu
penting di kalangan eksekutif, Non Government Organization NGO, kosultan korporasi, akademisi, dan pembuat kebijakan pemerintah di berbagai belahan dunia.
Isu yang terkait dengan Corporate Governance seperti insider trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab sosial, dan perlindungan
investor telah menjadi ungkapan lazim dibicarakan di kalangan pelaku usaha. Corporate Governance juga telah menjadi salah satu isu penting bagi pelaku usaha di
Indonesia. Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance, Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2007, hal. 59.
81
Indra Surya Ivan Yustiavandana, Op.Cit., hal. 24.
82
Dalam konteks GCG, di kalangan pemerintah governance sering juga disebut “tata pamong” atau “penadbiran”, sedangkan di kalangan pebisnis istilah GCG sering diartikan “tata
kelola”. Dengan mengikuti kelaziman tersebut, maka istilah corporate governance dan tata kelola perusahaan yang dipergunakan oleh penulis secara bergantian dalam disertasi ini memiliki pengertian
dan maksud yang sama.
Universitas Sumatera Utara
disajikan beberapa definisi corporate governance yang banyak digunakan sebagai acuan dalam diskusi dan tulisan-tulisan.
83
Usaha untuk melembagakan corporate governance untuk kali pertama dilakukan oleh Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992
dengan membentuk Cadbury Committee. Komite ini bertugas menyusun corporate governance code yang menjadi acuan utama benchmark di
banyak negara. Menurut Komite ini corporate governance adalah “sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar
mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya”.
84
The Organization for Economic Cooperation and Development OECD merupakan salah satu organisasi international yang sangat aktif
mendukung implementasi dan perbaikan corporate governance di seluruh dunia. OECD mendefinisikan corporate governance sebagai berikut
85
: “Corporate Governance is the system by which business corporations
are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different
participants in the corporation, such as the board, the managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and
procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it
83
Lihat Etty Retno Wulandari, Good Corporate Governance: Konsep, Prinsip, dan Praktik, Jakarta: Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia, 2007, hal. 9.
84
Lihat Misahardi Wilamarta, Op.Cit., hal. 40.
85
Lihat Siswanto Sutojo E. John Aldridge, Op.Cit., hal. 2-3
Universitas Sumatera Utara
also provides the structures through which the company objectives are set, and means of attaining those objectives and monitoring
performance”. Sementara itu, Asian Development Bank ADB sebagai suatu
organisasi yang mendorong perkembangan ekonomi negara-negara di benua Asia juga menaruh perhatian yang besar terhadap corporate governance.
Dalam laporannya sebagai hasil penilaian terhadap kondisi corporate governance di 5 negara Asia, ADB 2001 mendefinisikan corporate
governance sebagia berikut: “A corporate governance system consists of 1 a set of rules that
define the relationships between shareholders, managers, creditors, the government and other stakeholders i.e. their respective rights and
responsibilities and 2 a set of mechanisms that help directly or indirectly to enforce these rules”p.5.
Stijn Claessens Joseph P.H. Fan antara lain mengemukakan bahwa
pengertian tentang corporate governance dapat dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku
perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham dan stakeholders. Kategori pertama
ini akan sangat cocok untuk dijadikan dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di satu negara, misalnya melihat bagaimana dewan
direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi executive
perusahaan. Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka secara normative, yaitu segala ketentuan hukum, baik yang berasal dari sistem hukum, sistem
Universitas Sumatera Utara
peradilan, pasar keuangan dan sebagainya, yang mempengaruhi perilaku perusahaan. Kategori kedua ini dijadikan dasar analisis dalam mengkaji
corporate governance secara komparatif, misalnya melihat bagaimana berbagai perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun akan
mempengaruhi pola perilaku perusahaan, investor dan lainnya.
86
Berdasarkan beberapa pengertian corporate governance tersebut di atas, maka corporate governance secara ringkas dapat diartikan sebagai suatu
sistem yang mengandung elemen-elemen tertentu untuk menata, mengendalikan dan mengawasi perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan
secara optimal.
3. Jenis-jenis Corporate Governance