Apabila di suatu negara telah ada code yang menjadi rujukan atau pedoman praktik good corporate governance GCG, maka code
tersebut harus diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di negara tersebut.
4. Penerapan Corporate Governance di Beberapa Negara
a. Jerman
Praktik bisnis di Jerman menggunakan kerangka kerja institusi dengan berbasis two-tier board system. Semua public limited company
AG dan private limited company GmbH yang memilik karyawan lebih dari 500 orang mempunyai supervisory board aufsichtstrat dan
executive board merupakan bagian yang sah dalam perusahaan untuk melakukan pertemuan dalam rapat tahunan.
118
Supervisory board pertama kali ditunjuk oleh pendiri, dan selanjutnya oleh rapat pemegang saham. Sepertiga untuk perusahaan
kecil sampai setengah untuk perusahaan dengan karyawan lebih dari 2000 orang anggota supervisory board dipilih oleh karyawan, dan
sisanya oleh shareholders. Supervisory board secara umum terdiri dari penasihat-
penasihat profesional korporasi seperti pengacara, akuntan, perwakilan dari bank, dan perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai hubungan
118
Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini, Log. Op. cit, hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
bisnis dengan korporasi. Shareholders dapat mengganti supervisory board setiap saat dengan mayoritas ¾ suara. Periode penugasan
supervisory board maksimal 4 tahun dengan remunerasi yang ditentukan oleh perusahaan dan disetujui oleh rapat umum. Executive
board ditunjuk oleh supervisory board dengan periode maksimum 5 tahun.
119
Perencanaan strategik, pengawasan bisnis sehari-hari dan kajian atas kinerja perusahaan merupakan kompetensi executive board,
tetapi keputusan penting tetap berada di tangan supervisory board yang memilik hak veto. Pada praktiknya, pemisahan dua Dewan tidak
dipertahankan dengan kaku, misalnya anggota supervisory, yang berasal dari perwakilan bank dapat melakukan persetujuan langsung
dengan executive board. Dan terkait isu yang sangat penting, seperti takeovers, suatu komite informal terdiri dari supervisory board dan
executive board dapat dibentuk. Seperti negara-negara lain, German juga memiliki Governance
Code. Praktik governance di Jerman saat ini karena kurangnya disclosure masih dianggap menjadi hambatan yang signifikan bagi
119
Di Indonesia berdasarkan UU PT No. 40 Tahun 2007 Pasal 121, menegaskan bahwa dalam menjalankan tugas pengawasan, Dewan Komisaris dapat membentuk komite yang antara lain
komite audit, komite remunerasi, nominasi, yang anggotanya seorang atau lebih anggota Dewan Komisaris; Di dunia perbankan telah diatur lebih detail dengan dilengkapi dengan komite pemantau
risiko. Peraturan Bank Indonesia No. 84PBI2006 Pasal 39 ayat 1, anggota Komite pemantau risiko paling kurang terdiri dari seorang Komisaris Independen sebagai Ketua, seorang Pihak Independen
yang memiliki keahlian dibidang keuangan, dan seorang Pihak Independen yang memiliki keahlian di bidang manajemen risiko.
Universitas Sumatera Utara
masuknya investor institusi internasional, sedangkan perusahaan- perusahaan besar di Jerman semakin memerlukan kucuran dana
investasi dari para investor global tersebut. Pada Januari 2000, Jerman mengakomodir tekanan
internasional dan menghasilkan corporate governance code yang menjadi pedoman nasional mereka. Suatu diskusi panel yang terdiri
dari perwakilan perusahaan-perusahaan besar, menengah dan kecil, pengacara, investor individu dan institusi menghasilkan suatu code
yang fokus pada disklosur yang telah disempurnakan, kemudian voting pemberian suara, pembayaran atas kinerja dan profesionalisme
supervisory board, serta perlindungan hak-hak pemegang saham minoritas. Rekomendasi atau saran hasil German Corporate
Governance Code yang sudah secara luas dipraktikkan adalah pemberdayaan supervisory board, yang bekerja secara profesional,
dan bertanggung jawab kepada para pemegang saham.
b. Perancis