Kerangka Konsep Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

diakomodasikan dengan jelas oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-udang Nomor 23 Tahun 1999 tetang Bank Indonesia yang dijabarkan oleh PBI Nomor 84PBI2006 dan Surat Edaran Nomor 912DPNP tanggal 30 Mei 2007 sehubungan dengan penerapan asas- asas GCG dengan lima prinsip dasar transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,independensi dan kewajaran. Konsep perlindungan terhadap pengurus perusahaan dapat dilihat pada Undang-undang Perseroan Terbatas PT dimana direksi maupun komisaris tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan apabila dapat membuktikan telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian.

2. Kerangka Konsep

Dalam penulisan disertasi ini digunakan sejumlah definisi operasional yang dipandang penting antara lain 68 : a. Badan Usaha Milik Negara, yang disingkat BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pasal 1 angka 1 68 Pasal 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN memberikan definisi Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Perseroan, Perusahaan Perseroan Terbuka, Perusahaan Umum, Komisaris, Dewan Pengawas, Direksi, Kekayaan Negara, Restrukturisasi, Privatisasi, Rapat Umum Pemegang Saham Universitas Sumatera Utara b. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuannya mengejar keuntungan. Pasal 1 angka 2 c. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Pasal 1 angka 3 d. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi-bagi atas saham, yang ber tujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barangatau jasa yang ber mutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan. Pasal 1 angka 4 e. Komisaris adalah organ Persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero. Pasal 1 angka 7 f. Dewan Pengawas adalah organ Perum yang bertugas melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum. Pasal 1 angka 8 Universitas Sumatera Utara g. Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan. Pasal 1 angka 9 h. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Persero yang memegang tertinggi dalam Persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris. Pasal 1 angka 13 i. Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero danatau Perum serta perseroan terbatas lainnya. Pasal 1 angka 10 j. Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Pasal 1 angka 12 k. Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. Pasal 1 angka 11 l. Good Corporate Governance GCG adalah “suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan Direksi, Dewan Komisaris, RUPS guna memberikan nilai tambah kepada pemegang Universitas Sumatera Utara saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku”. 69 m. Good Corporate Culture GCC adalah “suatu kondisi dimana suatu organisasi atau perusahaan sudah mempunyai sistem nilai-nilai yang unggul, serta telah diyakini oleh semua anggota organisasi, diterapkan dan dikembangkan secara berkesinambungan, dan secara sadar menjadi sistem perekat, untuk dijadikan sebagai acuan berperilaku dalam mencapai tujuan organisasi yang telah diterapkan”. 70 n. Kehati-hatian adalah sikap pengurus yang bersungguh-sungguh mempedomani dan menjalankan asas asas Good Corporate Governance. o. Kerugian Perusahaan adalah sesuatu yang dianggap mendatangkan rugi atau kerusakan bagi perusahaan 71 69 Ibid. OECD mendefinisikan corporate governance adalah “sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan”. Stilpon Nestor John K. Thompson, “Corporate Governance Patterns in OECD Economies: Is Convergence Underway”, Makalah disampaikan pada seminar Corporate Governance in Asia: A Comparative Perspective, Paris : 2001, hal. 37; Bank Dunia World Bank mendefinisikan GCG sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan; Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor 117M-MBU2002 tertanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan GCG pada BUMN menetapkan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Sedangkan pengertian GCG menurut Muh. Arief Effendi, adalah seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah value added bagi para pemangku kepentingan. Muh. Arief Effendi, Op. Cit., hal. 1-2. 70 Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Culture sebagai inti dari Good Corporate Governance, Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, JQNUQRI 2006, hal 71 71 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka, Tahun 1987, hal. 756 Universitas Sumatera Utara

E. Metodologi Penelitian