Fiduciary Ruang Lingkup Hubungan Fidusia amanah 1. Good Faith Bertindak dengan Itikad Baik

principles upon which a proper exercise of business judgement is demanded of them”. Dengan demikian sebenarnya direksi tidak perlu takut mengambil keputusan bisnis, sepanjang keputusan tersebut diambil berdasarkan itikad baik dan tidak melanggar fiduciary duty serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. 228

2. Fiduciary

Analisis secara tradisional tentang fiduciary duty difokuskan pada duty of loyalty dan duty of care yang untuk pemahamannya dapat dijelaskan sebagai berikut : a. The duty of loyalty, dalam formulasi yang sangat sederhana adalah suatu sikap yang mendahulukan kepentingan perusahaan corporate opportunity daripada kepentingan pribadi dengan cara melawan conflict of interest benturan kepentingan para direktur dan menghindari self dealing transaksi untuk kepentingan pribadi. 229 228 Ibid. 229 William A. Klein, dkk, Business Organization and Finance, Legal and Economic Principles, Foundation Press, 2004, hal.34 Universitas Sumatera Utara b. The duty of care, dimaksudkan agar para direktur dalam menjalankan perusahaan bersikap hati-hati dan dalam mengambil keputusan harus dilakukan secara professional. 230 Hubungan antara pemegang saham dan pengelola perusahaan pada hakekatnya adalah hubungan yang didasari oleh kepercayaan fiduciary yang kemudian didorong oleh itikad baik good faith sehingga tindakan para pengelola perusahaan terutama para direksi menjadi lebih akuntabel. Dalam mengelola kegiatan perusahaan secara operasional, para direksi hendaklah mempedomani secara sungguh-sungguh the duty of loyalty dan the duty of care sehingga GCG dapat terimplementasikan secara optimal. Hubungan antara pengurus perusahaan yang diaktualisasikan oleh Direksi dan Dewan Komisaris dengan perseroan senantiasa didasari hubungan bersifat amanah atau yang sering disebut “hubungan fidusia”, hal mana harus disadari oleh masing-masing Direksi dan Dewan Komisaris bahwa mereka akan menjalankan tugas dan kewajibannya semata-mata untuk kepentingan perusahaan dan akan selalu berlaku jujur dan adil terhadap pemangku kepentingan lainnya stakeholder. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris harus menyadari bahwa adanya perusahaanlah yang menyebabkan reason of existence mereka telah dipilih dan diangkat sebagai anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Dengan 230 Sean J.Griffith, Good faith Bussiness Judgment; Theory of Rhetoric in Corporate Law Jurisprudence, Law journal Volume 55 October 2005, hal. 16. Universitas Sumatera Utara demikian jelas bahwa tanpa adanya perusahaan merekapun tidak pernah menjabat sebagai anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Oleh karena itu anggota Direksi dan Dewan Komisaris harus mengabdi kepada kepentingan perusahaan atau harus menempatkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pihak lain manapun. 231 Oleh karena itu sangat penting melakukan kontrol terhadap perilaku dari para direktur yang mempunyai posisi dan kekuasaan besar dalam mengelola perusahaan, termasuk menentukan standar perilaku standard of conduct untuk melindungi pihak-pihak yang akan dirugikan apabila seorang direktur berperilaku tidak sesuai dengan kewenangannya atau berperilaku tidak jujur. 232 Prinsip kehati-hatian tersebut merupakan duty of skill and care 233 para pelaku usaha yang harus tercermin pada sikap dan perilaku manajemen dan direksi yang harus built-in yang secara detail yang dituangkan dalam sistem dan prosedur dalam bentuk tertulis. Jika sekiranya sistem dan prosedur yang didasari prinsip kehatian-hatian itu berjalan pada setiap perusahaan, maka hal tersebut dapat menjadi alat kontrol dan juga akan memudahkan pengawasan eksternal dan internal yang dilakukan institusi pengawasan yang kompeten. Namun karena pada kenyataannya fungsi pengawasan seringkali lemah dan 231 Partomuan Pohan, Tugas, Kewajiban dan Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris PT, Jakarta, LKDI Mei 2009, hal. 10. 232 Bismar Nasution, Pengelolaan “Stakes holder”, Sei Karang Oktober 2008, hal. 2. 233 Widjaya IG.Rai, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Jakarta: Keasint Blanc, 2000 hal.72. Universitas Sumatera Utara institusi pemerintah juga bertindak lambat dalam melakukan tindakan hukum terhadap pelaku ekonomi yang menyimpang, sehingga mengakibatkan iklim berusaha yang sehat tidak berjalan dengan baik. Kelemahan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam GCG dapat ditemukan pada perusahaan yang mengalami krisis keuangan. Pada sisi lainnya, oleh karena lemah atau kurangnya pengawasan sehingga menimbulkan terjadinya penyimpangan pada BUMN. Berlandaskan hipotesis bahwa jika prinsip kehati-hatian yang didukung prinsip kepatuhan tidak dijalankan, maka BUMN tersebut berarti tidak dikelola berlandaskan asas GCG, sehingga menyebabkan perusahaan mengalami krisis keuangan. Direksi sebagai organ perusahaan bertanggung jawab penuh with full sense of responsibility dan mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan persona standi in judicio. Untuk itu ia diwajibkan memiliki itikad baik good faith. Dengan melaksanakan tugasnya berdasarkan kepercayaan fiduciary duties, trust and confidence, maka ia dipandang mampu dan dapat dipercaya karena akan bertindak sebaik-baiknya untuk kepentingan stakeholders dan shareholders. Para direktur terikat oleh semua aturan nurani keadilan, moralitas, dan kejujuran dalam tujuan menerapkan hukum sebagai panduan dalam tanggung jawab dan kewajiban fiduciary dimana ukuran tertinggi terletak pada kejujuran, tidak mementingkan diri Universitas Sumatera Utara sendiri dan memiliki itikad baik. 234 Namun demikian agar tugas-tugas yang dilakukan tetap berjalan dalam koridor ketentuan Undang-undang statutory duties maka perlu dilakukan suatu sistem pengawasan yang efektif. 235 Kemungkinan direksi melakukan kesalahan terlihat dan dapat diamati, karena benturan kepentingan conflict of interest misalnya, direksi terikat untuk tidak mengambil keuntungan pribadi no secret profit rule atas opportunity yang seharusnya milik perseroan. 236 Demikian juga halnya jika direksi melakukan perbuatan diluar ruang lingkup tugas dan kewajibannya serta berada di luar kewenangan perusahaan ultra vires; maka direksi harus bertanggung jawab secara tanggung renteng apabila perusahaan pailit dan harta perusahaan tidak cukup untuk melunasi hutang perusahaan. Jika suatu tindak pidana dilakukan oleh dan untuk suatu korporasi perusahaan maka pertanggungjawaban pelaksanaan atas tindakan korporasi dibatasi kepada yang mempunyai kedudukan fungsional dalam struktur organisasi korporasi, dan korporasi itu sendiri sebagai subjek tindak pidana. Menilai kinerja Direksi bukanlah hal yang mudah, dan dilakukan oleh para anggota Direksi itu sendiri; namun jika dilakukan dengan benar, penilaian itu akan membantu Direksi menjadi lebih efektif, dengan memperjelas apa yang menjadi 234 Robert W. Hamilton, Cases and Materials on Corporations Including Partnerships and Limited Partnership, 4 th Edition, West Publishing Co., St Paul, Minn, 1990, hal. 685-686 235 Harold Arthur John Ford, Principles of Company Law, 5 th Edition, Butterworths Pty. Limited, 1990, hal. 447 236 James D. Cox, op. cit., hal 275 Universitas Sumatera Utara tanggung jawab perorangan maupun kolektif. Hal demikian akan membantu memperbaiki hubungan kerjasama antara anggota Direksi dengan senior manajemennya. 237 C. Aspek Hukum Pidana Pelanggaran Prinsip Kehati-hatian dalam Konteks GCG yang Menarik Perhatian Masyarakat Standar Acuan prinsip kehati-hatian berdasarkan ketentuan perundangan- undangan pada perbankan maupun Badan Usaha Milik Negara dalam rangka tata kelola yang baik Good Corporate Governance adalah asas responsibilitas atau pertanggungjawaban yaitu setiap pengelola perusahaan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Sehingga apabila Direksi melakukan perbuatan yang bersifat ultra vires yang berindikasi pidana atau ada perbuatan yang dapat digolongkan kepada menyalahgunakan wewenang atau perbuatan melawan hukum maka harus diproses dan diselesaikan menurut jalur hukum yang berlaku.

1. Kasus ECW Nelloe mantan Dirut Bank Mandiri.