Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Kosasih Djahiri merumuskan IPS sebagai pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya, kemudian di olah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan 6 . Dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah ilmu yang membahas tentang kehidupan sosial manusia yang erat kaitannya dengan hubungan manusia dengan manusia beserta dinamikanya maupun hubungan manusia dengan alam, baik pada masa sekarang maupun masa masa yang lampau. Dengan diterapkannya pembelajaran IPS di setiap jenjang sekolah, membuktikan bahwa IPS merupakan pelajaran yang penting untuk dipelajari oleh peserta didik. Ruang lingkup pembelajaran IPS sendiri meliputi keadaan bumi, manusia, kehidupan sosial budaya, kehidupan ekonomi dan perubahan sosial. Pembelajaran IPS mempunyai tujuan yang sangat penting yang harus dipahami oleh pendidik dan peserta didik. Tujuan pembelajaran IPS tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yaitu agar peserta didik memiliki kemampauan sebagai berikut: 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadara terhadap nilai-nilai sosial dan kemanuasiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global 7 . Dari tujuan pembelajarn IPS diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS memiliki tujuan untuk memupuk kesadaran hidup bermasyarakat dalam diri peserta didik yang akan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik dimasa yang akan datang. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari kualitas peserta didik. Jika peserta didik mampu menguasai apa yang mereka pelajari sesuai dengan tujuan 6 Sapriya, dkk., Pembelajaran dan Evaluasi..., hlm. 7. 7 Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. pembelajaran yang diharapkan maka dapat dipastikan keberhasilan pembelajaran telah tercapai. Untuk mencapai hal tersebut tidak terlepas dari peran serta guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Guru harus mampu menggunakan metode dan media yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Jika guru tidak mampu menciptakan suasana belajar yang efektif maka akan mengakibatkan suasana belajar menjadi sangat pasif, sehingga motivasi belajar siswa pun akan lemah dan berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah. Beberapa penelitian seperti pada Penelitian Tindakan Kelas PTK yang dilakukan oleh Soegiono, Pamuji dan Wiwik Widayati di SLTP 32 Surabaya dengan judul “Peningkatan Kualitas Sajian Pembelajaran Konsep IPA di SLTP Melalui Component Display Theory CDT dan Kooperatif menyebutkan bahwa kendala proses belajar mengajar maupun rendahnya daya serap yang dihadapi siswa SLTP disebabkan oleh faktor internal dan ekternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan kelas dan metode mengajar yang dilakukan oleh guru ” 8 . Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Retno Yuningsih yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Metode Belajar Problem Solving dan Minat Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIII SMPN 2 Kartasura Tahun Ajaran 20072008 menyebutkan bahwa untuk meraih hasil belajar yang baik dibutuhkan metode belajar yang menunjang siswa dalam kegiatan belajar- mengajar. Apabila suatu lembaga pendidikan mempunyai metode belajar yang baik dan siswa mempunyai minat belajar yang baik tentulah akan menghasilkan hasil belajar yang memuaskan ” 9 . Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh kemampuan guru memotivasi dan menerapkan metode dan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 8 “Jurnal Pendidikan Dasar”, Soegino, Pamuji dan Wiwik Widayati, Vol.5, No.1, Tahun 2004, hlm.35. Dalam http:jurnal.pdii.go.idindex.phpsearch.html?act:tampilid=53678idc-32 . Akses tanggal 12 Oktober 2010. Vol.1 No.3, hlm. 35. 9 RetnoYuningsih, “Pengaruh Pendekatana Metode Belajar Ploblem Solving dan Minat Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIIISMPN 2 Kartasura Tahun Ajaran 20072008”, Skripsi Sarjana S1 Universitas Muhammadiyah Surakarta, dalam http:etd.eprints.ums.ac.id6511A210010002.pdf , Akses Kamis, 12 Mei 2011, hlm. 2. Dalam proses pembelajaran, membaca menjadi kegiatan yang paling mendasar yang dilakukan oleh siswa untuk mengetahui informasi yang belum mereka ketahui sebelumnya, dengan membaca siswa akan mampu mendapatkan wawasan yang sangat luas. “Membaca dan menulis adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar disekolah ” 10 . Dengan membaca siswa akan mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Dengan menulis siswa akan dapat menampung sejumlah informasi, yang tidak hanya bersifat fakta-fakta, melainkan juga hasil analisis dan bahan bacaan. Perlu diketahui tidak semua mencatat adalah belajar. Mencatat termasuk aktivitas belajar apabila dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan dan tujuannya 11 . “Salah satu strategi yang paling banyak dikenal untuk membantu siswa memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca adalah dengan strategi PQ4R Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review yang dipelopori oleh Thomas dan Robinson pada tahun 1972. PQ4R ini meliputi Preview yaitu membaca judul, sub judul topik, kalimat pertama selintas dengan cepat sebelum memulai membaca. Question yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri mengenai bahan bacaan yang akan dibaca. Read yaitu mulai untuk membaca sambil mengingat pertanyaan yang sudah dibuat. Reflect yaitu selama membaca siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang sudah dibuat dan memahami informasi yang ada pada bacaan tersebut. Recite yaitu merenungkan informasi yang telah dipelajari dari hasil bacaan dengan cara membuat intisari dari bacaan dengan cara mencatat informasi-informasi penting. Review yaitu membaca catatan singkat intisari yang telah dibuat ” 12 . Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca dan membantu proses belajar mengajar di kelas dengan kegiatan membaca buku. Metode PQ4R merupakan bagian dari strategi elaborasi. Strategi elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu 10 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, Cet. 2, hlm. 40-41. 11 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar…., hlm. 40. 12 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana, 2009, Cet. 3, hlm. 151-153. membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi PQ4R merupakan strategi yang paling banyak dikenal untuk membantu siswa memahami materi yang mereka baca. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian dapat ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelas 8. 1 SMPN 3 Tangerang Selatan dalam belajar dikelas yaitu: Pada saat kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPS dikelas 8.1 masih menemukan banyak kendala terutama masalah penggunaan metode membaca dan mencatat yang diberikan oleh guru yang belum menunjang motivasi siswa untuk belajar. Menurut teori belajar kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan Jerome Bruner menyebutkan bahwa belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, sehingga aktivitas membaca dan mencatat menjadi aktivitas yang sangat penting dalam belajar. “Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat dan memberikan prioritas yang berurutan dalam bebagai situasi ” 13 . Untuk menumbuhkan minat membaca dan menulis dalam diri siswa diperlukan suatu strategi belajar yang tepat agar siswa terbiasa untuk membaca suatu tulisan wacana dan terbiasa untuk menulis dan menjadikannya sebuah bacaan. Strategi belajar yang tepat dalam kegiatan membaca dan menulis diperlukan suatu pengurutan cara membaca yang sistematis dan terarah, agar para siswa paham apa yang mereka baca dan mengerti apa yang mereka tulis. Selain itu ditemukan juga permasalahan berupa siswa nampak malas dan kurang bersemangat untuk membaca dan merangkum hasil bacaan. Padahal materi pembelajaran IPS banyak memberikan teori-teori yang menuntut pemahaman siswa dengan banyak memaparkan wacana wacana sosial. Menurut teori koneksionisme yang dikemukakan oleh Edward Lee Thorndike “diperlukan suatu latihan yang cukup intens dan terus menerus agar siswa terbiasa untuk membaca dan menulis karena seringnya dilatih, sebab menurut teori ini, belajar 13 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Puataka Pelajar, 2009, Cet. II, hlm. 24. adalah pembentukkan hubungan antara stimulus dan respon, aksi dan reaksi sehingga akan terjadi hubungan yang erat jika sering dilatih ” 14 . Begitu juga dengan hal membaca dan menulis perlu banyak dilatih agar siswa terbiasa dengan kegiatan belajat tersebut. Ciri-ciri belajar menurut teori koneksionisme adalah Trial dan Error yaitu adanya aktivitas, ada berbagai respons terhadap berbagai situasi, ada eliminasi terhadap respons yang salah dan ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Menurut Thondike mengenai perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah hukum-hukum sebagai berikut: 1. Hukum kesiapan yaitu jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus, maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. 2. Hukum latihan yaitu semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau dipergunakan, maka asosiasi tersebut semakin kuat. 3. Hukum hasil yaitu hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila terdapat kepuasan dan akan makin melemah apabila tidak terdapat kepuasan 15 . Jika siswa tidak terbiasa dan tidak dibiasakan untuk membaca dan menulis maka pemahaman siswa terhadap hasil bacaan akan kurang sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa yang masih kurang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil yang belajar yang baik maka diperlukan lingkungan belajar yang baik pula dengan situasi belajar yang mendukung yaitu bersih, tenang aman dan nyaman. Teori yang membahas tentang hasil belajar dikemukakan dalam teori perilaku oleh Ivan Petrovich Pavlov, JB. Watson dan Edwin Guthrie. Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforment dari lingkungan. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku peserta didik merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Perilaku dalam pandangan behaviorisme dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Menurut terori behaviorisme, “perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara langsung. Behaviorisme menekankan arti penting bagaimana peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan 14 Agus Suprijono, Cooperative Learning …, hlm. 20. 15 Agus Suprijono, Cooperative Learning …, hlm. 20. perilaku ” 16 . Maka menurut teori ini hasil belajar dapat dicerminkan dari perubahan perilaku yang terjadi berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan sedangkan tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran dan penguatan dari lingkungan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R Preview, Read, Reflect, Recite, Review dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ” Penelitian Tindakan Kelas di SMPN 3 Tangerang Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan pada Rabu, 4 Mei 2011 diperoleh data bahwa SMPN 3 Tangerang Selatan yang terletak di jalan Ir. H. Juanda samping UIN Jakarta Ciputat, merupakan salah satu SMPN unggulan di Tangerang Selatan. SMP ini sebelumnya bernama SMPN 1 Ciputat. SMPN 3 Tangerang Selatan memiliki tiga pembagian kelas. Pertama, kelas akselerasi yaitu kelas yang hanya terdiri oleh siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis yang tinggi. Kedua, kelas bilingual yaitu kelas yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris selama proses belajar mengajar. Ketiga, yaitu kelas standar yaitu kelas yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan akademis yang biasa-biasa saja. Observasi awal ini dilakukan di kelas 8.1 yang merupakan kelas standar. Alasan pemilihan kelas ini adalah agar mengetahui pengaruh penerapan metode PQ4R terhadap hasil belajar siswa di kelas yang kemampuan akademisnya biasa- biasa saja. Observasi awal ini dilakukan pada saat siswa kelas 8.1 tengah melakukan kegiatan pembelajaran IPS. Observasi awal ini penting untuk dilakukan untuk mendapatkan gambaran permasalahan apa saja yang ditemukan pada saat proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPS di kelas 8.1. Dengan mengetahui permasalahan yang ada diharapkan dapat merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. 16 Agus Suprijono, Cooperative Learning …, hlm. 17. Observasi awal ini tidak hanya dilakukan dengan mengamati secara langsung keadaan kelas tetapi juga dengan melakukan wawancara kepada beberapa siswa 8.1 dan guru mata pelajaran IPS kelas 8.1. Proses wawancara kepada guru dan observasi langsung dilakukan pada tanggal 14 Mei 2011 sedangkan wawancara kepada siswa 8.1 dilakukan pada tanggal 15 Mei 2011. Dari hasil observasi awal ini dapat diidentifikasi beberapa masalah, diantaranya sebagai berikut: 1. Minat belajar IPS siswa rendah. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan minat belajar IPS siswa masih rendah, hal ini dapat terlihat ketika kegiatan belajar banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, siswa banyak yang mengobrol dan becanda, ada beberapa siswa yang berjalan-jalan kesana kemari, siswa sulit untuk diatur dan diarahkan, hanya beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan. Serta ada juga beberapa siswa yang tidak membawa buku pelajaran IPS. Selain itu juga jika diberi tugas banyak siswa yang tidak mengerjakan, agar siswa berminat mengerjakan tugas, guru seringkali harus memberikan peringatan atau reward terlebih dahulu untuk menstimulus siswa. 2. Daya serap pemahaman siswa terhadap konsep kegiatan perekonomian masih rendah. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara terhadap guru mata pelajaran IPS kelas 8. 1 bahwa daya serap pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS masih rendah khususnya pada materi perekonomian. Pada saat observasi guru tengah membahas tentang konsep pajak. Dari beberapa hasil latihan uji kompetensi terlihat siswa masih kurang memahami cara penghitungan pajak dan hasil uji kompetensinya pun masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Lebih parah lagi banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan alasan tidak bisa mengerjakan dan masih bingung. 3. Guru kesulitan untuk menguasai kelas. Berdasarkan hasil obeservasi awal guru nampak kesulitan menguasai kelas, hal ini dapat terlihat dari apa yang dijelaskan oleh guru tentang pembelajaran IPS kurang didengar oleh siswa. Hanya beberapa siswa yang mendengarkan. Guru sering memberikan peringatan dan teguran pada anak yang tidak memperhatikan penjelasan guru tetapi hal tersebut tidak bertahan lama karena beberapa menit kemudian keadaan kembali seperti semula. Sehingga guru nampak fokus pada siswa yang mendengarkan saja. Dan siswa pun nampak biasa saja dengan keadaan tersebut. 4. Guru kesulitan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Karena kesulitan menguasai kelas seperti yang telah disebutkan pada identifikasi yang kedua mengakibatkan guru kesulitan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pertemuan pada saat observasi awal pembelajaran IPS, pada pertemuan pertama, guru menggunakan metode ceramah hasilnya banyak siswa yang tidak memperhatikan dan fokus guru hanya pada siswa yang memperhatikan saja. Sedangkan pada pertemuan kedua, guru menggunakan metode diskusi kelompok hasilnya tidak jauh dengan pertemuan pertama. Walaupun siswa nampak antusias untuk melakukan diskusi kelompok tetapi hasilnya tetap saja kurang memuaskan karena siswa sibuk dengan kegiatan masing-masing yaitu mengobrol dan bercanda sehingga diskusi yang diharapkan hanya membuang- buang waktu dan siswapun tidak mengerti dengan tugas yang diberikan. 5. Sekolah tidak menyediakan fasilitas yang menunjang untuk pembelajaran IPS. Kegiatan pembelajaran IPS di kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru, karena pihak sekolah tidak memfasilitasi media atau alat pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran IPS seperti LCD atau peralatan lainnya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara langsung dengan guru mata pelajaran IPS pada saat observasi awal. Beliau mengatakan bahwa ”Untuk tahun depan saya sudah meminta kepada pihak sekolah untuk menyediakan fasilitas berupa LCD agar anak-anak antusias untuk belajar IPS, karena saya merasa kesulitan sekali jika tetap menggunakan metode seperti biasa” 17 . 6. Keadaan kelas yang kurang kondusif untuk menunjang pembelajaran IPS. 17 Hasil wawancara dengan Ibu Nita Marginingsih, S. Pd Guru Mata Pelajaran IPS Kelas 8.1 SMPN 3 Tangerang Selatan, pada Rabu 11 Mei 2011. Selain dari faktor siswa dan guru ternyata kondisi kelas juga berpengaruh terhadap proses belajar mengajar dikelas. Khususnya pada kelas 8.1 sebagai kelas yang akan dijadikan tempat penelitian kondisi kelasnya kurang menunjang untuk pembelajaran IPS. Deskripsi kelas 8. 1 adalah ruang kelasnya yang lebih besar dibandingkan kelas yang lain dan bangunannya masih bangunan lama dengan sedikit renofasi, letak kelas 8.1 berada disisi pojok kanan sekolah dan didepan kelas ditutupi oleh pohon-pohon besar sehingga kelas nampak gelap dan kurang terkena cahaya sinar matahari. Terlebih lagi tata ruang hiasan dinding yang nampak kurang terawat. Keadaan tersebut harus ditambah lagi dengan jam belajar IPS kelas 8.1 yang pada hari Rabu berada pada jam terakhir 12. 20 WIB sehingga anak nampak kelihatan lelah. Sedangkan pada hari Kamis berada pada jam pertama yaitu pukul 07. 00 WIB. Hal ini juga berpengaruh terhadap minat belajar IPS. 7. Hasil belajar IPS siswa relatif rendah untuk mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun KKM yaitu 65. Dari data yang diperoleh dari guru IPS kelas 8. 1 menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siwa masih relatif rendah. Hal ini terbukti dari dua kali ulangan harian yang dilakukan bahwa pada ulangan harian I dari 38 siswa terdapat 17 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM dan 21 siswa memperoleh nilai di atas KKM dengan nilai terendah yaitu 36 dan nilai tertinggi yaitu 93. Sedangkan pada ulangan harian II dari 38 siswa terdapat 12 siswa memperoleh nilai di bawah KKM dan 24 siswa memperoleh nilai di atas KKM dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 83. Hal ini menunjukka bahwa hasil belajar siswa masih relatif rendah dan kurang memuaskan. Meskipun metode serupa dengan PQ4R pernah digunakan sebelumnya oleh guru mata pelajaran IPS dan hasilnya ternyata kurang maksimal. Tetapi penelitian ini tetap menggunakan metode PQ4R dengan alasan bahwa metode PQ4R berbeda dengan metode merangkum biasa karena metode PQ4R merupakan metode membaca dan merangkum yang dapat dimodifikasi dengan strategi pembelajaran lain seperi tanya jawab, kuis interaktif maupun game. Selain itu metode PQ4R menggunakan wacana yang telah disusun sesuai

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DAUD SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT

1 17 89

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Melalui Strategi Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R) (PTK Pada Siswa Kelas VIII A

0 0 16

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R ( Preview, Penerapan Strategi Pembelajaran PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Siswa Kelas V SD Negeri Karangdawa Kecamatan Warungpring

0 2 18

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R ( Preview, Question, Penerapan Strategi Pembelajaran PQ4R ( Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Ipa Siswa Kelas V SD Negeri Karangdawa Kecamatan Wa

0 5 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Penerapan Model Pq4r (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pada Siswa Kelas Iv Sdn

0 1 15

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP TENTANG UANG DAN PERBANKAN.

0 0 39

PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) BERBASIS MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN SISTEM HORMON TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA - repository UPI S BIO 1202476 Title

1 1 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, - PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW ) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

0 3 30

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW ) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 1 REJOTANGAN TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, - PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW ) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI S

0 0 11