Metode dan Jenis Pelatihan

Moekijat 1993 berpendapat bahwa tujuan pelatihan secara umum dibagi menjadi tiga: 1 untuk mengembangkan keahlian, 2 untuk mengembangkan pengetahuan, 3 untuk mengembangkan sikap. Sementara tujuan pelatihan menurut Tjiptono dan Diana 1995 adalah untuk meningkatkan pengetahuan karyawan, keterampilannya, dan sikap karyawan sekaligus meningkatkan kualitas dan produktivitas organisasi secara keseluruhan. Dari pemaparan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan pelatihan adalah berkaitan dengan peningkatan keahlian karyawan disatu sisi dan keuntungan yang didapat organisasi pada sisi yang lain. Dengan melatih para pekerjanya diharapkan terjadi perubahan pada organisasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dan keunggulan itulah yang akhirnya dapat memajukan organisasi dan dapat berkembang dengan lebih baik lagi di masa depan.

2.1.3 Metode dan Jenis Pelatihan

Dalam memilih metode dan teknik suatu pelatihan ditentukan oleh banyak hal. Seperti yang dikemukakan Werther 1989: That is no simple technique is always best; the best method depends on: cost effectiveness; desired program content; learning principles; appropriateness of the facilities; trainee preference and capabilities; and trainer preferences and capabilities. Menurut pendapatnya, teknik pelatihan yang paling baik adalah, bergantung pada: metode, tetapi itu semua juga berkaitan dengan: efektivitas biaya, isi program yang diinginkan, prinsip-prinsip belajar, fasilitas yang layak, kemampuan, preferensi peserta serta kemampuan dan preferensi pelatih. Jadi, tidak ada satupun metode pelatihan yang selalu terbaik, banyak faktor yang melingkupinya. Sementara itu Samsudin 2006 menyebutkan bahwa pelatihan sendiri terbagi menjadi dua jenis pelatihan yaitu: 1. Pelatihan Internal Pelatihan internal adalah pelatihan yang dilaksanakan di dalam lingkup organisasi, biasanya dengan menggunakan fasilitas dari organisasi. 2. Pelatihan eksternal Pelatihan eksternal adalah pelatihan yang dilaksanakan di luar organisasi dengan cara mendaftarkan pegawai pada program atau kegiatan yang diberikan oleh lembaga pemerintah, organisasi profesional dan perusahaan pelatihan swasta. Dessler 2006 menjelaskan beberapa model pelatihan yang paling populer digunakan perusahaan. Ada beberapa metode yang paling sering diaplikasikan. 1 On-the-Job Training, yaitu pelatihan dengan mempelajari pekerjaan dengan langsung mengerjakannya. On-the-job training yang paling dikenal adalah metode coaching membimbing atau understudy sambil belajar. Keunggulannya, tidak mahal dan yang dilatih belajar sambil bekerja. 2 Magang, adalah proses terstruktur dimana pekerja menjadi trampil melalui kombinasi dari pengajaran di kelas dan pelatihan langsung di pekerjaan. Biasanya dibawah bimbingan ahli dibidangnya. 3 Belajar Informal, bukan melalui program pelatihan formal tapi melalui perangkat informal. 4 Job Instruction Training, yaitu proses bertahap rangkaian langkah logis dari intruksi. 5 Pengajaran, yaitu pemberian pengetahuan kepada sekelompok orang yang akan dilatih, menurut Dessler walau metode ini dianggap membosankan, sesungguhnya bisa cukup efektif. Metode lainnya, 6 Metode di luar pekerjaan off the job side Pada metode ini pegawai yang mengikuti pendidikan atau pelatihan keluar sementara dari pekerjaannya, mengikuti pendidikan dan pelatihan secara intensif. Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara 2005 terdiri dari empat hal: 1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur. 2. Para pelatih trainer harus ahlinya yang memiliki kualitas memadai profesional. 3. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai. 4. Peserta pelatihan dan pengembangan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

2.1.4 Tahapan dan Dimensi Pelatihan