3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias, dan karena itu menjamin pengukuran yang
konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen Sekaran, 2006. Reliabilitas bermakna dapat dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
Reliabel artinya dapat dipercaya, sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya tetap konsisten Riduwan dan Sunarto, 2011. Untuk mengukur reliabilitas dari
instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach’s
Alpha. Koefisien Cronbach’s Alpha yang mendekati 1 menandakan reliabilitas
konsistensi yang tinggi.
2 2
11
1 1
t b
V k
k r
…………………………………… 2
Dimana: r
11
= reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2 b
= jumlah varian butiritem
2 t
V = varian total
3.6.3 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji 4 uji asumsi klasik analisa regresi. 4 uji asumsi klasik analisa regresi tersebut adalah:
1 Uji Asumsi Kenormalan 2 Uji asumsi tidak adanya Multikolinearitas 3 Uji asumsi tidak adanya Autokorelasi 4 Uji Asumsi Homoskedastisitas.
Uji normalitas gunanya untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang mempunyai nilai residual yang terdistribusi
normal ialah model regresi yang baik. Sedangkan uji multikolinearitas untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas
dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap
variabel terikatnya menjadi terganggu.
Uji autokorelasi berfungsi untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode penelitian, uji ini hanya dilakukan pada data yang bersifat time
series runtut waktu. Sementara untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain digunakan uji
Homoskedastisitas.
3.6.4 Metode Analisis Data
Metode Analisis Kuantitatif digunakan sebagai pengolahan data yang menjadi hasil penelitian. Metode Analisis Kuantitatif adalah metode analisis data
yang terkumpul dalam bentuk angka angka atau skor jawaban para responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data secara desktiptif
dan inferensial. Pemodelan dengan mengunakan analisis Regresi. Untuk mengetahui
pengaruh pelatihan dan imbalan terhadap komitmen organisasi digunakan model analis regresi. Disamping itu karena variabel karakteristik responden, variabel
demografi responden diduga mempengaruhi komitmen, maka dalam model regresi juga dimasukan sebagai variabel penjelas. Berdasarkan analisa tersebut maka
model adalah sebagai berikut: Ŷ
i
= a + b
1
X
1i
+ b
2
X2
i
+ b
3
X
3i
…………………………………………….3 Ŷ
= Komitmen X
1
= Pelatihan X
2
= Imbalan X
3
= Demografi Responden a, b
1
, b
2
dan b
3
adalah koefiensi regresi b
1
0, b
2
dan b
3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Ummah atau disingkat dengan BPR Syariah Amanah Ummah adalah salah satu Bank Permbiayaan Rakyat
Syariah yang tumbuh di wilayah Bogor Barat yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yang bertujuan diantaranya menumbuhkan ekonomi
masyarakat atas dasar syariah Islam sebagaimana telah diatur dalam Undang- undang nomor 10 tahun 1998.
Diprakasai seorang ulama dan cendekiawan muslim asal Bogor, yaitu KH. Soleh Iskandar, yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Badan Kerjasama
Pondok Pesantren BKSPP Jawa Barat. Beliau merintis pembentukan sebuah lembaga keuangan yang mampu menyentuh sekaligus menolong masyarakat
muslim yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam berbagai kesempatan beliau melontarkan gagasannya dihadapan sejumlah ulama dan cendekiawan
muslim dan ternyata mendapatkan tanggapan dan dukungan yang positif. Selanjutnya pada awal Januari 1991 secara resmi beliau mengundang
sejumlah ulama, cendekiawan dan pengusaha muslim untuk membicarakan pendirian lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar Syariah Islam. Dari
pertemuan itu tercapai kesepakatan bahwa sudah saatnya dibentuk lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar Syariah Islam yang nantinya dapat
membantu masyarakat muslim khususnya yang berekonomi lemah. Mengingat pada saat itu belum ada peraturan resmi tentang lembaga keuangan Islam, maka
dibentuk Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang berupa gerakan simpan pinjam yang diberi nama Koperasi Ikhwanul Muslimin. Bersamaan dengan hasil
evaluasi tersebut, pada pertengahan Januari 1991, pemrakarsa mendapatkan informasi bahwa di Indonesia khususnya di Jawa Barat telah lahir BPR yang
beroperasi berdasarkan syariah. Pada awal Februari 1991 dibentuk tim untuk menyusun proposal pendirian
Bank Syariah, pada bulan Juli 1991 proposal diajukan ke Departemen Keuangan Republik Indonesia, tanggal 16 Desember 1991 terbit izin prinsip dari
Departemen Keuangan Republik Indonesia, dan pada tanggal 18 Mei 1992