Subsidi Listrik, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kemiskinan

81 100 persen. Kenaikan BBM menyebabkan kenaikan berbagai barang kebutuhan pokok karena biaya angkutan naik. Kenaikan harga- harga ini memicu inflasi yang berarti pendapatan riil masyarakat mengalami penurunan. Garis kemiskinan mengalami juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun tersebut lihat Tabel 16. Kenaikan garis kemiskinan tersebut bepengaruh pada penduduk berpenghasilan rendah yang berada di sekitar garis kemiskinan. Kenaikan garis kemiskinan tersebut menyebabkan banyak pe nduduk yang semula berada di atas garis kemiskinan menjadi di bawah garis kemiskinan, ini berarti jumlah pe nduduk miskin bertambah. Tabel 16. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, Tahun 1990-2010 Rupiah Tahun Garis Kemiskinan Kota Desa 1990 20,614 13,295 1993 27,905 18,244 1996 42,032 31,366 1998 96,959 72,780 1999 92,409 74,272 2000 91,632 73,648 2001 100,011 80,382 2002 130,499 96,512 2003 138,803 105,888 2004 143,455 108,725 2005 150,799 117,259 2006 174,290 130,584 2007 187,942 146,837 2008 204,896 161,831 2009 222,123 179,835 2010 232,989 192,354 Sumber: BPS, beberapa tahun

4.6. Subsidi Listrik, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kemiskinan

82 Sesuai dengan paradigma pembangunan dewasa ini bahwa manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir pembangunan ekonomi the ultimated end, sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana principal means. Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah untuk mencapai tujuan ini, salah satunya adalah kebijakan pemberian subsidi listrik. Kebijakan ini dimaksudkan selain untuk membantu masyarakat kurang mampu, menjaga kelangsungan hidup perusahaan penyedia tenaga listrik, juga untuk menjamin ketersediaan dan distribusi tenaga listrik yang merata. Dengan terjaminnya ketersediaan tenaga listrik de ngan harga yang terjangka u diharapk an roda perekonomian dapat berputar dan pendapatan masyarakat akan membaik, sehingga pengangguran dan kemiskinan dapat berkurang. Pada Gambar 8 dapat dilihat perkembangan besarnya subsidi listrik, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskian di Indonesia tahun 1990-2010. Dari Gambar 8 tersebut dapat dilihat bahwa kebijakan pemberian subsidi listrik tidak langsung direspon dengan penurunan tingkat kemiskinan maupun pertumbuhan ekonomi. Badai krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1977 telah menyebabkan pengeluaran pemerintah meningkat tajam, termasuk di antaranya adalah pengeluaran untuk subsidi Purwoko, 2003. Namun dari Gambar itu juga dapat dilihat bahwa dalam masa krisis ekonomi tahun 1998 subs idi memang sangat memba nt u untuk mencegah lebih dalam tingkat kemiskinan di saat perekonomian mengalami kontraksi cukup dalam. Tetapi setelah itu, subsidi listrik mempunyai dampak yang kurang signifikan terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi maupun kemiskinan. Meskipun subsidi listrik mengalami kenaikan tajam tetapi laju pertumbuhan ekonomi tetap datar. Bahkan 83 jika dibandingkan dengan masa sebelum krisis dimana tidak ada subsidi listrik, laju pertumbuha n eko nomi masih lebih renda h. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi berhubungan erat dengan upaya pengentasan kemiskinan. Hal ini terlihat bahwa jika terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi, maka tingkat kemiskinan langsung merespon. Dari Gambar 8 tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa untuk mengurangi tingkat kemiskinan, pemerintah sebaiknya menggunakan instrumen yang dapat menggerakan perekonomian secara langsung dan dapat dirasakan masyarakat banyak dibandingkan dengan kebijakan pemberian subsidi. Di samping dampaknya yang tidak terlalu nyata terlihat, juga disinyalir subsidi lebih banyak dinikmati oleh mereka yang tidak berhak. -20 -10 10 20 30 40 50 60 70 80 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Subsidi Listrik Tr Rp Tk Kemiskinan Pert Eko Gambar 8. Besarnya Subsidi Listrik, Tingkat Ke miskinan, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, Tahun 1990-2010

V. PEMBAHASAN HASIL ESTIMASI MODEL SUBSIDI HARGA LISTRIK