Tingkat Inflasi Suku Bunga

126 diekspor lebih besar daripada yang diimpor dapat menyebabkan kekurangan barang di dalam negeri. Kurangnya stok barang di dalam negeri dapat memicu kenaikan harga yang berarti dapat meningkatkan inflasi. Respon IHK terhadap perubahan nilai tukar bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Krisis eko nomi yang melanda Indo nesia tahun 1998, kenaikan TDL tahun 2002, dan kenaikan BBM tahun 2005 tmenyebabkan harga-harga barang di dalam negeri mengalami kenaikan, sehingga terjadi inflasi. Pemicunya adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika tahun 1998, kenaikan TDL tahun 2002, dan kenaikan BBM tahun 2005 menyebabkan kenaikan biaya operasional perusahaan pemakai tenaga listrik dan BBM, sehingga harga barang-barang mengalami kenaikan yang berarti terjadi inflasi. Nilai IHK pada periode sebelumnya juga memepangaruhi IHK sekarang. Hal ini dapat dipahami karena pemerintah selalu memantau nilai inflasi dan selalu berusaha mengendalikannya sesuai target yang telah ditetapkan. Jika terjadi gejolak harga maka pemerintah akan melakuka n intervensi unt uk mestabilkannya, seperti melakukan operasi pasar.

4. Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi adalah persamaan identitas yang merupakan perubahan IHK sekarang terhadap IHK tahun sebelumnya, yang dirumuskan sebagai berikut: INFLASI t = IHK t – IHK t-1 IHK t-1 100 127

5. Suku Bunga

Tingkat suku bunga merupakan salah satu instrumen yang biasa digunakan otoritas moneter untuk mengendalikan tingkat inflasi. Hasil pendugaan parameter persamaan tingkat suku bunga disajikan pada Tabel 40. Pada Tabel 40 tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel yang digunakan dalam persamaan tersebut secara nyata berpengaruh terhadap tingkat suku bunga. Tabel 40. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Tingkat Suku Bunga, Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep 2.807472 0.2486 C INFLASI Tingkat Inflasi 0.290601 0.0005 0.2285 0.4882 A D9799 3.105602 0.3826 D LSKBG Lag Tk Suku Bunga 0.531885 0.0016 A Adj-R 2 = 0.77876; F-hitung = 23.29; Pr F = 0.0001; D-h = 1.3492 Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen Nilai parameter dugaan tingkat inflasi sebesar 0.290601 dan mempunyai hubungan yang positif. Ini berarti jika terjadi inflasi, tingkat suku bunga cenderung dinaikka n. Kebijakan ini biasanya dilakukan apabila tingkat inflasi sudah diluar perkiraan maka salah satu langkah yang biasa diambil otoritas moneter Bank Indonesia adalah meningkatkan suku bunga. Naiknya suku bunga akan mendorong masyarakat untuk menabung, sehingga uang beredar di tengah masyarakat dapat berkurang dan inflasi terkendali. Respo n tingka t suku bunga terhadap peruba han inflasi bersifat tidak elastis ba ik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 128 Ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997-1999 tingkat suku bunga mengalami kenaikan rata-rata 3.11 persen. Pada saat itu banyak bank mengalami kekurangan likuiditas bahkan tutup, sehingga terjadi penarikan uang besar-besaran oleh masyarakat. Maka untuk mengatasi kondisi ini BI menaikkan tingkat suku bunga untuk menarik uang di masyarakat, di samping mengambil kebijakan lain seperti penyehatan ba nk-bank yang sakit dan penjaminan uang masyarakat yang disimpan di bank. Tingka t suku bunga pada periode sebelumnya juga memepangaruhi suku bunga sekarang. Hal ini dapat dilakukan untuk mengendalikan gejolak harga barang di masyarakat, yang berarti mengendalikan tingkat inflasi.

5.2.7. Blok Tenaga Kerja

Instrumen lain yang penting dalam mengukur kinerja ekonomi suatu negara adalah dari sisi ketenagakerjaan terutama masalah pengangguran dan upah. Hasil pendugaan parameter persamaan penawaran tenaga kerja disajikan dalam Tabe l 41. Dari Tabel 41 tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua variabel penjelas yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap tingkat penawaran tenaga kerja, kecuali variabel perubahan belanja di luar subsidi listrik. Nilai parameter dugaan upa h riil sebesar 4.919688 dan mempunyai hubungan yang positif. Ini berati kenaikan upah riil dapat memicu kenaikan penawaran tenaga kerja Respo n pe nawaran tenaga kerja terhadap perubahan upa h riil bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Nilai parameter dugaan jumlah penduduk sebesar 0.462834 dan mempunyai hubungan yang positif. Ini berati kenaikan jumlah penduduk akan meningkatkan penawaran tenaga kerja. Respo n penawaran tenaga kerja terhadap 129 perubahan jumlah pe nduduk bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis dalam jangka pa njang. Tabel 41. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Penawaran Tenaga Kerja, Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep -35064 0.1209 B RUPH Upah Riil 4.919688 0.2175 0.0319 0.0490 C POP Jumlah Penduduk 0.462834 0.1000 0.9846 1.5094 B DBLJLAIN Selisih Belanja Lain Antar Tahun 0.014904 0.7821 0.0040 0.0062 D04 -1837.59 0.3706 D D09 -2603.15 0.6634 LSTK Lag Supply TK 0.347697 0.3397 D Adj-R 2 = 0.98443; F-hitung = 201.28; Pr F = 0.0001; D-h = -0.1818 Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen Penawaran tenaga kerja tahun sebelumnya juga berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja sekarang. Hasil pendugaan parameter persamaan penawaran tenaga kerja disajikan dalam Tabel 42. Dari Tabel 42 tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel penjelas yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap tingkat permintaan tenaga kerja. Nilai parameter dugaan upa h riil sebesar 8.6285 dan mempunyai hubungan yang negatif. Ini berati kenaikan upah riil dapat menurunkan tingkat permintaan tenaga kerja. Respo n permintaan tenaga kerja terhadap perubahan upa h riil bersifat tidak elastis. 130 Nilai parameter dugaan PDB sebesar 0.004586 dan mempunyai hubungan yang positif. Ini berati kenaikan produksi nasional dapat meningkatkan tingkat permintaan tenaga kerja. Ini terjadi karena meningkatnya output nasional akan memicu kenaikan permintaan tenaga kerja. Respo n permintaan tenaga kerja terhadap pe ruba han upa h riil bersifat tidak elastis. Tabel 42. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Pe rmintaan Tenaga Kerja, Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep 86066.35 0.0001 A RUPH Upah Riil -8.6285 0.1777 -0.0604 - B PDB Produk Domestic Bruto 0.004586 0.0001 0.1053 - A D9799 3177.572 0.0798 A Adj-R 2 = 0.91509; F-hitung = 69.25; Pr F = 0.0001; DW = 0.937812 Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen Pada saat terjadi krisis ekonomi permintaan tenaga kerja meningkat. Hal ini terjadi karena pada saat itu selain kondisi ekonomi yang lumpuh tetapi juga disertai krisis politik dan terjadi kerawanan sosial, sehingga banyak warga keturunan meninggalkan Indonesia. Akibatnya permintaan tenaga kerja meningkat untuk mengisi posisi yang ditinggalkan warga keturunan tersbut. Hasil pendugaan parameter persamaan upah riil tenaga kerja disajikan dalam Tabel 43. Dari Tabel 43 tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua variabel penjelas yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap tingkat permintaan tenaga kerja, ke cuali perubahan permint aan tenaga kerja. Nilai parameter dugaan penawaran tenaga kerja tahun sebelumnya sebesar 0.00167 dan mempunyai hubungan yang negatif. Ini berati kenaikan penawaran tenaga kerja dapat menurunkan tingkat upah riil tenaga kerja. Respo n upah riil 131 tenaga kerja terhadap perubahan jumlah penawaran bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis dalam jangka panjang. Tabel 43. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Upah Riil Tenaga Kerja, Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep 263.223 0.0679 A LSTK Supply TK Tahun Sebelumnya -0.00167 0.1136 -0.2546 -1.8901 B DDTK Perubahan Permintaan TK 0.003455 0.5756 0.0091 0.0676 D98 -297.811 0.0001 A LRUPH Lag RUPH 0.865321 0.0001 A Adj-R 2 = 0.7673; F-hitung = 16.66; Pr F = 0.0001; D-h = -0.6862 Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen Krisis ekonomi tahun 1998 menyebabkan penurunan upah riil tenaga kerja. Ini disebabkan pada tahun 1998 tingkat inflasi sangat tinggi sementara pendapatan tetap. Sehingga nilai riil pendapatan masyarakat merosot. Nilai upah riil tahun sebelumnya juga berpengaruh terhadap nilai upah riil tahun sekarang. Ini terjadi karena dalam menetapkan upah minimum propinsi pemerintah selalu mempertimbangkan tingkat upah tahun sebelumnya agar tidak membebani para majikan. 5.2.8. Blok Kemiskinan Hasil estimasi persamaan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan dan pedesaan menunjukan bahwa semua persamaan mempunyai tingkat penjelas yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari nilai koe fisien determinasi R 2 yang bernilai 0.73 dan 0.85, yang berarti bahwa variabel- variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan-persamaan tersebut dapat menjelaskan 73 persen dan 132 85 persen keragaman variabel- variabel endogennya. Dilihat dari nilai statistik uji- F, semua persamaan mempunyai Pr F bernilai kurang dari 0.01, yang berarti bahwa pada setiap persamaan variabel- variabel penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman variabel endogennya secara nyata.

1. Jumlah Penduduk Miskin di Perkotaan