133 berpotensi menurunkan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Respon jumlah
penduduk miskin di perkotaan terhadap peruba han upa h riil bersifat tidak elastis. Nilai parameter dugaan jumlah pengangguran sebesar 0.430785
dan mempunyai hubungan yang positif, yang berarti meningkatnya jumlah
pengangguran akan memicu kenaika n jumlah pe nduduk miskin di pe rkot aan. Respo n jumlah penduduk miskin di perkotaan terhadap peruba han upah riil
bersifat tidak elastis. Ketika kr isis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1999 jumlah
penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 4.27 juta orang. Ini terjadi karena pada saat krisis banyak perusahaan tutup, banyak terjadi pemutusan
hubungan kerja PHK, sehingga pengangguran meningkat yang memicu kenaikan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Selain itu, inflasi pada saat krisis juga
sangat tinggi sehingga pendapatan riil masyarakat merosot, sementara harga-harga naik. Akibatnya banyak penduduk yang jatuh ke jurang kemiskinan.
2. Jumlah Penduduk Miskin di Pedesaan
Hasil pendugaan parameter persamaan jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan disajikan pada Tabel 45. Dari Tabe l 45 tersebut dapat dilihat bahwa
semua variabel penjelas yang digunakan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan.
Nilai parameter dugaan tingkat inflasi sebesar 25.74496 dan mempunyai
hubungan yang positif, yang berarti jika terjadi inflasi dapat memicu kenaikan jumlah penduduk miskin di pedesaan. Respon jumlah penduduk miskin di
pedesaan terhadap perubahan tingkat inflasi bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
134
Nilai parameter dugaan total pengeluaran pemerintah sebesar 0.00616 dan
mempunyai hubungan yang negatif, yang berarti kenaikan belanja pemerintah berpotensi menurunkan jumlah penduduk miskin di pedesaan. Hasil ini
menunjukkan peran penting pemerintah dalam usaha pengentasan kemiskinan. Respo n jumlah pe nduduk miskin di pedesaan terhadap peruba han total
pengeluaran pemerintah bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Tabel 45. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Jumlah Penduduk Miskin Daerah Pedesaan, Tahun 1990-2010
Variabel Estimasi
Parameter Pr |t|
Elastisitas Signifi-
kansi Jangka
Pendek Jangka
Panjang
Intercept Intersep
8359.462 0.0025
A INFLASI Tingkat
Inflasi
25.74496 0.3810
0.0127 0.0266
D GOVEXP Pengeluaran
Pemerinah
-0.00616 0.0668
-0.0443 -0.0932
A UNEMPL Jumlah
Pengangguran
0.435392 0.0494
0.1294 0.2721
A D9799
4623.463 0.0058
A LMISDESA Lag
Miskin Desa
0.524380 0.0006
A D5
8359.462 0.0025
A Adj-R
2
= 0.85351; F-hitung = 23.14; Pr F = 0.0001; D-h =
-1.5630
Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen
B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen
D = Signifikan pada level 40 persen
Nilai parameter dugaan jumlah pengangguran sebesar 0.435392 dan
mempunyai hubungan yang positif, yang berarti meningkatnya jumlah pengangguran aka n memicu ke naikan jumlah pe nduduk miskin di pedesaan.
Respo n jumlah pe nduduk miskin di pedesaan terhadap peruba han upa h riil bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
135 Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997 sampai dengan
tahun 1999 jumlah penduduk miskin di pedesaan bertambah sebanyak 4.62 juta orang.
Jumlah penduduk miskin di pedesaan tahun sebelumnya juga berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di pedesaan sekarang. Hasil ini menunjukkan
adanya ke miskinan struktural
1
3. Total Penduduk Miskin dan Tingkat Ke miskinan