Jumlah Penduduk Miskin di Perkotaan

132 85 persen keragaman variabel- variabel endogennya. Dilihat dari nilai statistik uji- F, semua persamaan mempunyai Pr F bernilai kurang dari 0.01, yang berarti bahwa pada setiap persamaan variabel- variabel penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman variabel endogennya secara nyata.

1. Jumlah Penduduk Miskin di Perkotaan

Hasil pendugaan parameter persamaan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan disajikan pada Tabel 44. Dari Tabe l 44 tersebut dapat dilihat bahwa semua variabe l yang digunaka n secara nyata berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan. Nilai parameter dugaan tingkat inflasi sebesar 33.65109 dan mempunyai hubungan yang positif, yang berarti jika terjadi inflasi dapat memicu kenaikan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Respon jumlah penduduk miskin di perkotaan terhadap perubahan tingkat inflasi bersifat tidak elastis. Tabel 44. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Jumlah Penduduk Miskin Daerah Pe rkotaan, Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep 10198.97 0.0018 A INFLASI Tingkat Inflasi 33.65109 0.1718 0.0334 - B RUPH Upah Riil -3.89511 0.2784 -0.2092 - C UNEMPL Jumlah Pengangguran 0.430785 0.0012 0.2581 - A D9799 4274.266 0.0005 A Adj-R 2 = 0.73422; F-hitung = 14.12; Pr F = 0.0003; DW = 2.391084 Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen Nilai parameter dugaan variabel upah riil tenaga kerja sebesar 3.89511 dan mempunyai hubungan yang negatif, yang berarti kenaikan upah riil tenaga kerja 133 berpotensi menurunkan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Respon jumlah penduduk miskin di perkotaan terhadap peruba han upa h riil bersifat tidak elastis. Nilai parameter dugaan jumlah pengangguran sebesar 0.430785 dan mempunyai hubungan yang positif, yang berarti meningkatnya jumlah pengangguran akan memicu kenaika n jumlah pe nduduk miskin di pe rkot aan. Respo n jumlah penduduk miskin di perkotaan terhadap peruba han upah riil bersifat tidak elastis. Ketika kr isis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1999 jumlah penduduk miskin di perkotaan bertambah sebanyak 4.27 juta orang. Ini terjadi karena pada saat krisis banyak perusahaan tutup, banyak terjadi pemutusan hubungan kerja PHK, sehingga pengangguran meningkat yang memicu kenaikan jumlah penduduk miskin di perkotaan. Selain itu, inflasi pada saat krisis juga sangat tinggi sehingga pendapatan riil masyarakat merosot, sementara harga-harga naik. Akibatnya banyak penduduk yang jatuh ke jurang kemiskinan.

2. Jumlah Penduduk Miskin di Pedesaan