Konsumsi Listrik Rumah Tangga

100 Lonjakan harga minyak mentah dunia tahun 2008 menyebabka n total biaya operasi produksi tenaga listrik mengalami kenaikan sebesar Rp 5 087.0 miliar . Hal ini terjadi karena kenaikan harga minyak mentah dunia menyebabkan kenaika n harga jual BBM kepada PLN, sedangkan biaya pokok penyediaan energi per kWh dihitung berdasar nilai total biaya operasi produksi tenaga listrik dibagi tenaga listrik yang terjual. Persamaan biaya pokok penyediaan energi listrik per kWh ada lah : BPP t = BOP t TLJUAL t

5.2.2. Blok Kons umsi Tenaga Listrik

Hasil estimasi persamaan konsumsi energi listrik untuk rumah tangga, ka langan industri da n pelanggan lainnya, menunjukan bahwa semua persamaan mempuny ai tingkat penjelas yang tinggi. Hal ini terlihat dari nilai koe fisien determinasi R 2

1. Konsumsi Listrik Rumah Tangga

yang bernilai antara 0.99, yang berarti bahwa variabel- variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan-persamaan tersebut dapat menjelaskan 99 persen keragaman variabel- variabel endogennya. Dilihat dari nilai statistik uji- F, semua persamaan mempunyai Pr F bernilai 0.0001, yang berarti bahwa pada setiap persamaan variabel-variabel penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman variabel endogennya secara nyata. Dari segi jumlah pelanggan maupun pemakaian, pelanggan rumah tangga adalah pemakai utama energi listrik di Indonesia. Hasil pendugaan parameter persamaan konsumsi energi listrik oleh rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 26. Dari Tabel 26 tersebut terlihat bahwa semua variabel penjelas secara statistik berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi listrik rumah tangga. 101 Tabel 26. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Konsumsi Energi Listrik oleh Rumah Tangga , Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept -1009.26 0.2926 C HJTLRT Harga Jual Tenaga Listrik untuk Rumah Tangga -2.01447 0.3354 -0.0217 -0.0445 D PDBKPT PDB per Kapita 0.463104 0.0009 0.1388 0.2840 A PELRT Jumlah Pelanggan Rumah Tangga 0.536486 0.0038 0.4464 0.9133 A D98 -922.694 0.1559 B LCLISRT Lag Konsumsi Listrik Rumah Tangga 0.511289 0.0066 A Adj-R 2 = 0.99865; F-hitung = 2821.33; Pr F = 0.0001; D-h = -1.0667 Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen Hasil pendugaan parameter harga jual tenaga listrik untuk pe langgan rumah tangga sebesar 2.01447 dan mempunyai hubungan yang negatif. Ini artinya kenaikan harga jual tenaga listrik untuk pelanggan rumah tangga akan mengurangi jumlah konsumsi listriknya. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan Makmun dan Abdurahman 2003 menemukan bahwa kenaikan tarif listrik dapat membawa dampak yang negatif terhadap pendapatan riil masyarakat, sehingga mengurangi kemampuan masyarakat dalam mengkonsumsi tenaga listrik. Respon konsumsi listrik oleh rumah tangga terhadap harga jual tenaga listrik be rsifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ini menunjukkan bahwa listrik telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia yang sulit dicari barang penggantinya, sehingga pengaruh kenaikan harga relatif kecil terhadap nilai konsumsinya. 102 Nilai dugaan parameter PDB per kapita sebesar 0.463104 dan mempunyai hubungan yang positif. Sesuai teori ekonomi apabila pendapatan naik maka konsumsi barang normal juga akan naik. Makmun dan Abdurahman 2003 dalam kesimpulan yang lain menyatakan bahwa tingkat pendapatan berkorelasi positif dengan konsumsi listrik baik dari sisi nilai pengeluaran maupun tingkat konsumsi listrik per kWh-nya. Sebagaimana diketahui bahwa ketergantungan masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, terhadap energi listrik semakin tinggi. Listrik tidak hanya untuk penerangan, tetapi juga untuk keperluan lain yang bersifat gaya hidup life style seperti untuk menyalakan pendingin ruangan, menyalakan alat- alat hiburan seperti televisi dan sejenisnya, dan lain- lain. Respon konsumsi listrik rumah tangga terhadap perubahan PDB per kapita bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan total konsumsi rumah tangga tidak terlalu berpengaruh terhadap pengeluaran untuk konsumsi listrik. Hal ini dapat terjadi karena proporsi pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi listrik terhadap total pengeluarannya relatif kecil. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2009 rata-rata persentase pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi listrik sebesar 2.63 persen. Hasil pendugaan parameter jumlah pelanggan rumah tangga sebesar 0.536486 dan mempunyai hubungan yang positif. Hasil ini tentunya tidak mengejutkan karena kenaikan jumlah pelanggan aka n menyebabkan peningkatan konsumsi listrik. Respon konsumsi listrik oleh rumah tangga terhadap harga jual tenaga listrik bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ini juga mengimplikasikan bahwa apabila pemerintah menargetkan untuk meningkatkan jumlah penduduk yang dapat menikmati energi listrik rasio 103 elektrifikasi, maka juga harus ditingkatkan jumlah produksi listrik untuk memenuhi penambahan konsumsi listrik tersebut. Ini berarti investasi di sektor kelistrikan harus ditingkatkan. Peran serta swasta dalam pembangunan sektor ke listrikan semakin diperlukan di tengah-tengah keterbatasan ke uangan negara. Ketika krisis ekonomi melanda Indo nesia yang puncaknya terjadi tahun 1998 juga berpengaruh terhadap penurunan konsumsi listrik oleh pelanggan rumah tangga. Ini terjadi karena krisis ekonomi menyebabkan penurunan pendapatan riil masyarakat, sehingga tingkat konsumsi listrik oleh pelanggan rumah tangga juga mengalami penurunan. Konsumsi tenaga listrik oleh pelanggan rumah tangga juga dipengaruhi oleh konsumsi listrik tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa tenaga listrik telah menjadi kebutuhan pokok rumah tangga yang terus dibutuhka n masyarakat.

2. Konsumsi Listrik Kalangan Industri