Indeks Harga Konsumen Dampak kebijakan subsidi listrik terhadap perekonomian dan kemiskinan di Indonesia

124 pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Jika terjadi gejolak nilai mata uang rupiah maka BI dapat melakukan intervensi untuk mestabilkannya.

3. Indeks Harga Konsumen

Hasil pendugaan parameter persamaan indeks harga konsumen atau IHK disajikan pada Tabel 39. Tabel 39 memperlihatkan bahwa semua variabel penjelas yang digunakan secara nyata berpengaruh terhadap indeks harga ko nsumen. Nilai parameter dugaan rata-rata suku bunga deposito sebesar 0.03242 dan mempunyai hubungan yang negatif. Kenaikan suku bunga sebesar 1 persen menyebabkan penurunan IHK sebesar 0.03 point. Menurut teori ekonomi, apabila suku bunga naik, maka masyarakat cenderung menabung sehingga mengurangi uang beredar dan inflasi turun. Respon IHK terhadap pe ruba han suku bunga bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Nilai parameter dugaan uang beredar sebesar 0.016741 dan mempunyai hubungan yang positif. Meningkatnya uang beredar di tengah masyarakat dapat menyebabkan peningkatan IHK sebesar 0.02 point. Respon IHK terhadap perubahan uang bereda r bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Nilai parameter dugaan rata-rata harga jual tenaga listrik sebesar 0.020046 dan mempunyai hubungan yang positif. Ini berarti kenaikan tarif listrik dapat memicu kenaikan IHK, yang berarti akan meningkatkan inflasi. Ini terjadi karena listrik telah menjadi salah satu barang input utama baik bagi rumah tangga ataupun dunia usaha. Sehingga jika terjadi kenaikan tarif listrik akan meningkatkan biaya operasi dan untuk menutup kenaikan biaya tersebut dilakukan kenaika n harga prod uk yang d ihasilka n. Akibatnya terjadi kenaikan harga barang- 125 barang dan memicu inflasi. Respon IHK terhadap perubahan rata-rata tarif listrik bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 39. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Indeks Harga Konsume n, Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep 5.563770 0.1432 B SKBG Suku Bunga -0.03242 0.8495 -0.0043 -0.0113 UANGBR Uang Beredar 0.016741 0.0187 0.1344 0.3490 A AVHJTL Rata-rata Harga Jual Tenaga Listrik 0.020046 0.1925 0.0681 0.1770 B PBBM Harga BBM 0.002428 0.0010 0.0447 0.1161 A KURS Nilai Tukar RpUS 0.002050 0.0003 0.1284 0.3335 A D98 23.00031 0.0024 A D05 12.93938 0.0002 A D02 4.273269 0.0820 A LIHK Lag Indeks Harga Konsumen 0.614920 0.0003 A Adj-R 2 = 0.99912; F-hitung = 2389.11; Pr F = 0.0001; D-h = -0.9443 Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen Nilai parameter dugaan harga BBM sebesar 0.002428 dan mempunyai hubungan yang positif. Sebagaimana listrik, BBM juga merupakan salah satu input utama dalam proses produksi barang. Kenaikan harga BBM akan menaikan biaya, sehingga harga barang akan naik untuk menutupi kenaikan biaya dan terjadi inflasi. Respon IHK terhadap peruba han harga BBM bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Nilai parameter dugaan nilai tukar sebesar 0.002050 dan mempunyai hubungan yang positif. Sebagaimana telah diuraikan pada ekspor impor, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat memicu meningkatnya ekspor dan menurunnya impor. Dengan kondisi barang yang 126 diekspor lebih besar daripada yang diimpor dapat menyebabkan kekurangan barang di dalam negeri. Kurangnya stok barang di dalam negeri dapat memicu kenaikan harga yang berarti dapat meningkatkan inflasi. Respon IHK terhadap perubahan nilai tukar bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Krisis eko nomi yang melanda Indo nesia tahun 1998, kenaikan TDL tahun 2002, dan kenaikan BBM tahun 2005 tmenyebabkan harga-harga barang di dalam negeri mengalami kenaikan, sehingga terjadi inflasi. Pemicunya adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika tahun 1998, kenaikan TDL tahun 2002, dan kenaikan BBM tahun 2005 menyebabkan kenaikan biaya operasional perusahaan pemakai tenaga listrik dan BBM, sehingga harga barang-barang mengalami kenaikan yang berarti terjadi inflasi. Nilai IHK pada periode sebelumnya juga memepangaruhi IHK sekarang. Hal ini dapat dipahami karena pemerintah selalu memantau nilai inflasi dan selalu berusaha mengendalikannya sesuai target yang telah ditetapkan. Jika terjadi gejolak harga maka pemerintah akan melakuka n intervensi unt uk mestabilkannya, seperti melakukan operasi pasar.

4. Tingkat Inflasi