103 elektrifikasi, maka juga harus ditingkatkan jumlah produksi listrik untuk
memenuhi penambahan konsumsi listrik tersebut. Ini berarti investasi di sektor kelistrikan harus ditingkatkan. Peran serta swasta dalam pembangunan sektor
ke listrikan semakin diperlukan di tengah-tengah keterbatasan ke uangan negara. Ketika krisis ekonomi melanda Indo nesia yang puncaknya terjadi tahun
1998 juga berpengaruh terhadap penurunan konsumsi listrik oleh pelanggan rumah tangga. Ini terjadi karena krisis ekonomi menyebabkan penurunan
pendapatan riil masyarakat, sehingga tingkat konsumsi listrik oleh pelanggan rumah tangga juga mengalami penurunan.
Konsumsi tenaga listrik oleh pelanggan rumah tangga juga dipengaruhi oleh konsumsi listrik tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa tenaga listrik
telah menjadi kebutuhan pokok rumah tangga yang terus dibutuhka n masyarakat.
2. Konsumsi Listrik Kalangan Industri
Meskipun secara komulatif konsumsi listrik pelanggan industri di bawah pelanggan rumah tangga, namun dilihat konsumsi per pelanggan adalah yang
terbesar, jauh di atas rata-rata pe langgan yang lain. Hasil dugaan parameter persamaan ko nsumsi energi listrik oleh industri disajikan pada Tabel 27. Berdasar
Tabe l 27 tersebut secara statistik semua variabel penjelas yang digunakan berpengaruh terhadap konsumsi listrik pelanggan industri.
Nilai parameter dugaan harga jual tenaga listrik sebesar 4.82933 dan mempunyai hubungan yang negatif, yang dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan
harga jual tenaga listrik untuk industri dapat menyebabkan berkurangnya konsumsi listrik oleh kalangan industri. Sesuai teori ekonomi peningkatan harga
suatu barang akan diikuti berkurangnya jumlah konsumsi barang tersebut. Salah
104
satu kesimpulan yang dinyatakan Hartono 2004 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kebijakan menaikkan TDL dapat menyebab dampak negatif
terhadap output dan nilai tambah sektoral, sehingga beberapa sektor perlu mendapat perhatian serius. Respon konsumsi listrik rumah tangga terhadap harga
jual tenaga listrik bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Ini dapat terjadi karena listrik merupakan kebutuhan pokok dalam
menjalankan proses produksi maka nilai konsumsinya tidak berubah secara tajam apabila terjadi perubahan harga. Kenaikan harga listrik akan menyebabkan
peningkatan biaya operasional industri. Sehingga untuk mengatasinya dilakukan penghematan agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
Tabel 27. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Konsumsi Energi Listrik oleh Industri, Tahun 1990-2010
Variabel Estimasi
Parameter Pr |t|
Elastisitas Signifi-
kansi Jangka
Pendek Jangka
Panjang
Intercept Intersep
-1958.22 0.6171
HJTLIND Harga Jual Tenaga Listrik untuk Industri
-4.82933 0.3679 -0.0520 -0.5250
D PDBI Produk Domestik Bruto
Industri Pengolahan
0.003827 0.0251
0.0627 0.6329
A PELIND Jumlah Pelanggan
Industri
158.1425 0.2617
0.2091 2.1120
C D98
-4582.81 0.0075
A D09
-4979.80 0.0012
A LCLISIND Lag Konsumsi
Listrik Industri
0.900984 0.0001
A Adj-R
2
= 0.99077; F-hitung = 340.82; Pr F = 0.0001; D-h =
-0.5770
Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen
B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen
D = Signifikan pada level 40 persen
Nilai parameter dugaan PDB sektor industri sebesar 0.003827 dan mempunyai hubungan yang positif, yang berarti bahwa peningkatan produksi
industri akan menyebabka n peningkatan konsumsi listrik. Peningkatan produksi
105 suatu barang karena meningkatnya permintaan barang tersebut akan menyebabkan
meningkatnya permintaan tenaga listrik. Respon konsumsi listrik oleh industri terhadap PDB sektor industri bersifat tidak elastis baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang. Hasil pendugaan parameter jumlah pelanggan industri sebesar 158.1425
dan mempunyai hubungan yang positif. Hasil ini tidak mengejutkan karena kenaikan jumlah pelanggan tentu akan menyebabkan peningkatan konsumsi
listrik. Respon konsumsi listrik oleh pelanggan industri terhadap jumlah pelanggan industri bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis untuk
jangka panjang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dengan puncaknya pada tahun
1998 secara nyata berpengaruh negatif terhadap nilai konsumsi listrik oleh pelanggan industri. Krisis ekonomi yang tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi
juga melanda ba nyak negara- negara Asia seperti Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang yang merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia
sebagai pemasok maupun pasar utama, telah menyebabkan banyak industri dalam negeri tutup. Hal ini berakibat berkurangnya konsumsi listrik oleh kalangan
industri. Krisis finansial global yang terjadi sejak pertengahan tahun 2008 yang
dimulai dari Amerika Serikat dan menyebar ke beberapa negara seperti Jepang, Australia, da n negara-negara Eropa juga mempengaruhi konsumsi listrik
pelanggan industri di Indo nesia. Industri- industri da lam negeri yang berorientasi ekspor paling merasakan dampak krisis tersebut. Meskipun krisis tidak menimpa
Indo nesia, tetapi kr isis yang melanda negara-negara tujuan utama ekspor
106
Indo nesia sepe rti Amerika Serikat dan Jepang menyebabkan berkurangnya ekspor ke negara- negara tersebut. Hal ini berdampak pada berkurangnya konsumsi listrik
oleh ka langan ind ustri. Konsumsi tenaga listrik oleh pelanggan industri juga dipengaruhi oleh
konsumsi listrik tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa tenaga listrik merupakan barang yang sangat dibutuhkan oleh kalangan industri, Listrik telah
menjadi kebutuhan utama dalam proses produksi.
3. Konsumsi Listrik Pelangga n Lainnya