73 2009
12.9 18.4
51.9 3.9
12.8
Sumber: Kementerian ESDM, 2010
4.2. Produksi Tenaga Listrik
Produksi tenaga listrik oleh perusahaan milik pemerintah PT PLN Persero, baik yang diproduksi sendiri maupun yang dibeli dari perusahaan lain,
terus mengalami kenaikan setiap tahun. Tenaga listrik yang diproduksi sendiri pada tahun 2010 mencapai 131 710.1 GWh atau empat kali dari produksi tenaga
listrik tahun 1990 yang hanya sebesar 34 011.6 GWh. Demikian juga listrik yang dibeli dari perusahaan lain IPP mengalami kenaikan tajam dari 867.0 GWh pada
tahun 1990 menjadi 38 076.2 GWh pada tahun 2010 atau naik lebih dari 40 kali. Bahkan pada saat krisis ekonomi tahun 1998 produksi tenaga listrik tetap naik
meskipun kecil yaitu hanya sebesar 1.68 persen.
Tabel 9. Produksi Tenaga Listrik, Tahun 1990–2010 GWh
Tahun Diprod uksi Sendiri
Tenaga Listrik
Beli Jumlah
∆ Tahun
Generator Sendiri
Genset Sewa
Sub Jumlah 1990
34 011.6 -
34 011.6 867.0 34 878.6
17.95 1995
58 210.8 -
58 210.8 1 193.4 59 404.2
14.06 1997
74 053.7 746.0
74 799.6 1 819.9 76 619.6
14.49 1998
74 421.0 543.6
74 964.6 2 938.8 77 903.4
1.68 1999
80 023.8 473.0
80 496.7 4 279.1 84 775.8
8.82 2000
83 503.5 686.6
84 190.1 9 135.1 93 325.3
10.08 2005
98 176.8 3 105.3 101 282.1 26 087.7 127 369.8
7.30 2006
101 664.3 2 804.3 104 468.6 28 639.8 133 108.4
4.51 2007
107 984.1 3 257.3 111 241.4 31 199.4 142 440.8
7.01 2008
113 339.9 4 706.9 118 046.8 31 389.7 149 436.5
4.91 2009
115 433.8 5 194.5 120 628.4 36 168.9 156 797.3
4.93 2010
123 476.8 8 233.2 131 710.1 38 076.2 169 786.2
8.28
Sumber: PT PLN Persero, beberapa tahun diolah
Dilihat menurut ba uran energi, terjadi peruba han yang cukup signifikan pada tahun 2009 dibandingkan kondisi tahun 1998, terutama pada tenaga listrik
yang dibeli. Pada tahun 1998 tenaga listrik yang dibeli mempunyai kontribusi
74
hanya 4.5 persen, tetapi pada tahun 2009 melonjak menjadi 23.1 persen, yang merupakan sumber terbesar kedua setelah batubara.
Sementara BBM, batubara, dan gas alam merupakan sumber energi utama tenaga listrik yang diproduksi sendiri. Kontribusi BBM berfluktuasi dari tahun ke
tahun tetapi ada kecenderungan naik, sedangkan batubara relatif tetap. Begitu juga dengan ko ntribusi pa nas bumi yang relatif kecil dengan kecenderungan turun.
Kontribusi gas alam mengalami penurunan drastis dari 33.0 persen pada tahun 1998 menjadi hanya 18.6 persen pada tahun 2009. Ini menuntut keseriusan
pemerintah untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar yang lebih murah dalam upaya mengurangi ketergantungan pada BBM.
Tabel 10. Bauran Energi Menurut Sumber Energi, Tahun 1998 – 2009
Tahun BBM
Non BBM Air
Batubara Panas
Bumi Gas
Alam Beli
1998 17.9
12.4 28.8 3.4 33.0
4.5 1999
19.5 12.0 32.6
3.5 35.7 5.5
2000 18.9
9.8 30.9
2.9 27.2
9.8 2001
19.0 10.4
28.9 2.9
25.1 13.1
2002 22.7
8.1 27.1
2.9 20.8
17.6 2003
23.3 7.5
28.2 2.6
18.6 18.2
2004 28.2
7.4 25.9
2.6 14.3
19.9 2005
30.6 7.7
26.1 2.4
12.7 20.5
2006 27.7
6.6 28.8
2.4 13.0
21.5 2007
25.5 7.5
29.3 2.2
13.5 22.0
2008 27.7
7.2 27.6
2.3 14.2
20.9 2009
22.1 6.6
27.5 2.2
18.6 23.1
Sumber: PT PLN Persero, beberapa tahun diolah
Ketergantungan pe rusahaan pe nye dia tenaga listrik terhadap BBM yang masih cukup tinggi ini mempengaruhi terus naiknya biaya operasional
perusahaan. Secara umum pertumbuhan nilai total biaya operasional perusahaan
75 penyedia tenaga listrik mencapai 15.35 persen per tahun. Dari Tabe l 11 dapat
dilihat bahwa pengeluaran untuk bahan bakar dan minyak pelumas memiliki porsi terbesar dibandingkan jenis pengeluaran lain yaitu mencapai 57.53 persen per
tahun. Pada tahun 2008 terlihat bahwa melonjaknya harga minyak mentah dunia telah meningkatkan biaya untuk bahan bakar dan minyak pelumas hampir dua kali
dari pengeluaran sejenis tahun sebelumnya. Selain pengeluaran untuk bahan bakar dan minyak pelumas, pengeluaran
untuk pembelian tenaga listrik juga mengalami kenaikan tajam. Ini dikarenakan jumlah tenaga listrik yang dibeli juga mengalami kenaikan tajam sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 9 dan Tabel 10. Peningkatan biaya operasional ini akan berdampak pada peningkatan biaya pokok penyediaan BPP tenaga listrik yang
dijual.
Tabel 11. Total Biaya Operasional, Tahun 1990–2010 Miliar Rp
Tahun
Beli Listrik Bahan
Bakar Minyak
Pelumas Kepega-
waian Lainnya
Total
∆ Tahun
1990 21.3
1 530.7 278.6
904.0 2 734.6
- 1995
30.7 2 970.0
758.3 2 731.8
6 490.7 27.47 1997
325.2 4 338.8
1 068.1 3 717.7
9 449.8 22.79 1998
1 886.0 9 409.0
1 018.9 4 495.0
16 808.8 38.94 1999
5 082.7 9 691.8
1 335.6 5 392.5
21 502.7 13.96 2000
9 395.4 10 375.8 1 802.4
5 642.2 27 215.8 13.28
2005 13 598.2 37 355.5
5 508.1 19 561.9
76 023.6 35.87 2006
14 845.4 63 401.1 6 719.7
20 261.9 105 228.2 7.68
2007 16 946.7 65 560.0
7 064.3 21 934.9 111 506.0
1.19 2008
20 742.9 107 782.8 8 344.2
23 727.8 160 597.8 8.81
2009 25 447.8 76 235.1
9 758.3 23 834.8 135 276.0 -3.15
2010 25 217.8 84 190.7 12 954.4
26 745.2 149 108.1 2.05
76
Dist 16.25
57.53 6.89
19.34 100.00
Sumber: PT PLN Persero, beberapa tahun diolah
4.3. Konsums i Tenaga Listrik