Konsep dan Ukuran Kemiskinan

19 4. Prakt is: jumlah subsidi harus terjangkau dan biaya administrasinya serendah mungkin. 5. Transparan: publik bisa mengetahui berapa nilai subsidi dan siapa saja yang menerima. 6. Waktunya terbatas: waktu pemberian subsidi harus jelas, sehingga produsen maupun konsumen tidak kaget ketika subsidi tersebut dicabut.

2.3. Kemiskinan

2.3.1. Konsep dan Ukuran Kemiskinan

Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi perhatian pemerintah. Berbagai metode digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan. BPS 2009 misalnya, mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar basic needs approach berupa maka nan da n buka n maka nan yang diuk ur dari sisi pe ngeluaran. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung garis kemiskinan, baik untuk maka nan maupun non makanan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Sementara Bank Dunia menggunakan batas kemiskinan absolut dengan: a US 1 per kapita per hari, dan b US 2 per kapita per hari. Sedangkan BKKBN mendefinikan kemiskinan dengan pendekatan kesejahteraan rumah tangga. BKKBN membagi rumah tangga menjadi 5 lima tingkat, yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera II, dan keluarga sejahtera III plus. Suatu rumah tangga dikategarikan keluarga miskin jika masuk dalam kagori pra sejahtera dan sejahtera I. 20 Dari berbagai metode pengukuran tingkat kemiskinan, saat ini ukuran kuantitatif lebih banyak digunakan oleh pengambil kebijakan, seperti jumlah pemilikan barang, jumlah kalori yang dikonsumsi atau tingkat pendapatan perkapita per bulan Pattinama, 2009. Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator kemiskinan yang biasa digunakan, yaitu: 1. Head Count Index HCI-P , yaitu persentase pe nduduk miskin yang berada di bawah Garis Kemiskinan GK. 2. Indeks Kedalaman Kemiskinan Poverty Gap Index-P 1 yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing- masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata- rata pe ngeluaran pe nduduk da ri garis kemiskinan. 3. Indeks Keparahan Kemiskinan Poverty Severity Index-P 2 yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara pe nduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara pe nduduk miskin. Foster-Greer-Thorbecke 1984 telah merumuskan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan yaitu: dimana: α = 0, 1, 2 z = Garis kemiskinan ∑ =     − = q i i z y z n P 1 1 α α 21 y i = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan i=1,2,…,q, y i q = Banyaknya pe nduduk yang be rada di bawah garis ke miskinan z n = Jumlah pe nduduk Jika α=0, diperoleh Head Count Index P , jika α=1 diperoleh Indeks kedalaman kemiskinan Poverty Gap Index-P 1 dan jika α=2 disebut Indeks keparahan kemiskinan Poverty Severity Index-P 2

2.3.2. Penyebab Kemiskinan