148
akibatnya harga jual tenaga listrik mengalami peningkatan dengan rata-rata mencapai 12.92 persen, dimana kenaikan terbesar terjadi pada pelanggan rumah
tangga yang mencapa i 15.54 persen. Kenaikan harga tenaga listrik ini berdampak pada menurunnya konsumsi listrik pada semua golongan pelanggan sebesar 0.75
persen, dengan penurunan konsumsi tertinggi terjadi pada pelanggan industri yang mencapai 1.46 persen, sementara pelanggan rumah tangga dan pelanggan lainnya
masing- masing mengalami penurunan sebesar 0.44 persen dan 0.29 persen. Kenaikan tarif listrik tersebut akan memicu kenaikan tingkat inflasi
sebesar 0.93 persen dan menekan laju pertumbuan ekonomi sebesar 0.83 persen. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, kebijakan ini dapat meningkatkan jumlah
pengangguran sebesar 1.90 persen dan upah turun 0.02 persen. Naiknya tingkat inflasi dan tingkat pengangguran serta kenaikan jumlah pengangguran berdampak
pada peningkatan jumlah penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun pedesaan masing- masing sebesar 0.69 persen dan 0.70 persen. Tingkat
kemiskinan mengalami peningkatan sebesar 0.07 persen.
6.4.2. Dampak Kenaikan ICP Sebesar 10 Pe rsen dengan Harga Jual Tenaga Listrik Tetap
Skenario kebijakan ini dimaksudkan untuk mendapatkan besaran subsidi listrik yang optimal jika ICP mengalami kenaikan sebesar 10 persen dan tarif
listrik tidak berubah. Hasil Simulasi 2b memperlihatkan bahwa jika harga minyak mentah
Indonesia ICP mengalami kenaikan sebesar 10 persen, maka harga BBM, batu bara, dan gas alam akan mengalami kenaikan harga masing- masing sebesar 10.92
persen, 4.09 persen, dan 0.28 persen. Kenaikan harga bahan bakar ini akan berpengaruh kepada kenaikan pengeluaran untuk membeli bahan bakar tersebut.
149 Kenaikan pengeluaran untuk membeli bahan bakar ini berakibat pada naiknya
biaya opersional perusahaan penyedia tenaga listrik baik secara total maupun per kWh masing- masing sebesar 5.40 persen dan 5.26 persen. Dengan kebijakan
pemerintah yang tidak menaikan harga jual tenaga listrik, maka subsidi yang harus ditanggung pemerintah naik sebesar 14.26 persen. Kenaikan terbesar terjadi
pada subsidi untuk pelanggan lainnya yang mencapai 22.06 persen, sementara pelanggan industri dan pelanggan rumah tangga masing- masing naik sebesar
13.56 persen dan 12.03 persen. Kebijakan tersebut akan memicu kenaikan tingkat inflasi sebesar 0.50
persen da n meneka n laju pe rtumbuan eko nomi sebesar 0.36 persen meskipun secara harga berlaku terjadi kenaikan. Ini dikarenakan laju inflasi lebih tinggi
daripada laju pertumbuhan PDB. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, kebijakan ini dapat meningkatkan tingkat kesempatan kerja, sehingga jumlah pengangguran
berkurang sebesar 1.47 persen da n upa h naik 0.05 persen. Turunnya jumlah pengangguran da n naiknya upa h berdampak pada penngurangan jumlah penduduk
miskin di daerah perkotaan maupun di pedesaan masing- masing sebesar 0.12 persendan 1.22 persen. Tingkat kemiskinan mengalami penurunan sebesar 0.07
persen.
6.4.3. Dampak Kenaikan ICP Sebesar 10 Pe rsen denga n Subsidi per kWh Tetap
Skenario kebijakan ini dimaksudkan untuk mendapatkan besaran kenaikan tarif listrik yang optimal jika ICP mengalami kenaikan sebesar 10 persen dan
subsidi harga listrik tidak berubah. Sebagaimana Simulasi 2a dan 2b, hasil Simulasi 2c memperlihatkan
bahwa jika harga minyak mentah Indonesia ICP mengalami kenaikan sebesar 10
150
persen, maka harga BBM, batu bara, dan gas alam akan mengalami kenaikan harga masing- masing sebesar 10.99 persen, 4.49 persen, dan 0.38 persen.
Kenaikan harga bahan bakar ini akan berpengaruh kepada kenaikan pengeluaran untuk membeli bahan bakar tersebut. Kenaikan pengeluaran untuk membeli bahan
bakar ini berakibat pada naiknya biaya opersional perusahaan penyedia tenaga listrik baik secara total maupun per kWh masing- masing sebesar 6.14 persen dan
6.84 persen. Dengan kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan nilai subsidi harga listrik per kWh, maka harga jual tenaga listrik harus dinaikka n rata-rata
sebesar 13.18 persen. Kenaikan terbesar terjadi pada tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga yang mencapai 15.89 persen, sementara pelanggan industri dan
pelanggan lainnya masing- masing naik sebesar 13.74 persen da n 9.93 persen. Lebih lanjut kebijakan tersebut akan memicu kenaikan tingkat inflasi sebesar 0.94
persen da n menekan laju pertumbuan eko nomi sebe sar 0.83 persen. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, kebijakan ini dapat meningkatkan jumlah pengangguran
sebesar 1.93 persen dan upah turun 0.02 persen. Naiknya tingkat inflasi dan tingkat pengangguran serta kenaikan jumlah pengangguran berdampak pada
peningkatan jumlah penduduk miskin baik di daerah perkotaan maupun pedesaan masing- masing sebesar 0.70 persen dan 0.73 persen. Tingkat kemiskinan
mengalami peningkatan sebesar 0.07 persen.
6.4.4. Dampak Depresiasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Sebesar 10 Persen