78
2008 5 380.4
3 128.8 11 966.7
15 095.5 10.46
2009 5 536.0
3 303.3 11 744.3
15 047.6 10.11
2010 5 641.1
3 700.1 12 253.7
15 953.8 9.89
Sumber: PT PLN Persero, beberapa tahun diolah
Berba gai upa ya telah dilakuka n untuk mengurangi jumlah tenaga listrik yang hilang, seperti peningkatan kualitas pembacaan pemakaian tenaga listrik
melalui Automatic Meter Reading yang dipasang pada pelanggan pot ensial dan menertibkan pemakaian tenaga listrik kepada pelanggan yang melakukan
pencurian tenaga listrik. Namun masih tingginya angka susut tenaga listrik tersebut menuntut perusahaan penyedia tenaga listrik untuk terus meminimalkan
jumlah tenaga listrik yang hilang mengingat masih banyak masyarakat yang belum dapat menikmati tenaga listrik.
4.4. Subsidi Listrik
Salah satu kebijakan pemerintah pada sektor kelistrikan adalah pemberian subsidi konsumsi listrik. Pemberian subsidi listrik ini terkait dengan pe netapa n
tarif listrik yang sejak tahun 1998 selalu lebih rendah dari biaya pokok penyediaan tenaga listrik. Penetapan tarif listrik di bawah harga produksinya ini menyebabkan
perusahaan penyedia tenaga listrik mengalami kerugian. Untuk mengganti kerugian akibat penetapan harga jual listrik tersebut, maka pemerintah membayar
selisih harga tersebut kepada perusahaan penyedia tenaga listrik sebagai konpensasi agar perusahaan penyedia tenaga listrik tetap dapat beroperasi dan
ketersediaan tenaga listrik dapat terjamin. Nilai subsidi terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2010 realisasi
subsidi listrik mencapai Rp. 58.11 triliun atau naik lebih dari 30 kali subsidi listrik tahun 1998 yang hanya sebesar Rp. 1.93 triliun. Subsidi mengalami kenaikan
79 tajam sejak tahun 2005. Selain nilainya melonjak, juga lebih besar dari alokasi
anggaran yang dipersiapkan pemerintah kecuali pada tahun 2008. Salah satu penyebab melonjaknya subsidi ini adalah adanya kebijakan perluasan pelangaan
yang diberikan subs idi da n melonjaknya harga bahan bakar minyak.
Tabel 14. Realisasi Subsidi Listrik, Tahun 1998–2010
Tahun Alokasi
Anggaran Miliar Rp
Realisasi Miliar Rp
Persentase Realisasi
Subs idi ∆Tahun
1998 1,929.9
1,930.0 100.0
- 1999
4,551.6 1,128.0
24.8 -41.55
2000 3,928.0
2,840.0 72.3
151.77 2001
4,618.0 4,300.2
93.1 51.41
2002 4,102.7
5,445.0 132.7
26.62 2003
4,519.0 3,360.4
74.4 -38.28
2004 3,309.5
3,535.3 106.8
5.20 2005
8,850.6 10,573.8
119.5 199.09
2006 30,393.3
33,866.1 111.4
220.28 2007
33,073.5 37,436.3
113.2 10.54
2008 83,906.5
78,290.4 93.3
109.13 2009
49,546.5 53,442.5
107.9 -31.74
2010 55,106.3
58,108.4 105.4
8.73
Sumber: Kementerian Keuangan dan Kementerian Energ i dan Su mber Daya Mineral dio lah
4.5. Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi dalam proses pembangunan perekonomian di berbagai negara, terutama negara- negara
berkembang seperti Indonesia. Demi mengejar pertumbuhan eko nomi yang tinggi sering meninggalkan masalah lain yaitu ketimpangan pendapatan dan kemiskinan
terutama di daerah perdesaan. Jumlah pe nduduk miskin di Indo nesia mengalami fluk tuasi da ri tahun ke
tahun dengan kecenderungan menurun pada beberapa tahun terakhir, baik jumlah orang maupun persentasenya. Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah
80
penduduk miskin di daerah perdesaan lebih banyak daripada di daerah perkotaan. Ini menjadi salah satu alasan mengapa studi tentang kemiskinan lebih banyak
terfokus pada daerah perdesaan.
Tabel 15. Jumlah dan Persentas e Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah, Tahun 1990-2010
Tahun Jumlah Penduduk Miskin
Juta Persentase Penduduk M iskin
Kota Desa
Kota+Desa Kota
Desa Kota+Desa
1990 9.40
17.80 27.20
5.27 9.99
15.26 1993
8.70 17.20
25.90 4.65
9.19 13.83
1996 9.42
24.59 34.01
4.82 12.58
17.40 1998
17.60 31.90
49.50 8.76
15.88 24.64
1999 15.64
32.33 47.97
7.68 15.88
23.56 2000
12.30 26.40
38.70 5.96
12.80 18.76
2001 8.60
29.30 37.90
4.11 14.02
18.13 2002
13.30 25.10
38.40 6.28
11.85 18.13
2003 12.20
25.10 37.30
5.68 11.69
17.38 2004
11.40 24.70
36.10 5.24
11.35 16.59
2005 12.40
22.70 35.10
5.62 10.29
15.91 2006
14.49 24.81
39.30 6.50
11.12 17.62
2007 13.56
23.61 37.17
6.01 10.46
16.47 2008
12.77 22.19
34.96 5.59
9.71 15.29
2009 11.91
20.62 32.53
5.15 8.91
14.06 2010
11.10 19.92
31.02 4.74
8.51 13.25
Sumber: BPS, beberapa tahun
Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia yang puncaknya terjadi pada tahun 1998 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan tajam, baik dari segi
jumlah maupun persentasenya. Dampak krisis terhadap penduduk kota lebih besar daripada penduduk perdesaan yang mengalami kenaikan hampir dua kali lipat,
sedangkan penduduk pedesaan relatif lebih tahan terhadap dampak krisis. Setelah itu jumlah penduduk miskin cenderung menurun, kecuali pada tahun 2006.
Kenaikan jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 disebabkan salah satunya adalah kenaikan harga BBM pada Oktober 2005 yang rata-rata hampir mencapai
81 100 persen. Kenaikan BBM menyebabkan kenaikan berbagai barang kebutuhan
pokok karena biaya angkutan naik. Kenaikan harga- harga ini memicu inflasi yang berarti pendapatan riil masyarakat mengalami penurunan. Garis kemiskinan
mengalami juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun tersebut lihat Tabel 16.
Kenaikan garis kemiskinan tersebut bepengaruh pada penduduk berpenghasilan rendah yang berada di sekitar garis kemiskinan. Kenaikan garis
kemiskinan tersebut menyebabkan banyak pe nduduk yang semula berada di atas garis kemiskinan menjadi di bawah garis kemiskinan, ini berarti jumlah pe nduduk
miskin bertambah.
Tabel 16. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, Tahun 1990-2010 Rupiah
Tahun Garis Kemiskinan
Kota Desa
1990 20,614
13,295 1993
27,905 18,244
1996 42,032
31,366 1998
96,959 72,780
1999 92,409
74,272 2000
91,632 73,648
2001 100,011
80,382 2002
130,499 96,512
2003 138,803
105,888 2004
143,455 108,725
2005 150,799
117,259 2006
174,290 130,584
2007 187,942
146,837 2008
204,896 161,831
2009 222,123
179,835 2010
232,989 192,354
Sumber: BPS, beberapa tahun
4.6. Subsidi Listrik, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kemiskinan