Subsidi Listrik Kemiskinan di Indonesia

78 2008 5 380.4 3 128.8 11 966.7 15 095.5 10.46 2009 5 536.0 3 303.3 11 744.3 15 047.6 10.11 2010 5 641.1 3 700.1 12 253.7 15 953.8 9.89 Sumber: PT PLN Persero, beberapa tahun diolah Berba gai upa ya telah dilakuka n untuk mengurangi jumlah tenaga listrik yang hilang, seperti peningkatan kualitas pembacaan pemakaian tenaga listrik melalui Automatic Meter Reading yang dipasang pada pelanggan pot ensial dan menertibkan pemakaian tenaga listrik kepada pelanggan yang melakukan pencurian tenaga listrik. Namun masih tingginya angka susut tenaga listrik tersebut menuntut perusahaan penyedia tenaga listrik untuk terus meminimalkan jumlah tenaga listrik yang hilang mengingat masih banyak masyarakat yang belum dapat menikmati tenaga listrik.

4.4. Subsidi Listrik

Salah satu kebijakan pemerintah pada sektor kelistrikan adalah pemberian subsidi konsumsi listrik. Pemberian subsidi listrik ini terkait dengan pe netapa n tarif listrik yang sejak tahun 1998 selalu lebih rendah dari biaya pokok penyediaan tenaga listrik. Penetapan tarif listrik di bawah harga produksinya ini menyebabkan perusahaan penyedia tenaga listrik mengalami kerugian. Untuk mengganti kerugian akibat penetapan harga jual listrik tersebut, maka pemerintah membayar selisih harga tersebut kepada perusahaan penyedia tenaga listrik sebagai konpensasi agar perusahaan penyedia tenaga listrik tetap dapat beroperasi dan ketersediaan tenaga listrik dapat terjamin. Nilai subsidi terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2010 realisasi subsidi listrik mencapai Rp. 58.11 triliun atau naik lebih dari 30 kali subsidi listrik tahun 1998 yang hanya sebesar Rp. 1.93 triliun. Subsidi mengalami kenaikan 79 tajam sejak tahun 2005. Selain nilainya melonjak, juga lebih besar dari alokasi anggaran yang dipersiapkan pemerintah kecuali pada tahun 2008. Salah satu penyebab melonjaknya subsidi ini adalah adanya kebijakan perluasan pelangaan yang diberikan subs idi da n melonjaknya harga bahan bakar minyak. Tabel 14. Realisasi Subsidi Listrik, Tahun 1998–2010 Tahun Alokasi Anggaran Miliar Rp Realisasi Miliar Rp Persentase Realisasi Subs idi ∆Tahun 1998 1,929.9 1,930.0 100.0 - 1999 4,551.6 1,128.0 24.8 -41.55 2000 3,928.0 2,840.0 72.3 151.77 2001 4,618.0 4,300.2 93.1 51.41 2002 4,102.7 5,445.0 132.7 26.62 2003 4,519.0 3,360.4 74.4 -38.28 2004 3,309.5 3,535.3 106.8 5.20 2005 8,850.6 10,573.8 119.5 199.09 2006 30,393.3 33,866.1 111.4 220.28 2007 33,073.5 37,436.3 113.2 10.54 2008 83,906.5 78,290.4 93.3 109.13 2009 49,546.5 53,442.5 107.9 -31.74 2010 55,106.3 58,108.4 105.4 8.73 Sumber: Kementerian Keuangan dan Kementerian Energ i dan Su mber Daya Mineral dio lah

4.5. Kemiskinan di Indonesia

Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi dalam proses pembangunan perekonomian di berbagai negara, terutama negara- negara berkembang seperti Indonesia. Demi mengejar pertumbuhan eko nomi yang tinggi sering meninggalkan masalah lain yaitu ketimpangan pendapatan dan kemiskinan terutama di daerah perdesaan. Jumlah pe nduduk miskin di Indo nesia mengalami fluk tuasi da ri tahun ke tahun dengan kecenderungan menurun pada beberapa tahun terakhir, baik jumlah orang maupun persentasenya. Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah 80 penduduk miskin di daerah perdesaan lebih banyak daripada di daerah perkotaan. Ini menjadi salah satu alasan mengapa studi tentang kemiskinan lebih banyak terfokus pada daerah perdesaan. Tabel 15. Jumlah dan Persentas e Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah, Tahun 1990-2010 Tahun Jumlah Penduduk Miskin Juta Persentase Penduduk M iskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa 1990 9.40 17.80 27.20 5.27 9.99 15.26 1993 8.70 17.20 25.90 4.65 9.19 13.83 1996 9.42 24.59 34.01 4.82 12.58 17.40 1998 17.60 31.90 49.50 8.76 15.88 24.64 1999 15.64 32.33 47.97 7.68 15.88 23.56 2000 12.30 26.40 38.70 5.96 12.80 18.76 2001 8.60 29.30 37.90 4.11 14.02 18.13 2002 13.30 25.10 38.40 6.28 11.85 18.13 2003 12.20 25.10 37.30 5.68 11.69 17.38 2004 11.40 24.70 36.10 5.24 11.35 16.59 2005 12.40 22.70 35.10 5.62 10.29 15.91 2006 14.49 24.81 39.30 6.50 11.12 17.62 2007 13.56 23.61 37.17 6.01 10.46 16.47 2008 12.77 22.19 34.96 5.59 9.71 15.29 2009 11.91 20.62 32.53 5.15 8.91 14.06 2010 11.10 19.92 31.02 4.74 8.51 13.25 Sumber: BPS, beberapa tahun Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia yang puncaknya terjadi pada tahun 1998 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan tajam, baik dari segi jumlah maupun persentasenya. Dampak krisis terhadap penduduk kota lebih besar daripada penduduk perdesaan yang mengalami kenaikan hampir dua kali lipat, sedangkan penduduk pedesaan relatif lebih tahan terhadap dampak krisis. Setelah itu jumlah penduduk miskin cenderung menurun, kecuali pada tahun 2006. Kenaikan jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 disebabkan salah satunya adalah kenaikan harga BBM pada Oktober 2005 yang rata-rata hampir mencapai 81 100 persen. Kenaikan BBM menyebabkan kenaikan berbagai barang kebutuhan pokok karena biaya angkutan naik. Kenaikan harga- harga ini memicu inflasi yang berarti pendapatan riil masyarakat mengalami penurunan. Garis kemiskinan mengalami juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun tersebut lihat Tabel 16. Kenaikan garis kemiskinan tersebut bepengaruh pada penduduk berpenghasilan rendah yang berada di sekitar garis kemiskinan. Kenaikan garis kemiskinan tersebut menyebabkan banyak pe nduduk yang semula berada di atas garis kemiskinan menjadi di bawah garis kemiskinan, ini berarti jumlah pe nduduk miskin bertambah. Tabel 16. Garis Kemiskinan Menurut Daerah, Tahun 1990-2010 Rupiah Tahun Garis Kemiskinan Kota Desa 1990 20,614 13,295 1993 27,905 18,244 1996 42,032 31,366 1998 96,959 72,780 1999 92,409 74,272 2000 91,632 73,648 2001 100,011 80,382 2002 130,499 96,512 2003 138,803 105,888 2004 143,455 108,725 2005 150,799 117,259 2006 174,290 130,584 2007 187,942 146,837 2008 204,896 161,831 2009 222,123 179,835 2010 232,989 192,354 Sumber: BPS, beberapa tahun

4.6. Subsidi Listrik, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kemiskinan