Besaran Subsidi Listrik Dampak kebijakan subsidi listrik terhadap perekonomian dan kemiskinan di Indonesia

112 berpotensi kenaikan subsidi harga listrik untuk pelanggan lainnya. Respon subsidi harga listrik listrik untuk pelanggan lainnya terhadap perubahan pe nerimaan pemerintah bersifat elastis ba ik untuk jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Ini berarti perubahan pemerintah yang sifatnya sementara maupun jangka panjang akan memberikan respon pada subsidi harga listrik untuk pelanggan lainnya. Lonjakan harga minyak mentah dunia tahun 2008 juga memicu kenaikan subsidi. Hal ini terjadi karena pada saat terjadi kenaikan harga minyak mentah dunia pemerintah tetap mempertahankan harga jual tenaga listrik pelanggan. Subs idi harga listrik untuk pelanggan lainnya juga dipengaruhi oleh subs idi listrik pada tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena dalam menaikkan harga listrik pemerintah selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat, sehingga subsidi yang berimplikasi pada penetapan tarif listrik selalu dilakukan secara hati-hati.

4. Besaran Subsidi Listrik

Besaran subs idi listrik untuk setiap golongan pe langgan adalah persamaan identitas yang merupaka n perkalian antara subsidi per kWh dengan jumlah konsumsi listrik untuk masing- masing golonga n. Persamaan besarnya subsidi untuk pelanggan rumah tangga SUBRT, industri SUBIND, dan pelanggan lainnya SUBOTH dirumuskan sebagai berikut: SUBRT t = SUBPRT t CLISRT t SUBIND 1000 t = SUBPIND t CLISIND t SUBOTH 1000 t = SUBPOTH t CLISOTH t 1000 113 Sedangkan total subsidi listrik untuk seluruh pelanggan SUBLSTR adalah penjumlahan dari nilai subsidi untuk setiap golongan pelanggan yang dirumuskan sebagai berikut: SUBLSTR t = SUBRT t + SUBIND t + SUBOTH t

5.2.4. Blok Harga Jual Tenaga Listrik

Harga jual tenaga listrik didapatkan dari penurunan rumus subsidi yang digunakan PLN dalam menghitung besaran subsidi. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111PMK.022007, besarnya subsidi energi listrik dihitung berdasarkan selisih negatif antara harga jual tenaga listrik rata-rata RpkWh dari masing golongan tarif dikurangi biaya pokok penyediaanBPP RpkWh pada tegangan di masing- masing golongan tarif ditambah margin persentase dari BPP dikalikan volume pe njualan kW h unt uk setiap golongan tarif. Sehingga dapat diturunkan persamaan harga jual tenaga listrik untuk pelanggan rumah tangga HJTLRT, industri HJTLIND, dan pelanggan lainnya HJTLOTH sebagai berikut: HJTLRT t = 1 + m t BPP t – SUBPRT HJTLIND t t = 1 + m t BPP t – SUBPIND HJTLOTH t t = 1 + m t BPP t – SUBPOTH Sedangka n harga jual rata-rata merupakan rata-rata tertimbang harga jual untuk setiap golongan pelanggan sebagai berikut: t t t t t t t t t t CLISOTH CLISIND CLISRT CLISOTH HJTLOTH CLISIND HJTLIND CLISRT HJTLRT + + × + × + × = t AVHJTL

5.2.5. Blok Penerimaa n dan Penge luaran Pemerintah

Dalam anggaran belanja pemerintah selalu memperhatikan nilai penerimaan yang dapat dikumpulkan pemerintah. Penerimaan pemerintah secara 114 umum berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan dari sumber lainnya, seperti penerimaan dari keuntungan badan usaha-badan usaha yang dimiliki pemerintah atau utang baik dari dalam maupun luar negeri. Hasil pendugaan parameter persamaan penerimaan pajak dapat dilihat pada Tabel 32. Pada Tabe l 31 dapat dilihat bahwa semua variabel yang digunakan dalam persamaan tersebut berpengaruh secara nyata terhadap penerimaan pajak yang diperoleh pemerintah. Tabel 32. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Penerimaa n Pajak, Tahun 1990-2010 Variabel Estimasi Parameter Pr |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep -45462.8 0.0585 A LPDB Lag Produk Domestik Bruto 0.101952 0.0094 0.7800 1.1520 A INFLASI Tingkat Inflasi 4557.819 0.0581 0.2248 0.3320 A D98 -319936 0.0594 A LPENPJK Lag Penerimaan Pajak 0.322897 0.2599 C Adj-R 2 = 0.93949; F-hitung = 267.48; Pr F = 0.0001; D-h = -0.2646 Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen Nilai dugaan parameter PDB tahun sebelumnya sebesar 0.101952 dan mempunyai hubungan yang positif, yang berarti kenaikan PDB berpotensi menaikka n penerimaan pajak pemerintah. Respo n penerimaan pajak terhadap perubahan PDB periode sebelumnya bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis dalam jangka panjang. Ini berarti perubahan pemerintah yang sifatnya sementara tidak memberikan respon pada penerimaan pajak pemerintah, tetapi memberikan respon dalam jangka panjang. 115 Sementara total penerimaan pemerintah PENPEM adalah persamaan identitas yang merupakan penjumlahan penerimaan dari pajak dan non pajak PENNPJK, yang dirumuskan sebagai berikut: PENPEM t = PENPJK t + PENNPJK Dari sisi pengeluaran, belanja dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu belanja untuk subsidi listrik dan belanja diluar subsidi listrik. Hasil pendugaan parameter untuk persamaan belanja lain disajikan pada Tabel 33. Pada Tabel 33 tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel penjelas dalam persamaan tersebut berpengaruh secara nyata terhadap belanja lainnya. t Tabel 33. Hasil Estimasi Parameter Persamaa n Belanja Lain, Tahun 1990- 2010 Variabel Estimasi Parameter Pr |t| Elastisitas Signifi- kansi Jangka Pendek Jangka Panjang Intercept Intersep -4007.71 0.3691 D PENPEM Penerimaan Pemerintah 0.036347 0.1500 0.0791 1.0544 B IHK Indeks Harga Konsumen 193.8856 0.0337 0.1376 1.8338 A D09 103212.5 0.0001 A LBLJNSUB Lag Belanja Non Subsidi 0.924940 0.0001 A Adj-R 2 = 0.90534; F-hitung = 2532.66; Pr F = 0.0001; D-h = 0.8165 Keterangan: A = Signifikan pada level 10 persen B = Signifikan pada level 20 persen C = Signifikan pada level 30 persen D = Signifikan pada level 40 persen Nilai dugaan parameter penerimaan pemerintah sebesar 0.036347 dan mempunyai hubungan yang positif, yang berarti peningkatan penerimaan pemerintah berpotensi menaikka n belanja di luar subsidi listrik. Respo n belanja di luar subsidi listrik terhadap perubahan penerimaan pemerintah bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis dalam jangka panjang. Ini berarti perubahan penerimaan pemerintah yang sifatnya sementara tidak memberikan 116 respon pada belanja di luar subsidi listrik, tetapi memberikan respon dalam jangka panjang. Nilai dugaan parameter IHK sebesar 193.8856 dan mempunyai hubungan yang positif, yang berarti jika terjadi inflasi belanja di luar subsidi listrik berpotensi naik. Respo n belanja di luar subsidi listrik terhadap peruba han IHK bersifat tidak elastis untuk jangka pendek, tetapi elastis dalam jangka panjang. Ini berarti pe ruba han IHK inflasi atau deflasi yang sifatnya sementara tidak memberikan respon pada belanja di luar subsidi listrik, tetapi memberikan respon dalam jangka panjang. Sedangkan total pengeluaran pemerintah GOVEXP merupakan penjumlahan pengeluaran pemerintah untuk subsidi listrik dan pengeluaran lainnya yang dirumuskan sebagai berikut: GOVEXP t = SUBLSTR t + BLJLAIN t

5.2.6. Blok Perekonomian

Hasil estimasi persamaan pengeluaran di luar konsumsi untuk listrik, investasi, ekspor, impot, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, indeks harga konsumen IHK, dan suku bunga menunjukan bahwa semua persamaan mempunyai tingkat penjelas yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari nilai koe fisien determinasi R 2 yang bernilai antara 0.78 sampai dengan 0.99, yang berarti bahwa variabel- variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan-persamaan tersebut dapat menjelaskan 78 persen sampa i dengan 99 persen keragaman variabel- variabel endogennya. Dilihat dari nilai statistik uji-F, semua persamaan mempunyai Pr F bernilai 0.0001, yang berarti bahwa pada setiap persamaan 117 variabel- variabel penjelas secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman variabel endogennya secara nyata.

1. Produk Domestik Bruto