93 menampung Napoleon Udn.Knsg, 22 April; Sumber data penelitian, April-Juli
2012; data sekunder dari DKP Wakatobi; DKP Buton; DKP Prov. Bali; Karantina Bau-Bau; Karantina Bali, Juni-Juli 2012.
Kebutuhan ekspor C.V. JM. terjadi hanya setengah tahun saja, artinya satu musim saja. CV. JM menerima ikan dari nelayan hanya musim barat bulan
Oktober-April Wawancara dengan Hndr, 39 Tahun, 26 April 2012, penjaga keramba C.V. JM di Karang Tomia. Menurut Smd 45 Tahun, penjaga keramba
CV. JM di Karang Kapota 24 April 2012, pengambilan ikan di perairan Wakatobi apabila quota ikan itu minimal 5,5 ton. Karena menurut penuturannya,
pembeli dari Hong Kong akan merugi, dan tidak menutupi perongkosan, apabila stok ikannya kurang dari 5,5 ton. Kapal Hong Kong tersebut bermuatan 12-15 ton,
dan minimal mengangkut ikan sebanyak 12 ton dalam jangka pelayaran dari Perairan Indonesia ke Perairan Hong Kong kurang lebih selama tiga minggu.
Pengambilan ikan, biasanya dilakukan sebulan sekali atau quota dalam kedua keramba sudah mencukupi untuk di angkut. Berdasarkan keterangan dari Wnt, 40
Tahun staff administrasi C.V. JM di Bau-Bau Buton 6 Juli 2012, mengatakan, bahwasanya kapal Hong Kong tersebut akan mengambil dari tempat lain sebelum
ke Wakatobi. Kapal Hong Kong singgah di perairan Sinjai, Lombok, Wakatobi dan Banggai.
U.D. PMB mulai beroperasi di perairan Wakatobi sekitar tahun 2007 di Karang Tomia dan beroperasi kembali pada Tahun 2009 dengan mendirikan
keramba di Pulau Wangi-Wangi, keramba di Tomia tetap di depan Pulau Lentea yang didirikan Tahun 2007. U.D. PMB adalah pelopor perusahaan ikan yang
sudah menggunakan praktik-praktik penangkapan yang ramah lingkungan, baik dalam kondisi tangkapan, alat tangkapan, kondisi ikan dilindungi oleh Undang-
Undang konservasi atau tidak sampai ukuran sizing ikan. Setidaknya untuk di Wakatobi mulai Tahun 2009 UD. PMB sudah mengajak nelayan untuk tidak
menangkap ikan di bawah ukuran 600 gram
9
. Berdasar dari wawancara dengan Hr. Purn 35 Tahun pemilik PMB Bali,
14 Juli 2012, perusahaannya menerapkan praktik-praktik produksinya sesuai
9
Berdasar informasi dari nelayan, dan bukti nota bukti pembayaran nelayan Tahun 2009, 2010 sampai 2012.
94 dengan peraturan pemerintah. Pengetahuan yang dimiliki Pak Hr. Purn.,
merupakan pengetahuan green fisheries product, yang disarankan oleh WWF Indonesia, dan pedoman CITES serta menurut aturan dari LIPI. U.D. PMB,
membuka dan menerima hasil tangkapan dari nelayan setahun penuh, artinya menerima dari musim barat dan musim timur. Untuk pengambilan ikan, dilakukan
setiap bulan sekali atau tergantung dari quota yang ada di keramba. Biasanya untuk quota di keramba Wangi-Wangi itu maksima 1,2 ton dan quota keramba
Tomia, maksimal 1 ton berdasar atas wawancara dari penjaga keramba Wangi- Wangi Im, 30 Tahun, 5 Mei 2012 dan keramba Tomia Ag, 19 Tahun, 19 Mei
2012. App.Eff., mempunyai satu keramba, yaitu di Pulau Wangi-Wangi,
berdekatan dengan keramba U.D. PMB. Menurut data hasil wawancara dengan Eff.50 Tahun, 25 Juni 2012, sebagai orang yang dipercaya untuk mengelola
perikanan perusahan Bali Ocean Lingere, oleh Ap.J.T.
10
sang bos, mengatakan bahwa dirinya hanya mengontrol saja tentang sirkulasi ikan disini, untuk urusan
uang dipercayakan ke Rtn. selaku kordinator di Mola. Eff. juga mengatakan Srfdn Polisi di Polsek Tomia Timur itu orang kita, Pak Kapolsek Kaledupa juga orang
kita, dan ada AL dari Wanci juga orang kita. Eff. mengatakan kadang mengekspor ikan ke Jepang, ke Singapura, ke Taiwan dan ke Hong Kong, kalau dalam sekali
mengirim dalam jumlah yang banyak, tetapi kalau sedikit biasa saya jual ke UD. PMB melalui nelayannya Rtn atau ke CV. JM.
Komodifikasi ikan konsumsi karang hidup membentuk pola-pola jaringan komoditas yang mampu mempengaruhi perubahan-perubahan secara ekologi,
sosial, ekonomi maupun kebijakan dalam jaringan komoditas. Berdasarkan kajian sejarah pergerakan komoditas ikan konsumsi karang hidup dari alam Wakatobi
sampai ke Hong Kong sampai saat ini, digambarkan sebagai berikut:
10
Informasi dari Rtn. 29 Tahun, 20 April 2012
Pada era sebelu
Gambar 5.3
Ro hidup di W
ikan kons ikan kons
komodifik berikut:
um 1990-an, digu
. Latar Belak perdagangan
oad map ke Wakatobi b
sumsi karan sumsi kara
kasi ikan k
unaka sebagai ikan
kang Sejarah K nnya.
esejarahan p berjalan ses
ng hidup gl ang hidup
konsumsi k
Ikan dia dijemput
Bali die
n belah.
Komidifkasi Ik
perkembang suai dengan
lobal yang lokal di
karang hidu
ambil dari wakato t dengan kapal, d
ekspor ke HK lew udara.
Mulai 1992-an
kan Dasar di W
gan komod n perkemba
diikuti den Wakatobi.
up di Waka
obi dari
wat
n sampai sekarang
Wakatobi bese
ditas ikan k angan sejar
ngan sejarah Time line
atobi digam
g di jual dalam hi
erta jalur
konsumsi k rah komodi
h perkemba e perkemba
mbarkan se
Ikan langsun
HK da W
95
idup
arang fikasi
angan angan
ebagai
n dijemput ng oleh Kapal
ari perairan Wakatobi
96
1
Gambar 5.4. Time line sejarah perkembangan komodifikasi ikan konsumsi karang hidup di Wakatobi.
1985 1
2 3
4 1994
1993 1992
5 6
2007 2003
1996 1997
7 9
8a 8b
2009 2010
2012 10 a
10 b 10 c
11 12
13
Keterangan: 1.
Komoditas ikan konsumsi karang hidup, masuk di perairan Makassar Muldoon, 2009; 2.
Pengusaha asal Singapura; FrAn. Rhmn, masuk sebagai pionir pengusaha ikan konsumsi karang hidup di Karang Tomia;
3. Komoditas pertama ikan dasar adalah Kerapu Tiger dan Napoleon;
4. Pengusaha asal Buton H. Alydn, bekerjasama dengan Klvn dari Tj. Pinang;
5. Pengusaha asal Singapura; AB, masuk sebagai pionir pengusaha ikan konsumsi karang hidup di
Karang Tomia yang mendirikan keramba. AB merupakan adik dari Klvn; 6.
Puskopal milik AL Uj. Pandang membawa 20 speed menangkap Napoleon dengan menggunakan bius potasium cyanide; tahun pertama kali nelayan Bajo dan Wakatobi mengenal bius untuk
menangkap Napoleon; 7.
Ac. dan As. pengusaha ikan konsumsi karang hidup asal Singapura beroperasi melakukan pembelian dan penangkapan ikan di Karang Kaledupa.
8. a.
Penunjukkan kawasan laut Wakatobi menjadi Kawasan konservasi taman nasional laut; b.
Terjadi ekspansi yang dilakukan oleh nelayan ikan konsumsi karang hidup, Mola Raya menangkap di daerah Taliabo, Pulau Roma dan Pulau Tujuh;
9. Penetapan kawasan Taman Nasional Wakatobi, yang disepakati oleh Bupati dan Kepala Bappeda
dan terbit RPTN untuk 25 tahun kedepan. Pada tahun yang sama, terjadi pemekaran Kabupaten Wakatobi menjadi daerah otonomi administrasi kabupaten lepas dari Kabupaten Buton; masuknya
kerjasama joint program TNW-TNC-WWF Indonesia; 10.
a. UD. PMB masuk pertama kali ke perairan Wakatobi dan mendirikan keramba di Tomia di
depan Pulau Lentea; b.
Pengusaha Bali CW, masuk dan beroperasi di perairan Wakatobi dengan mendirikan keramba di Mola Utara;
11. UD. PMB, kembali masuk beroperasi di perairan Wakatobi, dengan mendirikan dua keramba, satu
di Tomia dan satu di Wangi-Wangi; 12.
Pengusaha Bali, Ap.Eff. masuk beroperasi dengan mendirikan keramba di Wangi-Wangi; 13.
Mulai di akhir Tahun 2011 dijalankan inisiasi oleh WWF Indonesia Fisheries Capture, upaya pengelolaan ikan konsumsi karang hidup yang lestari dengan program perikanan lestari dan
kampanye Seafood Savers, serta Best Management Practice sebgai upaya perikanan berkelanjutan.
97
5.3. Interaksi AktorStakeholder dalam Komodifikasi Ikan Konsumsi
Karang Hidup Jaringan dibangun dari pendekatan aktivitas ekonomi dalam struktur
sosial, dipengaruhi oleh aktivitas aktor-aktor yang terikat dalam jaringan produksi, dimana saling mempengaruhi antara tindakan ekonomi dengan sosial Laumann,
Galaskiewicz, and Marsden 1978; Granovetter 1985; White 1992; dalam Friedman and Miles; 2006:9. Ahli sosiologi ekonomi mendefinisikan jaringan
sebagai ruang terjadinya aktifitas ekonomi yang melibatkan peran serta aktorstakeholder individualkelompok yang dihubungkan dalam ikatan jaringan.
Prell, et.al. 2008; 21-443-458, memaparkan, social learning merupakan wahana untuk mengidentifikasi stakeholder melalui proses sosial yang terjadi
dalam perubahan-perubahan sosial, sebagai ruang pembelajaran stakeholder satu dengan lainnya melalui jaringan sosial. Kajian ikatan aktor dan stakeholder dalam
perikanan, dikaji oleh Crona dan Bodin 2010, memaparkan bahwa dalam ikatan aktor dalam dunia perikanan terdapat aktor nelayan sebagai aktor produksi, aktor
pengusaha serta aktor pemerintah sebagai kekuasaan governance. Crona, menyebutkan bahwa interaksi aktor dalam jaringan sosial perikanan, terdapat
asimetrik kekuasaan power dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan. Kekuasaan tersebut terbentuk dari ikatan kinship, ekonomi, pengetahuan atau
kekuasaan itu sendiri Crona, 2010. Sebagian besar masyarakat di Kepulauan Wakatobi bermata pencaharian
sebagai nelayan dan mayoritas masyarakat Bajo berprofesi sebagai nelayan. Komoditas perikanan dari Kepulauan Wakatobi selain ikan pelagis adalah ikan
karang hidup atau yang dikenal oleh masyarakat Wakatobi sebagai ikan dasar. Dalam struktur komoditas ikan dasar, terdapat dua kelas organisasi produksi, yaitu
nelayan sebagai aktor produksi pencari ikan dan kordinator middle man sebagai aktor dalam distribusi komoditas tersebut. Tentu saja tidak hanya terdapat aktor
produksi dan distribusi saja, namun juga ditemukan aktorstakeholder lainnya yang terlibat dalam komodifikasi ikan konsumsi karang hidup. Pada pola produksi
komoditas ikan konsumsi karang hidup terdapat hubungan antara eksportir- kordinator serta nelayan dalam mata pencaharian mereka. Eksportir adalah bos
besar yang menampung dan membeli ikan dari kordinator atau nelayan.
98 Kordinator adalah bosmajikan yang memberi modal kepada nelayan untuk
menangkap ikan, dan nelayan adalah penangkap ikan dan menyerahkan menjual hasil tangkapannya kepada kordinator.
Kordinator mempunyai tugas, untuk mengurus apa yang menjadi keperluan operasi penangkapan, mulai dari perijinan, logistik atau bekal melaut,
pencatatan hasil tangkapan nelayan yang masuk ke eksportir, sortir ukuran dan jenis ikan dasar yang layak dijual sampai pada perantara antara bos dengan
nelayan, baik dalam urusan harga dan kepercayaan bos-nelayan. Menurut Bjng. 47 Tahun tokoh nelayan dari Mola Utara, menyebutkan istilah kordinator
muncul sekitar Tahun 1992-an, dimana hal ini diistilahkan sebagai koordinir nelayan di lapangan yang dipercayai oleh bos sang eksportir.
“Dulu saya diserahi tugas untuk menjadi kordinator, waktu itu saya bersama H. Ksm dibawah pengepul besar H. Alydn. Tugas saya adalah
mengkordinir, dari semua pengurusan bekal makanan untuk nelayan, sampai menjemput ikan dari nelayan kemudian disetorkan ke bos besar,
atau kapal Hong Kong yang sedang sandar”. 11, April 2012. Penuturan ini diperkuat oleh Tn 40 Tahun, Drhmn 68 Tahun dan
Dmrdn 41 Tahun yang menuturkan hal sama, bahwa dirinya pernah mendapatkan kepercayaan pada awal-awal komodifikasi ikan dasar di Wakatobi
menjadi komoditas ikan hidup yang mempunyai harga mahal pada saat itu. “Saya dulu ikut kordinator Mola pertama yaitu Pak Mdr M. bkr.
Kebetulan Pak M. M. bkr. masih saudara dengan Bapak Drhmn. Kami sekeluarga dipercayai oleh Pak. Mdr M.bkr dan H. Ksm. Kami
mengkordinir nelayan untuk mencari ikan hidup. Awal dulu adalah ikan Kerapu Tiger dan Mbale-mbale Napoleon, menurut bahasa Buton. Kak
Dmrdn sampai mengurusi ijin, pada waktu itu injin penangkapan itu di tandatangai oleh notaris dari Bau-Bau. Bapak, saya dan Kak Dmrdn
menjadi kepercayaan oleh eksportir H. Alydn, Klvn”. 13, April 2012.
Dalam ikatan kordinator dan nelayan mempunyai ikatan kepercayaan, kekerabatan kinship, terdapat aturan yang mengikat kedua pihak akan tetapi
tidak formal, dan saling timbal balik dalam hal kebutuhan. Kordinator harus mampu memberikan modal dalam bentuk panjar atau uang hutangan dan modal
produksi seperti alat-alat yang digunakan untuk melaut menangkap ikan dasar hidup. Kepercayaan tersebut merupakan kerpecayaan yang timbal balik, artinya
kordinator percaya kepada nelayannya untuk menjual produk tangkapannya dan
99 nelayan percaya kepada kordinator untuk memberikan jaminan sosial ekonomi
serta keselamatan untuk nelayannya dan jaminan sosial sehari-hari untuk keluarganya, ketika melaut.
Penuturan Hj. Hyt 49 Tahun, kordinator nelayan di bawah UD. PMB, mempunyai sekitar 15-20 orang nelayan.
“Saya sebagai kordinator memberikan hutangan panjar kepada nelayan mulai dari Rp. 500.000- 1 juta. Kadang juga sudah meminta hutangan,
istrinya datang ke saya meminta hutangan lagi. Nelayan biasanya di laut sampai 10-15 hari. Panjar itu kami gunakan sebagai potongan penjualan
ikan nelayan ke saya. Saya mempunyai 1 kaki tangan kepercayaan, yaitu Pak Hm Ah, yang menghubungkan komunikasi nelayan di karang
dengan saya. Sekarang nelayan sudah sangat pintar, kadang meminta panjar ke saya, sebagian hasil mereka di jual ke kodinator lainnya. Saya
tegur dan peringati. Makanya saya menyuruh orang kepercayaan saya, Pak Hm yang dibantu oleh dua orang juru catat di karang”. 30 Maret 2012 dan
06 April, 2012. Ar.27 Tahun, seorang kordinator ikan karang mati, ikan karang hidup,
cakalang dan ikan babi yang bekerja sama dengan kordinator M. Kll.39 Tahun, asal Mola Utara, menjelaskan:
“Bahwa, untuk menjadi kordinator disini tidak gampang. Uang kami di nelayan kami sekitar seratus juta lebih yang dihutang oleh mereka. Kadang
nelayan meminta untuk dibelikan bodi, dibelikan mesin dan kadang mereka memanjer terlebih dahulu. Pak Kll. juga sering memberikan
panjeran dulu kepada nelayannya agar semangat untuk mencari ikan buat kami disini. Apabila tidak memakai sistem panjeran seperti itu, nelayan
akan lari semua” 8 April, 2012.
Lain halnya seperti yang dituturkan oleh Pak Udn Knsng 56 Tahun, adalah dulu sebagai kordinator ikan konsumsi karang hidup pada 1991-2000.
Tetapi Pak Udn mengalami kebangkrutan karena antar kordinator terjadi persaingan dengan cara yang tidak sehat. Penuturan Pak Udn 56 Tahun adalah
sebagai berikut: “Hampir seluruh nelayan di Mola ini menghutang kepada kordinator dan
kalau diperkirakan dengan persen bisa mencapai 90. Keterikatan hutang terhadap kordinator inilah yang menyebabkan nelayan tetap saja miskin,
karena harga jual ikan jauh lebih murah ke kordinator apabila terikat hutang. Missal, harga kerapu perkilogram adalah Rp. 60.000,-, karena
mempunyai ikatan hutang maka dibeli hanya sekitar Rp. 30.000,- sampai Rp. 20.000,-. Persaingan kordinator disini juga kurang sehat. Ini yang
menyebabkan saya menjadi bangkrut dan berhenti. Panjer-panjer mulai bertambah. Nelayan mulai nakal. Nelayan akan menjual ikannya ke
100 kordinator yang berani memberi panjer lebih tinggi. Sehingga hal ini
menyebabkan semakin rumit. Nelayan lari ke kordinator yang mempunyai uang banyak. Inilah alasan saya berhenti” 22 April, 2012.
Hal ini berbeda menurut penuturan Tn. 40 Tahun, 4 Juni 2012, sebagai nelayan bahwasanya, banyak kordinator yang gulung tikar, diantaranya adalah
faktor sifat kerasnya kordinator dalam memaksa nelayan untuk membayar hutang dan mencari ikan untuk kordinator. Seperti halnya Pak Udn Knsng. Menurut
Tn.40 Tahun, Pak Udn sangat keras dalam menyuruh nelayannya, sehingga nelayan banyak yang lari dan pindah ke kordinator lainnya. Ibu Hj. Hyt 49
Tahun juga sekarang sudah mulai berkurang nelayannya, karena kalau ada nelayan yang menjual ikan ke kordinator lain, maka Bu Hj. Hyt tak segan untuk
menagih hutangnya bahkan akhir-akhir ini sering membawa polisi untuk menakut- nakuti nelayan yang terikat hutang tetapi tidak menjual produknya. Tn. juga
menjelaskan, bahwa kebanyakan nelayan di Mola ini mempunyai lebih dari satu hutangan terhadap kordinator. Kebiasaan system meminta panjer inilah sebetulnya
yang membuat kasihan mereka karena terikat banyak hutang. Sehingga kadang tidak bisa membayarnya. Kadang menggunakan cara menghutang ke kordinator
lain untuk menutupi hutang ke kordinator lamanya. Kebanyakan hutang ini menjadi beban karena sekarang kalau melaut tidak pasti mendapat ikan. Jadi
inilah yang membuat kami sebagai nelayan sengsara. Dari paparan diatas, merupakan temuan hasil di lapangan bahwa
terdapatnya komodifikasi ikan konsumsi karang hidup membentuk ikatan kordinator-nelayan dalam ikatan produksi, dimana nelayan berhutang panjar
perongkosan melaut, kemudian menjual hasilnya ke kordinator. Kepercayaan hubungan nelayan kordinator adalah sebatas ekonomi, karena banyak keluhan dari
nelayan yang terikat oleh hutang kordinator, dan demikian sebaliknya terdapat keluhan dari kordinator terhadap persaingan harga antar kordinator dan perlakuan
nelayan terhadap kordinator. Ikatan patron-klien yang terjadi di Wakatobi sudah mengalami peluruhan, dimana ikatan patron-klien sudah tidak menjadi hal yang
mutlak sebagai hubungan ketergantungan yang bersifat kepercayaan timbal balik antara kordinator dan nelayan. Penggunaan security force dari polisi untuk
menekan nelayan yang ingkar janji terhadap kordinatornya sudah dilakukan oleh kordinator Bajo Mola.
101 Ikatan panjar yang dihutang oleh nelayan menjadi sebuah jaminan
kordinator akan hasil tangkapan nelayan. Kondisi sulit bagi nelayan yang mempunyai ikatan panjar kordinator, karena saat ini kondisi komoditas ikan
karang hidup menjadi tidak dapat diprediksi apakah dalam sekali melaut dapat ikan atau tidak. Hal ini dapat dirasakan nelayan yang mempunyai ikatan panjar
akan tetapi tidak bergabung dengan satu kapal dibawah pengawasan kordinator. Rantai produksi dalam komoditas ikan konsumsi karang hidup, melibatkan
aktor nelayan, kordinator, penjaga keramba, eksportir dan DKP, dalam hubungan yang bersifat saling membutuhkan. Rantai produksi ikan konsumsi karang hidup,
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Gambar 5. 5. Bagan rantai produksi komoditas ikan konsumsi karang hidup.
Komoditas ikan konsumsi karang hidup tidak hanya terdapat pada hubungan antara nelayan dan kordinator saja, tetapi sudah terdapat jauh lebih dari
tersebut. Bahwasanya ikan tersebut setelah ditangkap oleh nelayan di tampung oleh kordinator kemudian dijual ke eksportir dengan menjual ke keramba milik
eksportir. Sebelum meloding istilah untuk mengangkut ikan ke Bali atau diangkut oleh kapal Hong Kong, melaporkan terlebih dahulu ke DKP Kabupaten Wakatobi
untuk melaporkan volume produksi per-sekali loding pengangkutan. Sebelum diloding ikan tersebut dicek oleh pihak DKP bagain sub unit pengawasan, kadang
Nelayan Kordinator
Penjaga keramba Eksportir
DKP
Nelayan menjual hasil tangkapannya kepada
kordinator dalam ikatan hutang Kordinator memberikan
kebutuhan nelayan, baik dalam melaut maupun jaminan sosial
Kordinator menjual ikan kepada eksportir melalui
penjaga keramba Penjaga keramba mengirmkan
ikan hasil tampungan dari kordinator, secara berkala
Penjaga keramba melaporkan pengangkutan ikan kepada DKP, dan
DKP melakuakn pengawan dalam meloding.
102 oleh petugas TNI AL, dan petugas dari Karantina Kesehatan Pelabuhan serta
petugas Syahbandar setempat. Menurut penuturan Im 30 Tahun. Dan Gn 29 Tahun. sebagai penjaga
keramba UD. PMB yang ada di wilayah Wangi-Wangi, mengatakan: “Kami disini membayar perongkosan untuk sewa wilayah keramba ke
Desa Liya. Pembayaran tersebut sebagai retribusi keramba kami dalam menyewa wilayah laut ke kepala desa. Sebelum loding mengangkut ikan
setiap 20 hari sekali atau tergantung dari jumlah ikan, kami harus lapor dulu ke DKP. Semuanya diserahkan ke DKP dan DKP mengurusi
semuanya termasuk ke petugas Karantina Kesehatan Pelabuhan, Syahbandar, dan DKP sendiri. Kadang ada patroli gabungan yang
beranggotakan dari Jagawan Taman Nasional, Polairud, TNI AL dan DKP. Patroli tersebut mengecek keramba kami, jangan sampai ada ikan yang
dilarang untuk ditangkap” 24, Maret 2012 dan 15 Juni, 2012.
Berdasarkan data pengamatan dilapangan, ketika keramba PMB loding, maka terdapat beberapa petugas yang ikut dalam pengawasan loding ikan
konsumsi karang hidup. Ada beberapa loding dan ditemukan ada beberapa petugas yang ikut memantau seperti dari pengawasan DKP Wakatobi, dari petugas
Karantina Kesehatan Pelabuhan dan ada pula dari aparat TNI AL. Penuturan dari Pak Hndr 39 Tahun sebagai penjaga keramba perusahaan
ikan konsumsi karang hidup CV. JM menyebutkan: “Pengawasan mengenai keramba disini, kadang sering didatangi oleh
polisi dari Polsek Tomia dan jagawana dari Seksi III. Ketika mau loding kapal Hong Kong datang ke keramba, biasanya sudah didampingi oleh
petugas DKP Buton, DKP Wakatobi, petugas Karantina Ikan serta dari BKSDA”. Kapal Hong Kong tersebut sudah mengantongi dokumen-
dokumen dari pihak terkaittermasuk Bea Cukai. Kesemuanya dokumen tersebut yang mengurus adalah kantor di Bau-Bau” 27 April 2012.
Hal ini juga dituturkan Lls 40 Tahun, yang menjadi kepercayaan oleh kordinator Rtn 29 Tahun. untuk mengurus segala perijinan mulai dari SITU,
SIUP, dan SIPI. SIPI adalah surat kapal dan pengangkutan ikan yang secara undang-undang melalui peraturan daerah dikeluarkan oleh kepala daerah sebagai
suatu legalnya ijin pengangkutan ikan. SIUP adalah surat ijin usaha perikanan yang mana merupakan keputusan dari kepala daerah yang aturannya diatur oleh
undang-undang secara legal dan SITU adalah ijin yang mengatur tentang tempat usaha.
103 “Dalam hal ini saya dipercayakan oleh Rtn untuk mengurus segala
perijinan berkaitan dengan usaha ikan karang hidup. Saya yang mengurusi ke Pemerintah Daerah ke Dinas Perijinan, ke DKP Wakatobi. Saya juga
mengurusi permasalahan nelayan atau yang berkiatan dengan usaha ikan ke kepolisian kalau terjadi sesuatu” wawancara, 19 April 2012.
Im. 30 Tahun sebagai kepala keramba UD. PMB juga menuturkan bahwa dirinya aktif dalam sosialisasi tentang perikanan ataupun tentang konservasi baik
dari Taman Nasional, DKP, TNC-WWF maupun dari Pemerintah Daerah Wakatobi
“Ketika WWF mengadakan sosialisasi perikanan yang ramah tangkap, saya diundang dan berbicara di depan nelayan. Biasanya yang
menyelenggarakan adalah join program TNC-WWF dengan Taman Nasional. Saya memberikan contoh untuk praktek-praktek seperti
penyuntikan ikan untuk mengeluarkan udara dalam perut ikan, agar ikan tersebut tidak rusak ataupun mati” 24 Maret, 2012
Temuan hasil dilapangan, bahwa komoditas ikan konsumsi karang hidup dapat dipetakan aktorstakeholder yang terlibat dalam jaringan komodifikasi ikan
konsumsi karang hidup mulai dari penangkapan sampai akan proses loding, ditampilkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel. 5.5. AktorStakeholder dalam memanfaatkan sumberdaya ikan konsumsi karang hidup. No
Aktor Peran dan Kepentingan
Keterangan 1. Nelayan
Produksi end actor, penangkap
ikan dasar Komunitas lokal, ada
nelayan yang dibawah kordinator da nada
nelayan bebas
2. Kordinator BosMajikan
Middle Man; pemberi modal dan akses pasar produk ikan
konsumsi karang hidup Distributorsuppliers
3. Kioswarung
Usaha rumah tangga seperti toko tetapi dalam skala kecil. Membantu
peminjaman bbm untuk perongkosan melaut oleh nelayan lepas yang tidak
berhutang ke kordinator Tidak secara langsung
memanfaatkan sumberdaya ikan
konsumsi karang hidup, akan tetapi peranannya
sangat bermanfaat untuk nelayan lepas dalam hal
permodalan BBM untuk melaut
104
No Aktor Peran dan Kepentingan
Keterangan
4. Penjaga Keramba
Pembantu Eksportir; mempunyai tugas mencatat ikan masuk dari siapa
nelayan, mensortir ikan yang layak diterima baik dari kondisi ikan, jenis
ikan dan ukuran ikan. Penjaga keramba juga berfungsi sebagai
penghubung antara eksportir dengan kordinator atau dengan nelayan
langsung. Mengurus dan mengatur perihal perijinan berkaitan dengan
aktifitas produksi ikan konsumsi karang hidup
Employee
5. Eksportir
Eksportir Pembeli ikan dalam quota besar dan diekspor ke Hongkong
Eksportirsuppliers 6. Importir
whole sellerretail
Importir, adalah pembeli komoditas. Di Wakatobi terdapat improtir yang
datang langsung dengan menggunakan vessel menjemput
ikan di lapangan dan improtir yang menunggu komoditas di Hong Kong,
karena dikirim lewat udara. Importir akan mensupply ikan tersebut ke
whole seller atau restaurant yang berada di pasar ikan
Importirdemands
7. Konsumen Konsumsi
end actor Pembeli ikan
8. Taman Nasional
Regulasipembuat kebijakan zonasi kawasan konservasi yang
mempunyai tugas, patrol, pengawasan dan pengelolaan
kawasan konservasi Pemerintah-Management
Konservasi Perairan Taman Nasional
Wakatobi
9. WWFTNC
LSM lingkungan internasional; bekerjasama dengan Taman
Nasional Wakatobi dalam wadah joint program TNW-TNC-WWF;
yang mempunyai peran untuk mendukung kawasan konservasi dan
pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan
iNGO-Empowerment Community and
Conservation
105
No Aktor Peran dan Kepentingan
Keterangan
10. DKP Wakatobi
Regulasipembuat kebijakan.
Mempunyai tugas dalam monitoring dan pengelolaan kebijakan perikanan
di perairan Kabupaten Wakatobi Pemerintah; perikanan
perairan Wakatobi
11. Karantina Kesehatan
Pelabuhan dan Syahbandar
Regulasipembuat kebijakan. Pengawasan dan pemantuan serta
pemeberi ijin terhadap kapal laik jalan atau berlayar
Pemerintah; pengawasan pelayaran
12. Karantina Ikan;
Beacukai; BKSDA PHKA
Regulasipembuat kebijakan; pengawasan; kontrol dan
pengelolaan serta pembuat ijin terhadap perusahaan perikanan dan
ijin kesehatan ikan sebelum perusahaan beroperasi atau ijin ikan
layak ekspor ke laur negeri Pemerintah;
Management Konservasi Perairan Taman Nasional
Wakatobi
13. TNI ALPolri
atau Polairud
Pengamanan; patroli pengawasan kawasan terkait dengan tindakan
Illegal Fishing Pemerintah; pengamanan
wilayah
Sumber: Olahan data primer wawancara dengan narasumber dan pengamatan 2012.
Aktor-aktor yang memanfaatkan sumberdaya perikanan di Wakatobi khususnya komoditas ikan konsumsi karang hidup beragam sesuai dengan peran
dan kepentingan masing-masing. Dapat dipetakan lebih dalam bahwa aktor-aktor tersebut yang saling berintegrasi dan membentuk sebuah kekuatan akses dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan. Terdapat intergrasi vertikal dan horizontal yang melibatkan aktor-aktor tersebut dalam berjejaring baik dengan sesama
nelayan-kordinator, maupun nelayan-kordinator dengan pemangku kebijakan. Integrasi tersebut berjalan sendiri-sendiri sesuai dengan peran dan
kepentingannya. Aktor tersebut dikelompokkan antara lain: masyarakat civil society termasuk di dalamnya adalah nelayan, kios, kordinator, dan penjaga
keramba, aktor pasar market adalah eksportir, importir wholeseller dan konsumen, aktor iNGO WWF Indonesia dan TNC Indonesia dan aktor negara
government yang di dalamnya terdiri dari Taman Nasional Wakatobi, BKSDA, Karantina, Bea Cukai, DKP KabupatenPropinsi; Karantina Kesehatan Pelabuhan;
TNI AL dan Polri.
106 Berdasarkan ulasan tabel diatas, dapat digambarkan bagan interaksi
aktorstakeholder dalam jaringan komodifikasi ikan konsumsi karang hidup sebagai berikut:
Gambar 5. 6. Bagan interkasi aktor dalam pemanfaatan sumberdaya ikan karang hidup di Wakatobi.
Ikatan antar aktor dikaji menggunakan kekuatan hubungan yang bersifat asimetris, antara aktor nelayan dengan aktor lainnya, dan hubungannya dengan
stakeholder lain. Crona dan Bodin 2010, mengkaji asimetrik kekuatan power dalam komunitas nelayan di Afrika Timur, memaparkan terjadi interaksi antara
struktur kekuatan formal dengan jaringan distribusi pengetahuan untuk mengetahui dinding batas tranformasi kekuasaan di dalam komunitas nelayan
tersebut. Terdapat dua pola kekuatan akses terhadap sumberdaya, yaitu:
Sumberdaya Ikan Konsumsi Karang
Hidup Konsumen
BKSDA, Karantina, dan
Beacukai; Importir whole
seller retailer
Eksportir Penjaga Keramba
Nelayan Lepas Lembaga
Konservasi: TN
iNGO: TNC-WWF Indonesia
DKP Kabupaten Karantina Kshtn
PlbhnSyahbandar ALPolri
Middle man Kordinator
Nelayan Terikat Kioswarung
Garis pemanfaatan Garis saling terikat membutuhkan
Garis kewenangan pengeluaran ijin Garis hunbungan kebutuhan ijin
Garis koordinasi antar institusi
Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari Beatrice Crona and Orja Bodin 2010.
Hubungan kinship Hubungan ekonomi
Hubungan institutional governance