Interaksi AktorStakeholder dalam Komodifikasi Ikan Konsumsi

106 Berdasarkan ulasan tabel diatas, dapat digambarkan bagan interaksi aktorstakeholder dalam jaringan komodifikasi ikan konsumsi karang hidup sebagai berikut: Gambar 5. 6. Bagan interkasi aktor dalam pemanfaatan sumberdaya ikan karang hidup di Wakatobi. Ikatan antar aktor dikaji menggunakan kekuatan hubungan yang bersifat asimetris, antara aktor nelayan dengan aktor lainnya, dan hubungannya dengan stakeholder lain. Crona dan Bodin 2010, mengkaji asimetrik kekuatan power dalam komunitas nelayan di Afrika Timur, memaparkan terjadi interaksi antara struktur kekuatan formal dengan jaringan distribusi pengetahuan untuk mengetahui dinding batas tranformasi kekuasaan di dalam komunitas nelayan tersebut. Terdapat dua pola kekuatan akses terhadap sumberdaya, yaitu: Sumberdaya Ikan Konsumsi Karang Hidup Konsumen BKSDA, Karantina, dan Beacukai; Importir whole seller retailer Eksportir Penjaga Keramba Nelayan Lepas Lembaga Konservasi: TN iNGO: TNC-WWF Indonesia DKP Kabupaten Karantina Kshtn PlbhnSyahbandar ALPolri Middle man Kordinator Nelayan Terikat Kioswarung Garis pemanfaatan Garis saling terikat membutuhkan Garis kewenangan pengeluaran ijin Garis hunbungan kebutuhan ijin Garis koordinasi antar institusi Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari Beatrice Crona and Orja Bodin 2010. Hubungan kinship Hubungan ekonomi Hubungan institutional governance 107 1 memberikan bukti adanya distribusi asimetris modal dalam komunitas nelayan, 2 kajian sosiologi ekonomi, menyajikan ikatan patron-client yang terdapat di jaringan produksi. Hasil penelitian interaksi aktor dan stakeholder pengguna sumberdaya perikanan karang hidup, dipetakan menurut power dan pengetahuan sebagai berikut: Tabel. 5.6. Power dan Pengetahuan aktorstakeholder dalam memanfaatkan sumberdaya ikan konsumsi karang hidup. No Aktor Kategori penguasaan sumberdaya Kategori penguasaan modal Peran Power, pengetahuan dan ekonomi 1. Nelayan bebas end actornelayan Client Aktor produksi, Kekuatan pengetahuan produksi 2. Nelayan terikat end actornelayan Client Aktor produksi, Kekuatan pengetahuan produksi 3. Kordinator middle manpengepul Patron Pemberi modal produksi ke nelayan dan akses pasar ke eksportir. Presecution right on their client kekuatan modal ekonomi, pemilik alat produksi dan jaringan akses pasar ke eksportir; Kontrol terhadap harga pasar dari eksportir ke nelayan 4. Kioswarung - - Pemberi modal terhadap nelayan bebas. Sebagai modal sosial dengan keuntungan ekonomi Kekuatan ekonomi penyangga non komoditi 5. Penjaga Keramba Pekerja eksportir Assesor dan Selektor Modal kepercayaan terhadap akses komoditi good Kekuatan pengetahuan dan kepercayaan 6. Eksportir Eksportir, supplier and demander middle man Patron Pemilik modal jaringan pasar komoditi dan pemilik modal ekonomi serta presecution-akses aman terhadap jaringan pasar Kekuatan ekonomi, Kekuatan pasar termasuk kontrol harga, supply and demand serta Kekuatan kontrol pengguna sumberdaya alam 108 No Aktor Kategori penguasaan sumberdaya Kategori penguasaan modal Peran Power, pengetahuan dan ekonomi 7. Importir whole sellerretail demands Busseniss network Pemilik akses pasar konsumen, pemilik modal ekonomi, dan kontrol harga Kekuatan ekonomi, dan kontrol pasar konsumen 8 Konsumen end actorpembeli tingkat akhir Konsumen Pemilik ekonomi, kontrol demand, pemilik pengetahuan produk komoditi Pemilik pengetahuan dan ekonomi 9. Taman Nasional Pemerintah Govern- menality Pembuat kebijakan zonasi kawasan konservasi Pemilik Kekuasaan, negara sebagai aktor tata kelola 10. WWFTNC NGO Empowerment Empower Pendampingan masyarakat, Pemilik pengetahuan 11. DKP Wakatobi Fisheries agency, local government Govern- menality Monitoring, Pembuat kebijakan Pemilik kekuasaan sebagai ujud devolusi lokal. 12. Karantina Kesehatan Pelabuhan dan Syahbandar Ship transport and healt port quarantine Govern- menality Monitoring Pemilik kekeuasaan territorial 13. Karantina Ikan; Beacukai; BKSDA PHKA Fish Quarantine; Conservation agency Govern- menality Pembuat kebijakan; pengawasan; kontrol Pemeilik pengetahuan; Pemilik kekuasaan 14. TNI ALPolri atau Polairud Security Force Govern- menality Pengamanan; patroli pengawasan kawasan terkait dengan tindakan Illegal Fishing Kekuasaan mutlak Sumber: Olahan data primer wawancara dengan narasumber dan pengamatan 2012. Jaringan sosial dalam pengelolaan sumberdaya alam mempunyai ikatan berdasar dari karakter dan tipologi dari ikatan aktor ataupun stakeholder. Karakter dan tipologi dari interkasi aktor dianalisis sebagai kajian analisis jaringan sosial. Prell et.al. 2009; 501-518, memetakan konsep jaringan dalam pemanfaatan sumberdaya alam menjadi lima konsep yang mempunyai dampak terhadap 109 pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Kelima konsep tersebut, adalah: 1. Strong ties; 2. Weak ties, 3. Homophily, 4. Centrality, degree centrality dan betweenes centrality, 5. Centralization. Jaringan komodifikasi ikan konsumsi karang hidup di Wakatobi, merujuk dari konsep jaringan yang dikemukakan oleh Prell, et.al. 2009, adalah sebagai berikut: Tabel. 5.7. Konsep jaringan interaksi aktor dan stakeholder, serta dampaknya terhadap penggunaan sumberdaya perikanan karang hidup. No Aktor Konsep Jaringan Dampak terhadap pengelolaan SDP 1. Nelayan bebas Weak ties Komunikasi antar nelayan dalam pengelolaan harga dan tempat tangkap ikan menjadi faktor komunikasi yang kuat antar nelayan. 2. Nelayan terikat Strong ties Nelayan terikat tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menurut terhadap kordinator mereka sebagai patron, pelindung dan pemberi akses pasar 3. Kordinator Degree Centrality Kordinator disini menjadi kunci penting yang menghubungkan antara nelayan terikat dengan eksportir akses pasar 4. Kioswarung Centrality Kepercayaan yang terbentuk antara nelayan bebas dengan kios merupakan bentuk hubungan saling menguntungkan. Kios mendapatkan masukan dari hutang nelayan, dan nelayan mendapatkan jaminan perongkosan melaut. 5. Penjaga Keramba Degree Centrality Kekuatan pengetahuan dan kepercayaan eksportir menjadikan kepercayaan nelayan terhadap penjaga keramba sebagai pintu akses penjualan ikan dari kordinator atau nelayan. Timbal balik hubungan tersebut, nelayan satu menjadi kunci nelayan lain dalam menjaga kepercayaan penjaga keramba untuk menerima komoditas yang masuk. 6. Eksportir Centrality Eksportir mempunyai peran penting dalam membentuk pola perikanan dan praktek tangkap terhadap nelayan dan kordinatornya. 7. Importir whole sellerretail Centrality Kepercayaan importer terhadap eksportir demikian sebaliknya, sangat kental di pengaruhi hubungan supply and demand. 8 Konsumen Centrality Kepercayaan pengetahuan nelayan akan importerwholeseller, menjadikan deman tetap berlangsung 9. Taman Nasional Centralization Idealisme konservasi Taman Nasional menjadi faktor weak ties terhadap pengguna sumberdaya di dalam kawasan 10. WWFTNC Homophily Insentive, pemberdayaan menjadi hubungan Lembaga Swadaya Masyarakat 110 dekat dengan pengguna sumberdaya perikanan No Aktor Konsep Jaringan Dampak terhadap pengelolaan SDP 11. DKP Wakatobi CentralizationBetweenes centrality Kebutuhan ijin dan birokrasi, menjadikan hubungan pengguna sumberdaya alam hanya bersifat birokratis semata. 12. Karantina Kesehatan Pelabuhan dan Syahbandar Centralization Kebutuhan ijin dan birokrasi, menjadikan hubungan pengguna sumberdaya alam hanya bersifat birokratis semata 13. Karantina Ikan; Beacukai; BKSDA PHKA Centralization Kebutuhan ijin dan birokrasi, menjadikan hubungan pengguna sumberdaya alam hanya bersifat birokratis semata 14. TNI ALPolri atau Polairud Centralization Betweenes centrality Kekuasaan mutlak atas keamanan territorial menjadikan hubungan antara pengguna eksportir dan kordinator sebatas sebagai jaringan pengaman usaha mereka. Sumber: Olahan data primer wawancara dengan narasumber dan pengamatan 2012. Peranan kordinator dan ekportir mempunyai sentralitas kepentingan yang sangat mempengaruhi pola praktek perikanan di dalam pengelolaan sumberdaya perikanan karang. Ekportir dan kordinator mempunyai konsep jaringan degree centrality dan betweenes centrality. Degree centrality terjadi dalam interaksi horizontal antara eksportir dengan kordinator dan nelayan. kepercayaan eksportir terhadap nelayan merupakan kepercayaan penuh eksportir terhadap kordinator. Di lapangan, tidak sembarangan menjual ikan ke eksportir yang, kordinatornya tidak dikenal. Sedangkan betweenes centrality, merupakan interaksi kepercayaan jaringan diantara sesame nelayan di bawah kordinator yang sama dengan hubungan mereka terhadap stakeholder seperti TNI, POLRI, DKP. Betweenes, berarti diantara, sesama dalam jaringan mempunyai hubungan yang kuat walaupun antara aktor satu dengan yang lainnya tidak berinteraksi. Nelayan A, dengan kordinator A, akan mempunyai ikatan yang dekat dengan stakeholder B, walaupun nelayan A tidak berhubungan dan tidak ada ikatan, karena kordinator A mempunyai hubungan yang kuat dengan stakeholder B. Interaksi aktor sebagai akibat dari komodifikasi ikan konsumsi karang hidup yang mempunyai harga jual secara ekonomi tinggi, membentuk rangkaian gerbong yang menyebabkan beberapa dampak perubahan-perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, kebijakan dan ekologi. Perubahan tersebut diawali dengan 111 adanya permasalahan-permasalahan berkaitan dengan dinamika komoditas ikan konsumsi karang hidup semakin waktu menjadi komodifikasi yang tidak dapat diprediksi, tidak menentu dan juga mempunyai permasalahan di berbagai aspek sosial, ekonomi, kebijakan dan ekologi. Hal ini menjadi menarik, dikarenakan perubahan komodifikasi ikan karang juga diikuti dengan pengelolaan kawasan konservasi dan pengaturan otonomi daerah oleh Kabupaten Wakatobi. Perubahan yang mendasar dalam jaringan komoditas ikan konsumsi karang hidup adalah terdapatnya peluruhan ikatan patron-klien yang terjadi pada awal kemunculan komoditas ikan konsumsi karang hidup. Akibat dari faktor pemaksaan dan otoriter dari seorang kordinator dapat menyebabkan nelayan menjadi tidak percaya terhadap kordinator dan merasa terbebani. Ikatan hutang patron-klien yang terdapat pada kordinator-nelayan, tidak didasari dengan perjanjian dan perikatan yang formal legal. Hal ini menjadikan pemanfaatan jasa polisi sebagai security force terhadap nelayan yang mencoba ingkar janji terhadap kordinatornya sebagai bentuk meluruhnya loyalitas dan kewajiban nelayan terhadap kordinatornya. Multiaktor yang terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya ikan konsumsi karang hidup menyebabkan menjadi lebih dinamik. Keunikan pemanfaatan sumberdaya perikanan konsumsi karang hidup terdapat pada interaksi aktor yang terlibat, yang melibatkan berbagai stakeholder di dalam kawasan konservasi. Terdapat integrasi horizontal berupa ikatan aktor dalam level produksi dan integrasi vertikal terdapat dalam ikatan aktor produksi dan stakeholder yang berkaitan dengan aktifitas distribusi komoditas ikan tersebut. 113

6. DAMPAK KOMODIFIKASI IKAN KONSUMSI KARANG HIDUP

Komodifikasi ikan konsumsi karang hidup membawa perubahan- perubahan pada aspek ekologi, sosial, ekonomi dan politik yang menyebabkan permasalah-permasalahan sosial terkait dalam keempat aspek tersebut. Transfer komodifikasi ikan konsumsi karang hidup berdampak pada aspek sosial, ekonomi, ekologi dan kebijakan politik, disebabkan oleh adanya interaksi antar aktor dan keterlibatan stakeholder dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan karang hidup. Perubahan ekologi yang terjadi dikarenakan proses penangkapan berlanjut sebagai akibat permintaan pasar secara terus menerus sehingga menyebabkan eksploitasi berlebih dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan pada skala produksi. Eksploitasi berlebih komoditas ikan konsumsi karang hidup dalam zona konservasi Taman Nasional Wakatobi yang menjadi permasalahan ekologi dan ekonomi yang menarik untuk dikaji. Radjawali 2012, dalam penelitan jaringan sosial ikan konsumsi karang hidup di Kepulauan Spermonde menyebutkan terdapat tiga jaringan sebagai dampak dari komodifikasi ikan konsumsi karang hidup, yaitu: 1. Jaringan penangkapan, yang melibatkan aktifitas penangkapan dan terdapatnya ikatan hutang dalam ikatan patron klien, termasuk dalam perongkosan melaut dan resiko dalam penangkapan di lapangan. 2. Jaringan pasar, yang terdapat pada level distribusi, menyangkut hal ihwal yang terjadi dalam proses produksi, mulai dari perlakuan terhadap komoditas, proses komoditas dipasarkan dan akhirnya sampai ke luar negeri, dan 3. Jaringan prosecution¸ yaitu sebagai jaringan risk of insurance, merupakan jaringan penuntutan resiko, yang terdapat pada level produksi dan distribusi melibatkan middle man dan stakeholder yang mempunyai kewenangan atas kuasa pengeluaran ijin produksi dan distribus. Komodifikasi ikan konsumsi karang hidup membawa perubahan dan berdampak pada aspek sosial, ekonomi, ekologi dan kebijakan. Dampak dari komodifkasi tersebut secara fundamental menjadi permasalahan dan perubahan yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang dan spesies laut yang berhabitat di dalam terumbu karang. Empat dampak yaitu sebagai berikut: 114

6.1. Dampak Sosial Komodifikasi Ikan Konsumsi Karang Hidup

Masuknya komoditas ikan konsumsi karang hidup di Wakatobi yang dibawa oleh pengusaha dari Hong Kong menyebabkan terjadinya kompetisi sesama kordinator menjadi terlihat secara jelas dalam usaha untuk mempengaruhi nelayan sebagai pekerjanya. Kekuatan power kordinator dalam usaha mempengaruhi nelayan terlihat pada kemampuan ekonomi, kedekatan dengan eksportir akses pasar dan kedekatan dengan pejabat pemerintah. Walaupun di dalam kasus di komunitas Bajo Mola pengusaha masih kerabat, namun demikian persaingan di dalam menguasai nelayan meningkat. Ikatan aktor dalam jaringan komoditas ikan konsumsi karang hidup pada level produksi tidak dilandasi oleh ikatan kinship tetapi lebih ke ekonomi. Rasionalitas ekonomi antar pelaku usaha menjadi pemicu adanya kompetisi tersebut. Dalam level pemasaran, antar eksportir satu dengan eksportir yang lainnya saling menjatuhkan. Persaingan dalam bentuk harga dengan cara melalui pemberian penghargaan terhadap nelayan atau kordinator yang loyal terhadapnya pun terjadi secara terbuka. Tidak ada kesepakatan harga antara ekportir satu dengan eksportir yang lain menjadi pemicu persaingan eksportir sebagai bentuk untuk menguasai kordinator. Sistem perikanan yang sudah di terapkan oleh masing-masing perusahaan juga mempengaruhi pola kompetisi pengusaha di level eksportir. Mereka saling menjatuhkan dalam hal bad practice atau good practice penangkapan ikan. Kompetisi di level kordinator dan level eksportir, didukung oleh kebijakan yang berlum secara eksplisit mengatur komoditas tersebut menyebabkan munculnya fenomena rent seeking dari aktor yang mempunyai kewenangan. Dampak sosial dari komodifikasi ikan konsumsi karang hidup, terjadi dalam jaringan penangkapan dan jaringan pemasaran. Jaringan penangkapan merupakan jaringan produksi yang melibatkan aktor nelayan dan kordinator sebagai pembeli hasil tangkapan dari nelayan juga kepala keramba yang merupakan wakil dari eksportir untuk di lapangan. Sedangkan jaringan pemasaran melibatkan aktor middle man seperti kordinator, kepala keramba dengan anggotanya dan eksportir.

6.1.1. Jaringan Penangkapan Komoditas Ikan Konsumsi Karang Hidup

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan di lapangan, bahwa ada beberapa jenis ikan karang yang menjadi komoditas nelayan ikan dasar di Wakatobi. 115 teridentifikasi di lapangan berdasarkan survey di keramba milik eksportir dan nelayan saat menangkap ikan di lapangan adalah sebagai berikut: Tabel. 6.1. Jenis komoditi ikan konsumsi karang hidup yang mempunyai nilai jual tinggi di Wakatobi. No Nama Bajo Nama Tomia Nama Indonesia Nama Inggris Nama Latin Nama Pasaran 1. Lengkuwe MinamiTongia Napoleon Humphead Wrasse Cheilinus undulates Napoleon 2. Kiapu Tikus Koka Tikus Kerapu Tikus Humpback grouper Cromileptes altivelis Sunu tikus 3. Sunu Mirah SuperUliha Miha Sunu Merah Leopard grouper Plectropomus leopardus Tong Sing 4. Sunu Lo’ong Uliha Sunu Hitam Squaretail Leopard grouper Plectorhincus aerolatus Sai Sing 5. Tonggol Kwahu Kerapu Macan Brown- marbled grouper Ephinephelus fuscoguttatus LoufuTiger 6. Kiapu Lo’ong Kodo-kodo Tenda-tenda Kerapu Hitam Capan Camou-flage grouper Epinephelus polyphekadion FucangCapan 7. Sunu Baliang Tambuloko Sunu Raja Blacksaddle Coral grouper Plectropomus leavis Sunu Raja 8. Sunu Cambah Omo Sunu Macan Red-tipped grouper Ephinephelus retouti Sunu Cambah 9. Nongko - Lokal 1 Starspotted grouper Ephinephelus hexagonatus Lokal 1 10. Tambaleke - Lokal 2 White- spotted grouper Ephinephelus caeruleopunct atus Lokal 2 11. Buntar Tikolo - Kerapu Lumpur Coral grouper Epinephelus corallicola Sue sue 12. Lumu - Kwaci Abu-abu Speckled blue grouper Epinephelus kohleri Kwaci Abu-abu 13. Kiapu Lumu- lumu - Kwaci Putih Wavy-lined grouper Epinephelus undulosus Kwaci Putih 14. Kiapu Kula Mirah - Karet Merah Tomato grouper Cepalopholis sonnerati Karet Merah 15. Kiapu PopoleLo’ ong - Karet Hitam Redmouth grouper Aethaloperca rogaa Karet Hitam 16. Tala - Sosis Stripped grouper Ephinephelus latifasciatus Sosis 17. Kiapu Kuntila ana - Tai Sing Spotted Coral grouper Plectropomus maculatus Tai Sing Sumber: Pengamatan di lapangan Mola, Lamanggau, Tongano; identifikasi WWF Indonesia; hal 5-10 BMP Perikanan Kerapu dan Kakap; 2011. Jaringan penangkapan komoditas ikan konsumsi karang hidup melibatkan beberapa aktor yang terlibat. Hasil penelitian di lapangan April-Juni 2012, dapat dipetakan aktor yang terlibat dalam jaringan produksi adalah: 116 Tabel 6.2. Akor yang terlibat dalam jaringan penangkapan No. Aktor Peran Hak terhadap klienpatron Kewajiban terhadap klienpatron Sosialekonomi Politik 1. Nelayan lepas Sebagai aktor produksi, penangkap ikan di alam. Nelayan tanpa beban hutang terhadap kordinator. Bebas menjual ke siapa saja - - 2. Nelayan terikat Sebagai aktor produksi, penangkap ikan di alam. - Mendapatkan perlindungan dari patron dalam aktifitas penangkapan ikan seperti backing up, dari ancaman luar. -Mendapat pinjaman hutang untuk keperluan melaut dan sehari-hari. -Mendapat jaminan sosial untuk keluarga yang ditinggal dalam melaut Nelayan dengan ikatan hutang ke kordinator, wajib menjual ikannya sebagai bentuk kredit mencicil hutang kepada kordinator. - 3. Kordinator -Sebagai patron atau penjamin secara modal nelayan terikat hutang client. -Pengumpul ikan -Pelindung nelayan, baik secara keamanan dan jaminan sosial dan ekonomi untuk nelayan dan keluarganya -Aktor middle man perantarapengumpul yang menerima hasil dari nelayanya, karena ada ikatan debt dan credit. -Membeli ikan dengan keputusan harga ada di kordinator -Menentukan aturan main terhadap nelayannya -Merekrut nelayan yang menjadi kliennyapekerjanya -Memutuskan alat pancing yang digunakan dan ukuran ikan yang harus di tangkap -Memberi hutangan untuk nelayannya untuk perongkosan melaut -Memberi jaminan sosial, untuk keluarga nelayan ketika melaut, walaupun kadang termasuk dalam hutangan -Memberikan bantuan sosial terhadap nelayannya dalam hal peristiwa seremonial sosial hajatan, kematian, sakit, dll -Melindungi nelayannya dari legal prosecution dalam kasus illegal fishing vertical fishing related conflict -Melindungi nelayannya dari ancaman luar, seperti konflik dengan sesama nelayannya ataupun nelayan lainnya yang berbeda kordinator horizontal fishing related conflict 4. Pekerja Kordinator -Pemimpin dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan nelayan terikat hutang-dengan sistem penangkapan berkelompok menggunakan kapal -Mediator antara -Memutuskan alat tangkap yang digunakan atas perintah dari kordinator -Menentukan lokasi tangkap berdasar keptusan kordinator -Melakukan penimbangan dan pencatatan hasil ikan dari nelayan -Memberikan kelonggaran dan bantuan kepada nelayan ketika mengalami kecelakaan atau sakit di lapangan -Melindungi nelayannya dari ancaman nelayan luar ataupun patrol petugas horizontal fishing related conflict. 117 kepentingan kordinator dan nelayan No. Aktor Peran Hak terhadap klienpatron Kewajiban terhadap klienpatron Sosialekonomi Politik 5. Penjaga Keramba -Sebagai wakil bos eksportir di lapangan. Mempunyai fungsi untuk mengurus segala keperluan berkaitan dengan bisnis dari bosnya -Sebagai mediator kepentingan bos dengan kordinator dan kepentingan bos dengan nelayan lepas -Mempunyai keputusan akan seleksi ikan yang masuk berdasar kondisi ikan, jenis ikan dan ukuran ikan berdasar perintah boseksportir -Dalam satu keramba biasanya ada 2 bahkan 3 orang. -Salah satu dari penjaga keramba adalah kepala keramba yang diberi kepercayaan penuh di lapanga oleh eksportir termasuk juga dalam hal seleksi dan informasi dari bos -Memberi bantuan bbmpinjaman melaut kepada kordinator ataupun nelayan lepas, dengan ijin dari bos-nya - Sumber: Olahan data primer pemetaan aktor Hasil Penelitian, April-Juni 2012. Berdasar hasil penelitian di lapangan April-Juni 2012, dampak sosial dari komodifikasi ikan konsumsi karang hidup membawa transformasi nilai-nilai pengetahuan dan istilah baru untuk komoditas ikan dasar bagi nelayan Bajo Mola dan Wakatobi. Pertama terdapat transfer pengetahuan dari nama-nama komoditas ikan dasar sebagai pengetahuan baru ikan-ikan yang laku di pasar. Nama-nama pasaran komoditas ikan yang mempunyai nilai jual tinggi dibawa dan disebarkan oleh pengusaha asal Hong Kong dengan perantara bos middle man dari Tanjung Pinang serta Singapura. Sejak saat itulah nelayan-nelayan lokal mulai diajarkan oleh pembeli dan awak kapal Hong Kong tentang jenis ikan beserta nama pasarannya dalam bahasa Cantonese, serta ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Menurut penuturan Tn.40 Tahun dan Dmrdn 41 Tahun, yang pernah menjadi penghubung dan mengkoordinir nelayan dengan bos pembeli langsung dari Hong Kong maupun bos dari Tanjung Pinang ataupun middle man, menyebutkan : “Bahwa dalam menyerahkan ikan saya hanya menyerahkan hasil tangkapan dari nelayan dalam waktu sehari, kemudian mereka bos 118 perantara yang menerjemahkan semua bahasa kami dengan orang Cina tersebut Cina di kenal dengan sebutan orang kulit putih oleh Bajo Mola. Nama-nama pasaran ikan yang ada sampai sekarang adalah yang memberitahu dari pengusaha Cina. Seperti LengkuweMbele-bele untuk Napoleon ; Kiapu untuk Kerapu Tiger; Sunu merah untuk Tung Sing; Sunu Hitam; Tai Sing. Sebelum dekade 90’an akhir, Sunu Merah tidak mempunyai nilai jual tinggi, Sunu Merah mempunyai harga tinggi sejak 1997-an ke atas. Sistem ukuran sizing seperti baby, super A,B,C dan Up serta sistem ekoran dan timbangan sudah dilakukuan sejak Tahun 1992 dan diperkenalkan langsung oleh bos dan pembeli langsung dari Hong Kong” 30 Juni, 2012. Adapun klasifikasi nama dan ukuran ikan konsumsi karang hidup berdasarkan pembukuan pada Tahun 1997 milik kordinator Dmrdn 41 Tahun, adalah sebagai berikut: Tabel. 6.3. Tabel harga dan nama pasaran serta kode dan size di Karang Karumpo Nama ikan Kode dan Nama Pasaran Harga per ekor Sunu Hitam Sai Sing SS 0.3-0.5 baby Rp. 250,- Sai Sing SS 0.5-0.7 super C Rp. 1000,- Sai Sing SS 0.8-Up super B Rp. 2000,- Sunu Merah Tung Sing TS 0.5-0.7 super C Rp. 2000,- Tung Sing TS 0.8-Up super B Rp. 4000,- Kerapu KRP 0.3-0.5 baby Rp. 250,- KRP 0.5-0.7 super C Rp. 1750,- KRP 0.8-4.9 super dan Up Rp. 3.500,- Kerapu Macan Tiger Tgr, 5-Up Rp. 17.500,- Kerapu Campur KC 0.7-Up Rp. 500,- Napoleon Mbele-bele BBL 0.3-0.5 baby Rp. 1000,- BBL 0.5-0.7 super C Rp. 2500,- BBL 0.8-1 super B Rp. 5000,- BBL 1.2-3 super A Rp. 10000,- BBL 3.2-Up super Up Rp. 20000,- Sunu Campur RC Rusak Campur Rp. 250,- Kerapu Campur RC K Rusak Campur Kerapu Rp. 250,- Sumber: Catatan produksi bulan November- Desember 1997; Dmrdn Mola Selatan. Perihal nama jenis ikan terdapat pada pembagian nama pasaran untuk saat ini berdasar ukuran dan jenis dibedakan menjadi dua jenis nama pasaran yaitu menurut nama pasaran di Hong Kong dan nama pasaran Bahasa Indonesia dikenal umum. Perbedaan nama sejak beroperasinya UD. PMB ke Wakatobi sekitar Tahun 2009. Pada Tahun 2004, CV. JM masih memakai nama pasaran dari nama pasar di Hong Kong, tetapi setelah masuknya UD. PMB yang menggunakan nama pasar di Hong Kong, sehingga terjadi pembedaan pada kedua perusahaan 119 tersebut berdasar pemakaian nama komoditas dalam nota nelayan. Perbedaan tersebut dikarenakan agar tidak terjadi dua nota perusahaan dan tidak membingungkan nelayan. Adapun perbedaan tersebut di terangkan dalam tabel adalah sebagai berikut. Tabel. 6.4. Ukuran, jenis dan nama pasaran ikan konsumsi karang hidup periode 2009-2012 Nama Ikan Dasar UD. PMB CV. JM Bau-Bau Sunu Merah Tong Sing Super TS Sp 0.6-1 Sunu Merah Super SMS 0.6-1 Tong Sing Up TS up 1-up Sunu MerahUp SMUp 1-up Sunu Hitam Sai Sing Super SS Sp 0.6-1 Sunu Hitam Super SMH Sp 0.6-1 Sai Sing Up SS Up 1-up Sunu Hitam Up SHUp 1-up Kerapu Macan Tiger Tgr, ditimbang, ekoran Tiger Tgr, ditimbang, ekoran Kedo-kedo,sejenis kerapu selain kerapu macan Kerapu Super Krp Sp 0.6-1 Kerapu 0.6-1 krp Kerapu Up Krp Up 1-keatas Kwaci putih dan abu-abu Karet merah dan putih Sunu lainnya yang tidak termasuk dalam kategori di atas Kerapu Lokal A dan B Masuk kategori Campur CPR Super min. 0.6-keatas Seluruh ikan karang yang mempunyai harga jual dan sunu merah, sunu hitam, kerapu dan tiger dari ukuran baby termasuk sunu merah 0.3-0.5 masuk dalam CPR. Sumber: Perbandingan atas nota dari nelayan untuk kedua perusahaan. Kedua, komoditas ikan konsumsi karang hidup juga menimbulkan perubahan hubungan produksi dengan timbulnya ikatan kordinator-nelayan terikat. Pengertian kordinator berarti adalah seseorang yang ditugaskan untuk mengkordinator nelayan lainnya dan mengurusi segala perijinan. Tetapi istilah tentang kordinator sudah mulai bergeser ketika UD. PMB Tahun 2009 masuk dan beroperasi di Wakatobi, beralih nama menjadi pengepul 1 . Sejarah kordinator muncul pada saat nelayan lokal menjadi kordinator- kordinator yang mempunyai fungsi sebagai pengumpul, sehingga sampai saat ini masih dikenal dengan sebutan kordinator. Ada perbedaan karakter antara periode 1 Wawancara dengan Tn.40 Tahun, 3 Juni 2012; Hr. Prnm.35 Tahun PMB, 14 Juli 2012. 120 1990-2000-an adalah bahwa kordinator mencari eksportir atau pengepul besar, sedangkan pada era sekarang 4 tahun yang lalu eksportirlah yang mendatangai kordinator. Hal ini disebabkan karena sudah semakin susahnya untuk mencari ikan karang hidup. Jaringan penangkapan ikan di Wakatobi terbagi menjadi dua jenis, yaitu penangkapan ikan oleh nelayan terikat secara kelompok yang berada di bawah kordinator dan oleh nelayan lepas. Arti dari nelayan lepas adalah nelayan yang tanpa ikatan kordinator, menangkap di alam dan langsung di jual ke eksportirpengusaha melalui keramba sebagai penampung collecting point cage milik dari eksportir. Sedangkan nelayan yang terikat di bawah ikatan kordinator tidak bebas untuk menjual hasil tangkapannya. Mereka tidak punya pilihan harus menjual ke kordinator mereka karena ada ikatan hutang yang diterima oleh nelayan. Ikatan hutang tersebut dalam bahasa nelayan Wakatobi dikenal dengan istilah panjar artinya memanjar, menghutang terlebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dibedakan tipologi nelayan bebas dan nelayan terikat di kedua lokasi penelitian, di sajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 6.5. Tipologi nelayan lepas dan nelayan terikat Bajo Mola Kemampuan property akses Nelayan lepas Nelayan terikat Kemampuan modal Mempunyai modal sendiri atau dengan cara menghutang ke kios Menghutang ke kordinator Biaya operasional Dalam sekali melaut 2-3 hari melaut; Solar 40 liter; rokok 3-5 bungkus; kasuami 2 dan nasi; air satu gallon; peralatan menangkap ikan Nelayan tidak mengeluarkan biaya. Semua biaya operasional ditanggung oleh kordinator, dari bekal makanan sampai peralatan memancing. Lama melaut 2-3 hari 10-15 hari satu musim Peralatan tangkap ikan Pancing tonda; pancing kedo-kedo; panah; bius Pancing umpan Peralatan teknologi Bodi 3 perahu 5 GT bermesin diesel Dianjdong Kapal besar diatas 15 GT operasional kordinator; lepa- lepa 4 . 2 Makanan tradisional Wakatobi, yang terbuat dari tepung singkong kemudian di kukus, dimakan untuk makanan pokok pengganti nasi 3 Perahu perahu 5 GT bermesin diesel Dianjdong dengan bahar bakar solar. 4 Perahu kecil tidak bermesin dioperasikan dengan dayung dan layar. 121 Kemampuan property akses Nelayan lepas Nelayan terikat Jumlah nelayan 1 orang Sampai lebih dari 15 orang nelayan, dengan 3 perwakilan kordinator, dua orang sebagai pengawas nelayan dan hasil tangkapan, satu adalah kaki tangan kordinator yang menghubungkan kordinator dengan nelayan di lapangan Lokasi penangkapan Hanya sampai pada daerah karang sekitar pulau dalam zonasi dikenal sebagai Zona Kapota dan Zona Kaledupa I-III Daerah operasi baik yang dekat dengan pulau maupun sampai ke Zona luar pulau Karang Koko, Karang Koromaho. Hasil tangkapan dalam melaut Sampai 1-5 kg 200-300 kg per musim Sumber: Olahan data primer wawancara dan observasi turun lapangan bersama nelayan April-Mei 2012. Tabel 6.6. Tipologi nelayan terikat Bajo Lamanggau dan terikat lepas “antopulo” Tongano Barat Kemampuan property akses Nelayan terikat lepas 5 Tongano Barat Nelayan terikat Bajo Lamanggau Kemampuan modal Mempunyai modal sendiri atau dengan cara menghutang ke kas kelompok; walaupun kadang mendapat pinjaman dari kordinator tetapi tidak dalam nominal besar. Menghutang ke kordinator; dari bahan bakar sampai peralatan tangkap ikan Biaya operasional Dalam sekali melaut 1-3 hari melaut; Solar 5-10 liter; rokok 1-2 bungkus; kasuami dan nasi; air 5 liter; peralatan menangkap ikan Dalam sekali melaut 1-3 hari melaut; Solar 5-10 liter; rokok 1-2 bungkus; kasuami dan nasi; air 5 liter; peralatan menangkap ikan 5 Kasus di nelayan “antopulo” Kelurahan Tongano Barat, merupakan nelayan lepas, tetapi mereka terikat dalam ikatan kordinator yang menjadi backing-up dan mediator kepentingan nelayan dengan boseksportir. Kordinator mirip sebagai penjaga malam, akan membantu ketika ada masalah. Nelayan “antopulo” Tongano Barat, tidak terikat hutang dengan kordinator, tetapi terikat jasa kordinator. Walaupun sebenarnya kordinator juga memberikan hutangan terhadap nelayannya. Nelayan “antopulo” merupakan nelayan yang mandiri, karena sudah mempunyai koperasi simpan pinjam yang memandirikan anggotanya untuk memenuhi perongkosan melaut bagi anggotanya. Nelayan “antopulo” menyebut dirinya sebagai nelayan lepas yang tidak terikat kodinator. Kordinator nelayan “antopulo” memperoleh profit keuntungan yang diberikan dari eksportir dibahas di Bab. VIII., pada sub. bab. Hubungan kordinator dalam nelayan lepas sebagai dampak adanya Seafood Savers. 122 Kemampuan property akses Nelayan terikat lepas 6 Tongano Barat Nelayan terikat Bajo Lamanggau Lama melaut 1-3 hari 3 hari biasanya saat musim barat yang mereka harus mencari ke karang kaledupa II 1-3 hari. Musim barat dan musim timur tidak ada perbedaan. Sampai tiga hari apabila mereka harus melaut sampai karang kaledupa II dan III. Peralatan tangkap ikan Pancing tonda; pancing kedo- kedo;pacing umpan, dan pancing umpan intip. Pancing umpan dilakukan apabila dalam cuaca teduh. Pancing tonda; pancing kedo-kedo; panah; bius Peralatan teknologi Bodi perahu 5 GT bermesin diesel dianjdong Bodi perahu 5 GT bermesin diesel dianjdong Jumlah nelayan 1 orang 1 orang. Apabila pembius 3 orang. Satu orang mengemudi, dua orang menyelam kana dan kiri. Lokasi penangkapan Hanya sampai pada daerah karang sekitar pulau dalam zonasi dikenal sebagai Zona Kapota dan Zona Kaledupa I-II Hanya sampai pada daerah karang sekitar pulau dalam zonasi dikenal sebagai Zona Kapota dan Zona Kaledupa I-II-III Quota tangkapan dalam melaut Sampai 1-5 kg 1-5 kg Sumber: Olahan data primer wawancara dan observasi turun lapangan bersama nelayan April-Mei 2012. Perbedaan tabel diatas, antara nelayan lepas dan nelayan terikat Bajo Mola, Bajo Lamanggau dan Tongano Barat, adalah terdapat pada waktu melaut, modal yang diperlukan. • Pertama, nelayan terikat antara Bajo Mola dan Bajo Lamanggau terdapat perbedaan bahwa di Bajo Mola, masih di koordinir oleh pembantu kordinator pekerja kordinator dengan menggunakan 6 Kasus di nelayan “antopulo” Kelurahan Tongano Barat, merupakan nelayan lepas, tetapi mereka terikat dalam ikatan kordinator yang menjadi backing-up dan mediator kepentingan nelayan dengan boseksportir. Kordinator mirip sebagai penjaga malam, akan membantu ketika ada masalah. Nelayan “antopulo” Tongano Barat, tidak terikat hutang dengan kordinator, tetapi terikat jasa kordinator. Walaupun sebenarnya kordinator juga memberikan hutangan terhadap nelayannya. Nelayan “antopulo” merupakan nelayan yang mandiri, karena sudah mempunyai koperasi simpan pinjam yang memandirikan anggotanya untuk memenuhi perongkosan melaut bagi anggotanya. Nelayan “antopulo” menyebut dirinya sebagai nelayan lepas yang tidak terikat kodinator. Kordinator nelayan “antopulo” memperoleh profit keuntungan yang diberikan dari eksportir dibahas di Bab. VIII., pada sub. bab. Hubungan kordinator dalam nelayan lepas sebagai dampak adanya Seafood Savers. 123 kapal besar, sehingga kendaraan tangkap ikan yang digunakan nelayan adalah lepa-lepa. Sedangkan untuk nelayan terikat di Bajo Mola dan Tongano Barat menggunakan bodi. • Kedua perbedaan ini disebabkan karena daerah fishing ground yang berada di gugusan karang Tomia, sehingga, perongkosan melaut yang dibutuhkan oleh nelayan Bajo Mola lebih besar daripada nelayan Bajo Lamanggau dan “antopulo” Tongano Barat yang cenderung lebih dekat dengan tempat tinggal mereka. Ketiga, jaringan komoditas tersebut menjadikan hubungan kordinator nelayan di Wakatobi terdapat ikatan hubungan produksi yang bersifat patron-klien dalam ekonomi, yang merupakan struktur asli yang diadopsi dari pertanian, namun dalam perikanan kenyataannya lebih kompleks. Ikatan patron-klien yang terjadi di Wakatobi sudah mengalami peluruhan walaupun masih memberikan bentuk-bentuk perlindungan terhadap nelayannya baik secara sosial, ekonomi dan politik. Perlindungan tersebut menunjukkan bahwa kordinator mempunyai kewajiban sosial lainnya seperti memberi santunan biaya ketika nelannya sakit, ataupun ada peristiwa seremonial sosial. Perlindungan politik juga terdapat pada ikatan patronase, dimana kordinator mempunyai hak untuk menjamin keselamatan nelayannya dari ancaman luar termasuk konflik vertikal dan horizontal. Peluruhan hubungan patron-klien mempunyai sifat asimetris ketergantungan timbal balik yang terjadi antara nelayanpenerima hutang sebagai bentuk ongkos yang digunakan melaut dengan kordinator pemodal pemberi hutang sebagai bentuk ongkos untuk melaut. Hubungan patron-klien di wakatobi, jauh terjadi sebelum komodifikasi ikan konsumsi karang hidup mulai. Pada era 1980-an sampai 1990-an terjadi komodifikasi penyu laut yang dijual ke Bali. Akan tetapi hubungan patron-klien di Komunitas Bajo Mola dan Bajo Lamanggau menjadi lebih erat ketika komodifikasi ikan konsumsi karang hidup di era 1990-an. Sedangkan untuk komunitas nelayan Tongano Barat, hubungan patron-klien tidak terlihat seerat kedua tempat tersebut, karena dalam komunitas masyarakat tersebut sudah ada sistem organisasi keuangan berbentuk koperasi simpan pinjam untuk modal melaut anggota kelompok “anto pulo”.