106 Berdasarkan ulasan tabel diatas, dapat digambarkan bagan interaksi
aktorstakeholder dalam jaringan komodifikasi ikan konsumsi karang hidup sebagai berikut:
Gambar 5. 6. Bagan interkasi aktor dalam pemanfaatan sumberdaya ikan karang hidup di Wakatobi.
Ikatan antar aktor dikaji menggunakan kekuatan hubungan yang bersifat asimetris, antara aktor nelayan dengan aktor lainnya, dan hubungannya dengan
stakeholder lain. Crona dan Bodin 2010, mengkaji asimetrik kekuatan power dalam komunitas nelayan di Afrika Timur, memaparkan terjadi interaksi antara
struktur kekuatan formal dengan jaringan distribusi pengetahuan untuk mengetahui dinding batas tranformasi kekuasaan di dalam komunitas nelayan
tersebut. Terdapat dua pola kekuatan akses terhadap sumberdaya, yaitu:
Sumberdaya Ikan Konsumsi Karang
Hidup Konsumen
BKSDA, Karantina, dan
Beacukai; Importir whole
seller retailer
Eksportir Penjaga Keramba
Nelayan Lepas Lembaga
Konservasi: TN
iNGO: TNC-WWF Indonesia
DKP Kabupaten Karantina Kshtn
PlbhnSyahbandar ALPolri
Middle man Kordinator
Nelayan Terikat Kioswarung
Garis pemanfaatan Garis saling terikat membutuhkan
Garis kewenangan pengeluaran ijin Garis hunbungan kebutuhan ijin
Garis koordinasi antar institusi
Sumber: Diadopsi dan dimodifikasi dari Beatrice Crona and Orja Bodin 2010.
Hubungan kinship Hubungan ekonomi
Hubungan institutional governance
107 1
memberikan bukti adanya distribusi asimetris modal dalam komunitas nelayan,
2 kajian sosiologi ekonomi, menyajikan ikatan patron-client yang terdapat
di jaringan produksi. Hasil penelitian interaksi aktor dan stakeholder pengguna sumberdaya
perikanan karang hidup, dipetakan menurut power dan pengetahuan sebagai berikut:
Tabel. 5.6. Power dan Pengetahuan aktorstakeholder dalam memanfaatkan sumberdaya ikan konsumsi karang hidup.
No Aktor Kategori
penguasaan sumberdaya
Kategori penguasaan
modal Peran
Power, pengetahuan dan ekonomi
1. Nelayan bebas
end actornelayan
Client Aktor produksi,
Kekuatan pengetahuan produksi
2. Nelayan
terikat end
actornelayan Client
Aktor produksi, Kekuatan pengetahuan
produksi 3. Kordinator middle
manpengepul Patron
Pemberi modal produksi ke nelayan
dan akses pasar ke eksportir.
Presecution right on their client
kekuatan modal ekonomi, pemilik alat
produksi dan jaringan akses pasar ke
eksportir; Kontrol terhadap harga pasar
dari eksportir ke nelayan
4. Kioswarung -
- Pemberi
modal terhadap nelayan
bebas. Sebagai modal sosial dengan
keuntungan ekonomi Kekuatan ekonomi
penyangga non komoditi
5. Penjaga Keramba
Pekerja eksportir
Assesor dan Selektor
Modal kepercayaan terhadap akses
komoditi good Kekuatan pengetahuan
dan kepercayaan
6. Eksportir Eksportir,
supplier and demander
middle man Patron Pemilik
modal jaringan pasar
komoditi dan pemilik modal
ekonomi serta presecution-akses
aman terhadap jaringan pasar
Kekuatan ekonomi, Kekuatan pasar
termasuk kontrol harga, supply and
demand serta Kekuatan kontrol
pengguna sumberdaya alam
108
No Aktor Kategori
penguasaan sumberdaya
Kategori penguasaan
modal Peran
Power, pengetahuan dan ekonomi
7. Importir whole
sellerretail demands Busseniss
network Pemilik akses pasar
konsumen, pemilik modal ekonomi, dan
kontrol harga Kekuatan ekonomi,
dan kontrol pasar konsumen
8 Konsumen end actorpembeli
tingkat akhir Konsumen Pemilik
ekonomi, kontrol demand,
pemilik pengetahuan produk komoditi
Pemilik pengetahuan dan ekonomi
9. Taman Nasional
Pemerintah Govern-
menality Pembuat kebijakan
zonasi kawasan konservasi
Pemilik Kekuasaan, negara sebagai aktor
tata kelola
10. WWFTNC NGO Empowerment Empower
Pendampingan masyarakat, Pemilik
pengetahuan
11. DKP Wakatobi
Fisheries agency, local
government Govern-
menality Monitoring, Pembuat
kebijakan Pemilik kekuasaan
sebagai ujud devolusi lokal.
12. Karantina Kesehatan
Pelabuhan dan
Syahbandar Ship
transport and healt port
quarantine Govern-
menality Monitoring Pemilik
kekeuasaan territorial
13. Karantina Ikan;
Beacukai; BKSDA
PHKA Fish
Quarantine; Conservation
agency Govern-
menality Pembuat kebijakan;
pengawasan; kontrol Pemeilik pengetahuan;
Pemilik kekuasaan
14. TNI ALPolri
atau Polairud
Security Force
Govern- menality
Pengamanan; patroli pengawasan kawasan
terkait dengan tindakan Illegal
Fishing Kekuasaan mutlak
Sumber: Olahan data primer wawancara dengan narasumber dan pengamatan 2012.
Jaringan sosial dalam pengelolaan sumberdaya alam mempunyai ikatan berdasar dari karakter dan tipologi dari ikatan aktor ataupun stakeholder. Karakter
dan tipologi dari interkasi aktor dianalisis sebagai kajian analisis jaringan sosial. Prell et.al. 2009; 501-518, memetakan konsep jaringan dalam pemanfaatan
sumberdaya alam menjadi lima konsep yang mempunyai dampak terhadap
109 pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Kelima konsep tersebut, adalah:
1. Strong ties; 2. Weak ties, 3. Homophily, 4. Centrality, degree centrality dan betweenes centrality, 5. Centralization.
Jaringan komodifikasi ikan konsumsi karang hidup di Wakatobi, merujuk dari konsep jaringan yang dikemukakan oleh Prell, et.al. 2009, adalah sebagai
berikut:
Tabel. 5.7.
Konsep jaringan interaksi aktor dan stakeholder, serta dampaknya terhadap penggunaan sumberdaya perikanan karang hidup.
No Aktor Konsep Jaringan
Dampak terhadap pengelolaan SDP 1.
Nelayan bebas
Weak ties Komunikasi antar nelayan dalam
pengelolaan harga dan tempat tangkap ikan menjadi faktor komunikasi yang kuat antar
nelayan.
2. Nelayan
terikat Strong ties
Nelayan terikat tidak mempunyai pilihan lain, kecuali menurut terhadap kordinator
mereka sebagai patron, pelindung dan pemberi akses pasar
3. Kordinator
Degree Centrality Kordinator disini menjadi kunci penting
yang menghubungkan antara nelayan terikat dengan eksportir akses pasar
4. Kioswarung Centrality
Kepercayaan yang terbentuk antara nelayan bebas dengan kios merupakan
bentuk hubungan saling menguntungkan. Kios mendapatkan masukan dari hutang
nelayan, dan nelayan mendapatkan jaminan perongkosan melaut.
5. Penjaga
Keramba Degree Centrality
Kekuatan pengetahuan dan kepercayaan eksportir menjadikan kepercayaan nelayan
terhadap penjaga keramba sebagai pintu akses penjualan ikan dari kordinator atau
nelayan. Timbal balik hubungan tersebut, nelayan satu menjadi kunci nelayan lain
dalam menjaga kepercayaan penjaga keramba untuk menerima komoditas yang
masuk.
6. Eksportir
Centrality Eksportir mempunyai peran penting dalam
membentuk pola perikanan dan praktek tangkap terhadap nelayan dan
kordinatornya.
7. Importir
whole sellerretail
Centrality Kepercayaan importer terhadap eksportir
demikian sebaliknya, sangat kental di pengaruhi hubungan supply and demand.
8 Konsumen
Centrality Kepercayaan pengetahuan nelayan akan
importerwholeseller, menjadikan deman tetap berlangsung
9. Taman
Nasional Centralization
Idealisme konservasi Taman Nasional menjadi faktor weak ties terhadap
pengguna sumberdaya di dalam kawasan 10. WWFTNC
Homophily Insentive, pemberdayaan menjadi
hubungan Lembaga Swadaya Masyarakat
110
dekat dengan pengguna sumberdaya perikanan
No Aktor Konsep Jaringan
Dampak terhadap pengelolaan SDP
11. DKP Wakatobi
CentralizationBetweenes centrality
Kebutuhan ijin dan birokrasi, menjadikan hubungan pengguna sumberdaya alam
hanya bersifat birokratis semata. 12. Karantina
Kesehatan Pelabuhan
dan Syahbandar
Centralization Kebutuhan ijin dan birokrasi, menjadikan
hubungan pengguna sumberdaya alam hanya bersifat birokratis semata
13. Karantina Ikan;
Beacukai; BKSDA
PHKA Centralization
Kebutuhan ijin dan birokrasi, menjadikan hubungan pengguna sumberdaya alam
hanya bersifat birokratis semata
14. TNI ALPolri
atau Polairud
Centralization Betweenes centrality
Kekuasaan mutlak atas keamanan territorial menjadikan hubungan antara
pengguna eksportir dan kordinator sebatas sebagai jaringan pengaman usaha
mereka.
Sumber: Olahan data primer wawancara dengan narasumber dan pengamatan 2012.
Peranan kordinator dan ekportir mempunyai sentralitas kepentingan yang sangat mempengaruhi pola praktek perikanan di dalam pengelolaan sumberdaya
perikanan karang. Ekportir dan kordinator mempunyai konsep jaringan degree centrality dan betweenes centrality. Degree centrality terjadi dalam interaksi
horizontal antara eksportir dengan kordinator dan nelayan. kepercayaan eksportir terhadap nelayan merupakan kepercayaan penuh eksportir terhadap kordinator. Di
lapangan, tidak sembarangan menjual ikan ke eksportir yang, kordinatornya tidak dikenal. Sedangkan betweenes centrality, merupakan interaksi kepercayaan
jaringan diantara sesame nelayan di bawah kordinator yang sama dengan hubungan mereka terhadap stakeholder seperti TNI, POLRI, DKP. Betweenes,
berarti diantara, sesama dalam jaringan mempunyai hubungan yang kuat walaupun antara aktor satu dengan yang lainnya tidak berinteraksi. Nelayan A,
dengan kordinator A, akan mempunyai ikatan yang dekat dengan stakeholder B, walaupun nelayan A tidak berhubungan dan tidak ada ikatan, karena kordinator A
mempunyai hubungan yang kuat dengan stakeholder B. Interaksi aktor sebagai akibat dari komodifikasi ikan konsumsi karang
hidup yang mempunyai harga jual secara ekonomi tinggi, membentuk rangkaian gerbong yang menyebabkan beberapa dampak perubahan-perubahan dalam aspek
sosial, ekonomi, kebijakan dan ekologi. Perubahan tersebut diawali dengan
111 adanya permasalahan-permasalahan berkaitan dengan dinamika komoditas ikan
konsumsi karang hidup semakin waktu menjadi komodifikasi yang tidak dapat diprediksi, tidak menentu dan juga mempunyai permasalahan di berbagai aspek
sosial, ekonomi, kebijakan dan ekologi. Hal ini menjadi menarik, dikarenakan perubahan komodifikasi ikan karang juga diikuti dengan pengelolaan kawasan
konservasi dan pengaturan otonomi daerah oleh Kabupaten Wakatobi. Perubahan yang mendasar dalam jaringan komoditas ikan konsumsi
karang hidup adalah terdapatnya peluruhan ikatan patron-klien yang terjadi pada awal kemunculan komoditas ikan konsumsi karang hidup. Akibat dari faktor
pemaksaan dan otoriter dari seorang kordinator dapat menyebabkan nelayan menjadi tidak percaya terhadap kordinator dan merasa terbebani. Ikatan hutang
patron-klien yang terdapat pada kordinator-nelayan, tidak didasari dengan perjanjian dan perikatan yang formal legal. Hal ini menjadikan pemanfaatan jasa
polisi sebagai security force terhadap nelayan yang mencoba ingkar janji terhadap kordinatornya sebagai bentuk meluruhnya loyalitas dan kewajiban nelayan
terhadap kordinatornya. Multiaktor yang terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya ikan konsumsi
karang hidup menyebabkan menjadi lebih dinamik. Keunikan pemanfaatan sumberdaya perikanan konsumsi karang hidup terdapat pada interaksi aktor yang
terlibat, yang melibatkan berbagai stakeholder di dalam kawasan konservasi. Terdapat integrasi horizontal berupa ikatan aktor dalam level produksi dan
integrasi vertikal terdapat dalam ikatan aktor produksi dan stakeholder yang berkaitan dengan aktifitas distribusi komoditas ikan tersebut.
113
6. DAMPAK KOMODIFIKASI IKAN KONSUMSI KARANG HIDUP
Komodifikasi ikan konsumsi karang hidup membawa perubahan- perubahan pada aspek ekologi, sosial, ekonomi dan politik yang menyebabkan
permasalah-permasalahan sosial terkait dalam keempat aspek tersebut. Transfer komodifikasi ikan konsumsi karang hidup berdampak pada aspek sosial, ekonomi,
ekologi dan kebijakan politik, disebabkan oleh adanya interaksi antar aktor dan keterlibatan stakeholder dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan karang hidup.
Perubahan ekologi yang terjadi dikarenakan proses penangkapan berlanjut sebagai akibat permintaan pasar secara terus menerus sehingga menyebabkan eksploitasi
berlebih dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan pada skala produksi. Eksploitasi berlebih komoditas ikan konsumsi karang hidup dalam zona
konservasi Taman Nasional Wakatobi yang menjadi permasalahan ekologi dan ekonomi yang menarik untuk dikaji.
Radjawali 2012, dalam penelitan jaringan sosial ikan konsumsi karang hidup di Kepulauan Spermonde menyebutkan terdapat tiga jaringan sebagai
dampak dari komodifikasi ikan konsumsi karang hidup, yaitu: 1. Jaringan penangkapan, yang melibatkan aktifitas penangkapan dan terdapatnya ikatan
hutang dalam ikatan patron klien, termasuk dalam perongkosan melaut dan resiko dalam penangkapan di lapangan. 2. Jaringan pasar, yang terdapat pada level
distribusi, menyangkut hal ihwal yang terjadi dalam proses produksi, mulai dari perlakuan terhadap komoditas, proses komoditas dipasarkan dan akhirnya sampai
ke luar negeri, dan 3. Jaringan prosecution¸ yaitu sebagai jaringan risk of insurance, merupakan jaringan penuntutan resiko, yang terdapat pada level
produksi dan distribusi melibatkan middle man dan stakeholder yang mempunyai kewenangan atas kuasa pengeluaran ijin produksi dan distribus.
Komodifikasi ikan konsumsi karang hidup membawa perubahan dan berdampak pada aspek sosial, ekonomi, ekologi dan kebijakan. Dampak dari
komodifkasi tersebut secara fundamental menjadi permasalahan dan perubahan yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang dan spesies laut yang
berhabitat di dalam terumbu karang. Empat dampak yaitu sebagai berikut:
114
6.1. Dampak Sosial Komodifikasi Ikan Konsumsi Karang Hidup
Masuknya komoditas ikan konsumsi karang hidup di Wakatobi yang dibawa oleh pengusaha dari Hong Kong menyebabkan terjadinya kompetisi
sesama kordinator menjadi terlihat secara jelas dalam usaha untuk mempengaruhi nelayan sebagai pekerjanya. Kekuatan power kordinator dalam usaha
mempengaruhi nelayan terlihat pada kemampuan ekonomi, kedekatan dengan eksportir akses pasar dan kedekatan dengan pejabat pemerintah. Walaupun di
dalam kasus di komunitas Bajo Mola pengusaha masih kerabat, namun demikian persaingan di dalam menguasai nelayan meningkat. Ikatan aktor dalam jaringan
komoditas ikan konsumsi karang hidup pada level produksi tidak dilandasi oleh ikatan kinship tetapi lebih ke ekonomi. Rasionalitas ekonomi antar pelaku usaha
menjadi pemicu adanya kompetisi tersebut. Dalam level pemasaran, antar eksportir satu dengan eksportir yang lainnya saling menjatuhkan. Persaingan
dalam bentuk harga dengan cara melalui pemberian penghargaan terhadap nelayan atau kordinator yang loyal terhadapnya pun terjadi secara terbuka. Tidak ada
kesepakatan harga antara ekportir satu dengan eksportir yang lain menjadi pemicu persaingan eksportir sebagai bentuk untuk menguasai kordinator.
Sistem perikanan yang sudah di terapkan oleh masing-masing perusahaan juga mempengaruhi pola kompetisi pengusaha di level eksportir. Mereka saling
menjatuhkan dalam hal bad practice atau good practice penangkapan ikan. Kompetisi di level kordinator dan level eksportir, didukung oleh kebijakan yang
berlum secara eksplisit mengatur komoditas tersebut menyebabkan munculnya fenomena rent seeking dari aktor yang mempunyai kewenangan. Dampak sosial
dari komodifikasi ikan konsumsi karang hidup, terjadi dalam jaringan penangkapan dan jaringan pemasaran. Jaringan penangkapan merupakan jaringan
produksi yang melibatkan aktor nelayan dan kordinator sebagai pembeli hasil tangkapan dari nelayan juga kepala keramba yang merupakan wakil dari eksportir
untuk di lapangan. Sedangkan jaringan pemasaran melibatkan aktor middle man seperti kordinator, kepala keramba dengan anggotanya dan eksportir.
6.1.1. Jaringan Penangkapan Komoditas Ikan Konsumsi Karang Hidup
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan di lapangan, bahwa ada beberapa jenis ikan karang yang menjadi komoditas nelayan ikan dasar di Wakatobi.
115 teridentifikasi di lapangan berdasarkan survey di keramba milik eksportir dan
nelayan saat menangkap ikan di lapangan adalah sebagai berikut:
Tabel. 6.1. Jenis komoditi ikan konsumsi karang hidup yang mempunyai nilai jual tinggi di Wakatobi.
No Nama Bajo Nama Tomia
Nama Indonesia
Nama Inggris
Nama Latin Nama Pasaran
1. Lengkuwe MinamiTongia Napoleon Humphead
Wrasse Cheilinus
undulates Napoleon
2. Kiapu Tikus
Koka Tikus Kerapu
Tikus Humpback
grouper Cromileptes
altivelis Sunu tikus
3. Sunu Mirah
SuperUliha Miha
Sunu Merah
Leopard grouper
Plectropomus leopardus
Tong Sing 4. Sunu
Lo’ong Uliha Sunu
Hitam Squaretail
Leopard grouper
Plectorhincus aerolatus
Sai Sing 5. Tonggol Kwahu
Kerapu Macan
Brown- marbled
grouper Ephinephelus
fuscoguttatus LoufuTiger
6. Kiapu Lo’ong
Kodo-kodo Tenda-tenda Kerapu
Hitam Capan
Camou-flage grouper
Epinephelus polyphekadion
FucangCapan 7. Sunu
Baliang Tambuloko Sunu
Raja Blacksaddle
Coral grouper Plectropomus
leavis Sunu Raja
8. Sunu Cambah
Omo Sunu Macan
Red-tipped grouper
Ephinephelus retouti
Sunu Cambah 9. Nongko
- Lokal
1 Starspotted
grouper Ephinephelus
hexagonatus Lokal 1
10. Tambaleke - Lokal
2 White-
spotted grouper
Ephinephelus caeruleopunct
atus Lokal 2
11. Buntar Tikolo
- Kerapu Lumpur
Coral grouper
Epinephelus corallicola
Sue sue 12. Lumu
- Kwaci
Abu-abu Speckled
blue grouper Epinephelus
kohleri Kwaci Abu-abu
13. Kiapu Lumu-
lumu - Kwaci
Putih Wavy-lined
grouper Epinephelus
undulosus Kwaci Putih
14. Kiapu Kula
Mirah - Karet
Merah Tomato
grouper Cepalopholis
sonnerati Karet Merah
15. Kiapu PopoleLo’
ong - Karet
Hitam Redmouth
grouper Aethaloperca
rogaa Karet Hitam
16. Tala -
Sosis Stripped
grouper Ephinephelus
latifasciatus Sosis
17. Kiapu Kuntila ana
- Tai Sing
Spotted Coral
grouper Plectropomus
maculatus Tai Sing
Sumber: Pengamatan di lapangan Mola, Lamanggau, Tongano; identifikasi WWF Indonesia; hal 5-10 BMP Perikanan Kerapu dan Kakap; 2011.
Jaringan penangkapan komoditas ikan konsumsi karang hidup melibatkan beberapa aktor yang terlibat. Hasil penelitian di lapangan April-Juni 2012, dapat
dipetakan aktor yang terlibat dalam jaringan produksi adalah:
116
Tabel 6.2. Akor yang terlibat dalam jaringan penangkapan No. Aktor
Peran Hak
terhadap klienpatron
Kewajiban terhadap klienpatron Sosialekonomi Politik
1. Nelayan lepas
Sebagai aktor produksi,
penangkap ikan di alam.
Nelayan tanpa beban hutang terhadap
kordinator. Bebas menjual ke siapa
saja - -
2. Nelayan terikat
Sebagai aktor produksi,
penangkap ikan di alam.
- Mendapatkan perlindungan dari
patron dalam aktifitas
penangkapan ikan seperti backing up,
dari ancaman luar. -Mendapat pinjaman
hutang untuk keperluan melaut
dan sehari-hari. -Mendapat jaminan
sosial untuk keluarga yang ditinggal dalam
melaut Nelayan dengan
ikatan hutang ke kordinator, wajib
menjual ikannya sebagai bentuk
kredit mencicil hutang kepada
kordinator. -
3. Kordinator -Sebagai patron
atau penjamin secara modal
nelayan terikat hutang client.
-Pengumpul ikan -Pelindung
nelayan, baik secara keamanan
dan jaminan sosial dan ekonomi
untuk nelayan dan keluarganya
-Aktor middle man perantarapengumpul
yang menerima hasil dari nelayanya,
karena ada ikatan debt dan credit.
-Membeli ikan dengan keputusan
harga ada di kordinator
-Menentukan aturan main terhadap
nelayannya -Merekrut nelayan
yang menjadi kliennyapekerjanya
-Memutuskan alat pancing yang
digunakan dan ukuran ikan yang
harus di tangkap -Memberi hutangan
untuk nelayannya untuk perongkosan
melaut -Memberi jaminan
sosial, untuk keluarga nelayan
ketika melaut, walaupun kadang
termasuk dalam hutangan
-Memberikan bantuan sosial
terhadap nelayannya dalam
hal peristiwa seremonial sosial
hajatan, kematian, sakit, dll
-Melindungi nelayannya dari
legal prosecution
dalam kasus illegal fishing
vertical fishing related conflict
-Melindungi nelayannya dari
ancaman luar, seperti konflik
dengan sesama nelayannya
ataupun nelayan lainnya yang
berbeda kordinator
horizontal fishing related
conflict
4. Pekerja Kordinator
-Pemimpin dalam melakukan
aktivitas penangkapan ikan
nelayan terikat hutang-dengan
sistem penangkapan
berkelompok menggunakan
kapal -Mediator antara
-Memutuskan alat tangkap yang
digunakan atas perintah dari
kordinator -Menentukan lokasi
tangkap berdasar keptusan kordinator
-Melakukan penimbangan dan
pencatatan hasil ikan dari nelayan
-Memberikan kelonggaran dan
bantuan kepada nelayan ketika
mengalami kecelakaan atau
sakit di lapangan -Melindungi
nelayannya dari ancaman
nelayan luar ataupun patrol
petugas horizontal
fishing related conflict.
117
kepentingan kordinator dan
nelayan
No. Aktor Peran
Hak terhadap klienpatron
Kewajiban terhadap klienpatron Sosialekonomi Politik
5. Penjaga Keramba
-Sebagai wakil bos eksportir di
lapangan. Mempunyai fungsi
untuk mengurus segala keperluan
berkaitan dengan bisnis dari bosnya
-Sebagai mediator kepentingan bos
dengan kordinator dan kepentingan
bos dengan nelayan lepas
-Mempunyai keputusan akan
seleksi ikan yang masuk berdasar
kondisi ikan, jenis ikan dan ukuran
ikan berdasar perintah
boseksportir -Dalam satu
keramba biasanya ada 2 bahkan 3
orang. -Salah satu dari
penjaga keramba adalah kepala
keramba yang diberi kepercayaan penuh
di lapanga oleh eksportir termasuk
juga dalam hal seleksi dan informasi
dari bos -Memberi bantuan
bbmpinjaman melaut kepada
kordinator ataupun nelayan lepas,
dengan ijin dari bos-nya
-
Sumber: Olahan data primer pemetaan aktor Hasil Penelitian, April-Juni 2012.
Berdasar hasil penelitian di lapangan April-Juni 2012, dampak sosial dari komodifikasi ikan konsumsi karang hidup membawa transformasi nilai-nilai
pengetahuan dan istilah baru untuk komoditas ikan dasar bagi nelayan Bajo Mola dan Wakatobi. Pertama terdapat transfer pengetahuan dari nama-nama komoditas
ikan dasar sebagai pengetahuan baru ikan-ikan yang laku di pasar. Nama-nama pasaran komoditas ikan yang mempunyai nilai jual tinggi dibawa dan disebarkan
oleh pengusaha asal Hong Kong dengan perantara bos middle man dari Tanjung Pinang serta Singapura.
Sejak saat itulah nelayan-nelayan lokal mulai diajarkan oleh pembeli dan awak kapal Hong Kong tentang jenis ikan beserta nama pasarannya dalam bahasa
Cantonese, serta ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Menurut penuturan Tn.40 Tahun dan Dmrdn 41 Tahun, yang pernah menjadi penghubung dan
mengkoordinir nelayan dengan bos pembeli langsung dari Hong Kong maupun bos dari Tanjung Pinang ataupun middle man, menyebutkan :
“Bahwa dalam menyerahkan ikan saya hanya menyerahkan hasil tangkapan dari nelayan dalam waktu sehari, kemudian mereka bos
118 perantara yang menerjemahkan semua bahasa kami dengan orang Cina
tersebut Cina di kenal dengan sebutan orang kulit putih oleh Bajo Mola. Nama-nama pasaran ikan yang ada sampai sekarang adalah yang
memberitahu dari pengusaha Cina. Seperti LengkuweMbele-bele untuk Napoleon ; Kiapu untuk Kerapu Tiger; Sunu merah untuk Tung Sing;
Sunu Hitam; Tai Sing. Sebelum dekade 90’an akhir, Sunu Merah tidak mempunyai nilai jual tinggi, Sunu Merah mempunyai harga tinggi sejak
1997-an ke atas. Sistem ukuran sizing seperti baby, super A,B,C dan Up serta sistem ekoran dan timbangan sudah dilakukuan sejak Tahun 1992
dan diperkenalkan langsung oleh bos dan pembeli langsung dari Hong Kong” 30 Juni, 2012.
Adapun klasifikasi nama dan ukuran ikan konsumsi karang hidup
berdasarkan pembukuan pada Tahun 1997 milik kordinator Dmrdn 41 Tahun, adalah sebagai berikut:
Tabel. 6.3. Tabel harga dan nama pasaran serta kode dan size di Karang Karumpo Nama ikan
Kode dan Nama Pasaran Harga per ekor
Sunu Hitam Sai Sing SS 0.3-0.5 baby
Rp. 250,- Sai Sing SS 0.5-0.7 super C
Rp. 1000,- Sai Sing SS 0.8-Up super B
Rp. 2000,- Sunu Merah
Tung Sing TS 0.5-0.7 super C Rp. 2000,-
Tung Sing TS 0.8-Up super B Rp. 4000,-
Kerapu KRP 0.3-0.5 baby
Rp. 250,- KRP 0.5-0.7 super C
Rp. 1750,- KRP 0.8-4.9 super dan Up
Rp. 3.500,- Kerapu Macan
Tiger Tgr, 5-Up Rp. 17.500,-
Kerapu Campur KC 0.7-Up
Rp. 500,- Napoleon
Mbele-bele BBL 0.3-0.5 baby
Rp. 1000,- BBL 0.5-0.7 super C
Rp. 2500,- BBL 0.8-1 super B
Rp. 5000,- BBL 1.2-3 super A
Rp. 10000,- BBL 3.2-Up super Up
Rp. 20000,- Sunu Campur
RC Rusak Campur Rp. 250,-
Kerapu Campur RC K Rusak Campur Kerapu
Rp. 250,- Sumber: Catatan produksi bulan November- Desember 1997; Dmrdn Mola Selatan.
Perihal nama jenis ikan terdapat pada pembagian nama pasaran untuk saat ini berdasar ukuran dan jenis dibedakan menjadi dua jenis nama pasaran yaitu
menurut nama pasaran di Hong Kong dan nama pasaran Bahasa Indonesia dikenal umum. Perbedaan nama sejak beroperasinya UD. PMB ke Wakatobi
sekitar Tahun 2009. Pada Tahun 2004, CV. JM masih memakai nama pasaran dari nama pasar di Hong Kong, tetapi setelah masuknya UD. PMB yang menggunakan
nama pasar di Hong Kong, sehingga terjadi pembedaan pada kedua perusahaan
119 tersebut berdasar pemakaian nama komoditas dalam nota nelayan. Perbedaan
tersebut dikarenakan agar tidak terjadi dua nota perusahaan dan tidak membingungkan nelayan. Adapun perbedaan tersebut di terangkan dalam tabel
adalah sebagai berikut.
Tabel. 6.4. Ukuran, jenis dan nama pasaran ikan konsumsi karang hidup periode 2009-2012 Nama Ikan Dasar
UD. PMB CV. JM Bau-Bau
Sunu Merah Tong Sing Super TS Sp 0.6-1
Sunu Merah Super SMS 0.6-1 Tong Sing Up TS up 1-up
Sunu MerahUp SMUp 1-up
Sunu Hitam Sai Sing Super SS Sp 0.6-1
Sunu Hitam Super SMH Sp 0.6-1
Sai Sing Up SS Up 1-up Sunu Hitam Up SHUp 1-up
Kerapu Macan Tiger Tgr, ditimbang, ekoran
Tiger Tgr, ditimbang, ekoran Kedo-kedo,sejenis kerapu
selain kerapu macan Kerapu Super Krp Sp 0.6-1
Kerapu 0.6-1 krp Kerapu Up Krp Up 1-keatas
Kwaci putih dan abu-abu Karet merah dan putih
Sunu lainnya yang tidak termasuk dalam kategori di
atas
Kerapu Lokal A dan B Masuk kategori Campur
CPR Super min. 0.6-keatas Seluruh ikan karang yang
mempunyai harga jual dan sunu merah, sunu hitam, kerapu dan
tiger dari ukuran baby termasuk sunu merah 0.3-0.5 masuk
dalam CPR.
Sumber: Perbandingan atas nota dari nelayan untuk kedua perusahaan.
Kedua, komoditas ikan konsumsi karang hidup juga menimbulkan perubahan hubungan produksi dengan timbulnya ikatan kordinator-nelayan
terikat. Pengertian kordinator berarti adalah seseorang yang ditugaskan untuk mengkordinator nelayan lainnya dan mengurusi segala perijinan. Tetapi istilah
tentang kordinator sudah mulai bergeser ketika UD. PMB Tahun 2009 masuk dan beroperasi di Wakatobi, beralih nama menjadi pengepul
1
. Sejarah kordinator muncul pada saat nelayan lokal menjadi kordinator-
kordinator yang mempunyai fungsi sebagai pengumpul, sehingga sampai saat ini masih dikenal dengan sebutan kordinator. Ada perbedaan karakter antara periode
1
Wawancara dengan Tn.40 Tahun, 3 Juni 2012; Hr. Prnm.35 Tahun PMB, 14 Juli 2012.
120 1990-2000-an adalah bahwa kordinator mencari eksportir atau pengepul besar,
sedangkan pada era sekarang 4 tahun yang lalu eksportirlah yang mendatangai kordinator. Hal ini disebabkan karena sudah semakin susahnya untuk mencari
ikan karang hidup. Jaringan penangkapan ikan di Wakatobi terbagi menjadi dua jenis, yaitu
penangkapan ikan oleh nelayan terikat secara kelompok yang berada di bawah kordinator dan oleh nelayan lepas. Arti dari nelayan lepas adalah nelayan yang
tanpa ikatan kordinator, menangkap di alam dan langsung di jual ke eksportirpengusaha melalui keramba sebagai penampung collecting point cage
milik dari eksportir. Sedangkan nelayan yang terikat di bawah ikatan kordinator tidak bebas untuk menjual hasil tangkapannya. Mereka tidak punya pilihan harus
menjual ke kordinator mereka karena ada ikatan hutang yang diterima oleh nelayan. Ikatan hutang tersebut dalam bahasa nelayan Wakatobi dikenal dengan
istilah panjar artinya memanjar, menghutang terlebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dibedakan tipologi nelayan bebas dan nelayan terikat di
kedua lokasi penelitian, di sajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 6.5. Tipologi nelayan lepas dan nelayan terikat Bajo Mola Kemampuan
property akses Nelayan lepas
Nelayan terikat Kemampuan
modal Mempunyai modal sendiri atau dengan cara menghutang ke kios
Menghutang ke kordinator Biaya
operasional Dalam sekali melaut 2-3 hari
melaut; Solar 40 liter; rokok 3-5 bungkus; kasuami
2
dan nasi; air satu gallon; peralatan menangkap ikan
Nelayan tidak mengeluarkan biaya. Semua biaya operasional
ditanggung oleh kordinator, dari bekal makanan sampai peralatan
memancing.
Lama melaut 2-3 hari
10-15 hari satu musim Peralatan tangkap
ikan Pancing tonda; pancing kedo-kedo;
panah; bius Pancing umpan
Peralatan teknologi Bodi
3
perahu 5 GT bermesin diesel Dianjdong
Kapal besar diatas 15 GT operasional kordinator; lepa-
lepa
4
.
2
Makanan tradisional Wakatobi, yang terbuat dari tepung singkong kemudian di kukus, dimakan untuk makanan pokok pengganti nasi
3
Perahu perahu 5 GT bermesin diesel Dianjdong dengan bahar bakar solar.
4
Perahu kecil tidak bermesin dioperasikan dengan dayung dan layar.
121
Kemampuan property akses
Nelayan lepas Nelayan terikat
Jumlah nelayan
1 orang
Sampai lebih dari 15 orang nelayan, dengan 3 perwakilan
kordinator, dua orang sebagai pengawas nelayan dan hasil
tangkapan, satu adalah kaki tangan kordinator yang
menghubungkan kordinator dengan nelayan di lapangan
Lokasi penangkapan Hanya sampai pada daerah karang sekitar pulau dalam zonasi dikenal
sebagai Zona Kapota dan Zona Kaledupa I-III
Daerah operasi baik yang dekat dengan pulau maupun sampai ke
Zona luar pulau Karang Koko, Karang Koromaho.
Hasil tangkapan dalam melaut
Sampai 1-5 kg 200-300 kg per musim
Sumber: Olahan data primer wawancara dan observasi turun lapangan bersama nelayan April-Mei 2012.
Tabel 6.6. Tipologi nelayan terikat Bajo Lamanggau dan terikat lepas “antopulo” Tongano Barat Kemampuan
property akses Nelayan terikat lepas
5
Tongano Barat
Nelayan terikat Bajo Lamanggau Kemampuan
modal Mempunyai modal sendiri atau dengan cara menghutang ke kas
kelompok; walaupun kadang mendapat pinjaman dari kordinator
tetapi tidak dalam nominal besar. Menghutang ke kordinator; dari
bahan bakar sampai peralatan tangkap ikan
Biaya operasional Dalam sekali melaut 1-3 hari
melaut; Solar 5-10 liter; rokok 1-2 bungkus; kasuami dan nasi; air 5
liter; peralatan menangkap ikan Dalam sekali melaut 1-3 hari
melaut; Solar 5-10 liter; rokok 1-2 bungkus; kasuami dan nasi; air 5
liter; peralatan menangkap ikan
5
Kasus di nelayan “antopulo” Kelurahan Tongano Barat, merupakan nelayan lepas, tetapi mereka terikat dalam ikatan kordinator yang menjadi backing-up dan mediator kepentingan nelayan
dengan boseksportir. Kordinator mirip sebagai penjaga malam, akan membantu ketika ada masalah. Nelayan “antopulo” Tongano Barat, tidak terikat hutang dengan kordinator, tetapi
terikat jasa kordinator. Walaupun sebenarnya kordinator juga memberikan hutangan terhadap nelayannya. Nelayan “antopulo” merupakan nelayan yang mandiri, karena sudah mempunyai
koperasi simpan pinjam yang memandirikan anggotanya untuk memenuhi perongkosan melaut bagi anggotanya. Nelayan “antopulo” menyebut dirinya sebagai nelayan lepas yang tidak terikat
kodinator. Kordinator nelayan “antopulo” memperoleh profit keuntungan yang diberikan dari eksportir dibahas di Bab. VIII., pada sub. bab. Hubungan kordinator dalam nelayan lepas
sebagai dampak adanya Seafood Savers.
122
Kemampuan property akses
Nelayan terikat lepas
6
Tongano
Barat Nelayan terikat Bajo Lamanggau
Lama melaut 1-3 hari 3 hari biasanya saat musim
barat yang mereka harus mencari ke karang kaledupa II
1-3 hari. Musim barat dan musim timur tidak ada perbedaan. Sampai
tiga hari apabila mereka harus melaut sampai karang kaledupa II
dan III.
Peralatan tangkap ikan
Pancing tonda; pancing kedo- kedo;pacing umpan, dan pancing
umpan intip. Pancing umpan dilakukan apabila dalam cuaca teduh.
Pancing tonda; pancing kedo-kedo; panah; bius
Peralatan teknologi Bodi perahu 5 GT bermesin diesel dianjdong
Bodi perahu 5 GT bermesin diesel dianjdong
Jumlah nelayan 1 orang
1 orang. Apabila pembius 3 orang. Satu orang mengemudi, dua orang
menyelam kana dan kiri.
Lokasi penangkapan
Hanya sampai pada daerah karang sekitar pulau dalam zonasi dikenal
sebagai Zona Kapota dan Zona Kaledupa I-II
Hanya sampai pada daerah karang sekitar pulau dalam zonasi dikenal
sebagai Zona Kapota dan Zona Kaledupa I-II-III
Quota tangkapan dalam melaut
Sampai 1-5 kg 1-5 kg
Sumber: Olahan data primer wawancara dan observasi turun lapangan bersama nelayan April-Mei 2012.
Perbedaan tabel diatas, antara nelayan lepas dan nelayan terikat Bajo Mola, Bajo Lamanggau dan Tongano Barat, adalah terdapat pada waktu melaut,
modal yang diperlukan. • Pertama, nelayan terikat antara Bajo Mola dan Bajo Lamanggau
terdapat perbedaan bahwa di Bajo Mola, masih di koordinir oleh pembantu kordinator pekerja kordinator dengan menggunakan
6
Kasus di nelayan “antopulo” Kelurahan Tongano Barat, merupakan nelayan lepas, tetapi mereka terikat dalam ikatan kordinator yang menjadi backing-up dan mediator kepentingan nelayan
dengan boseksportir. Kordinator mirip sebagai penjaga malam, akan membantu ketika ada masalah. Nelayan “antopulo” Tongano Barat, tidak terikat hutang dengan kordinator, tetapi
terikat jasa kordinator. Walaupun sebenarnya kordinator juga memberikan hutangan terhadap nelayannya. Nelayan “antopulo” merupakan nelayan yang mandiri, karena sudah mempunyai
koperasi simpan pinjam yang memandirikan anggotanya untuk memenuhi perongkosan melaut bagi anggotanya. Nelayan “antopulo” menyebut dirinya sebagai nelayan lepas yang tidak terikat
kodinator. Kordinator nelayan “antopulo” memperoleh profit keuntungan yang diberikan dari eksportir dibahas di Bab. VIII., pada sub. bab. Hubungan kordinator dalam nelayan lepas
sebagai dampak adanya Seafood Savers.
123 kapal besar, sehingga kendaraan tangkap ikan yang digunakan
nelayan adalah lepa-lepa. Sedangkan untuk nelayan terikat di Bajo Mola dan Tongano Barat menggunakan bodi.
• Kedua perbedaan ini disebabkan karena daerah fishing ground yang berada di gugusan karang Tomia, sehingga, perongkosan
melaut yang dibutuhkan oleh nelayan Bajo Mola lebih besar daripada nelayan Bajo Lamanggau dan “antopulo” Tongano Barat
yang cenderung lebih dekat dengan tempat tinggal mereka. Ketiga, jaringan komoditas tersebut menjadikan hubungan kordinator
nelayan di Wakatobi terdapat ikatan hubungan produksi yang bersifat patron-klien dalam ekonomi, yang merupakan struktur asli yang diadopsi dari pertanian,
namun dalam perikanan kenyataannya lebih kompleks. Ikatan patron-klien yang terjadi di Wakatobi sudah mengalami peluruhan walaupun masih memberikan
bentuk-bentuk perlindungan terhadap nelayannya baik secara sosial, ekonomi dan politik. Perlindungan tersebut menunjukkan bahwa kordinator mempunyai
kewajiban sosial lainnya seperti memberi santunan biaya ketika nelannya sakit, ataupun ada peristiwa seremonial sosial. Perlindungan politik juga terdapat pada
ikatan patronase, dimana kordinator mempunyai hak untuk menjamin keselamatan nelayannya dari ancaman luar termasuk konflik vertikal dan
horizontal. Peluruhan hubungan patron-klien mempunyai sifat asimetris ketergantungan timbal balik yang terjadi antara nelayanpenerima hutang sebagai
bentuk ongkos yang digunakan melaut dengan kordinator pemodal pemberi hutang sebagai bentuk ongkos untuk melaut.
Hubungan patron-klien di wakatobi, jauh terjadi sebelum komodifikasi ikan konsumsi karang hidup mulai. Pada era 1980-an sampai 1990-an terjadi
komodifikasi penyu laut yang dijual ke Bali. Akan tetapi hubungan patron-klien di Komunitas Bajo Mola dan Bajo Lamanggau menjadi lebih erat ketika
komodifikasi ikan konsumsi karang hidup di era 1990-an. Sedangkan untuk komunitas nelayan Tongano Barat, hubungan patron-klien tidak terlihat seerat
kedua tempat tersebut, karena dalam komunitas masyarakat tersebut sudah ada sistem organisasi keuangan berbentuk koperasi simpan pinjam untuk modal
melaut anggota kelompok “anto pulo”.