40 didasarkan atas pertimbangan saitifik, pengetahuan lokal, maupun kearifan
lokal melalui mekanisme lembaga lokal; Adanya kelembagaan lokal yang berfungsi mengatur mekanisme pengelolaan, membuataturan, merevisi
aturan serta mekanisme pengambilan keputusan; • Monitoring. Pelaksanaan pengawasan dihormati masyarkat: masyarakat
memiliki instrument danmekanisme pengawasan sendiri dengan para pelaku pengawasan yang mendapat legitimasi masyarakat;
• Graduated Santion. Berlakunya sanksi: ukuran keberhasilan suatu aturan adalah tegaknya sanksi bagi para pelanggarnya, baik sanksi sosial, sanksi
administratif, maupun sanksi ekonomi. • Conflict Resolution Mechanism. Mekanisme penyelesaian konflik:
masyarakat memiliki mekasnisme penyelesaian konflik di luar mekanisme formal;
• Minimal Recognition of Rights to Organize. Kuatnya pengakuan dari pemerintah: pengakuan dari pemerintah dapat berbentuk undang-undang,
peraturan pemerintah atau peraturan daerah; dan For resources that are part of larger systems:
• Nested Enterprises. Adaya ikatan atau jaringan degan lembaga luar. Jaringan dengan dunia luar yang dimaksud adalah baik jaringan antar
komunitas bridging social capital maupun dengan di luar komunitas seperti akademis, LSM, maupun swasta lingking social capital.
2.8. Rumusan Masalah dan Kerangka Pemikiran
Komoditas ikan konsumsi karang hidup melanggengkan supply chain perdagangan karena ada aktor produksi dan distribusi yang digerakkan oleh
kepentingan pasar. Ketika permintaan pasar semakin meningkat, menyebabkan terjadinya penangkapan yang melebihi quota tangkapan. Karena sumberdaya
tereksploitasi secara terus menerus, maka terjadi penurunan stok ikan. Kelangkaan terjadi disebabkan karena adanya pola penangkapan yang merusak ekosistem
terumbu karang dengan penggunaan alat tangkap yang merusak ekosistem seperti bom dan cyanide. Ketika daya dukung lingkungan sudah tidak mampu
41 memulihkan secara alami, timbulah kesadaran upaya konservasi sumberdaya ikan
konsumsi karang hidup melalui upaya seafood savers. WWF bekerjasama dalam mekanisme seafood savers untuk
mengupayakan produk UD. PMB. dihasilkan dengan cara yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan yang tercantum dalam standar fisheries improvement
management sesuai dengan standar Marine Stewardish Council. Upaya WWF sendiri adalah dengan tujuan mengkonservasi sumberdaya ikan konsumsi karang
hidup dan terumbu karang, karena sudah mengalami kerusakan yang parah. Sampai saat ini UD. Pulau Mas Bali dalam mengimplementasikan mekanisme
seafood savers baru dalam tahap conditioning. Tahap pengkondisian terhadap komunitas, agar bias menerima dengan perspektif mereka, akan pentingnya
konservasi sumberdaya ikan konsumsi karang hidup untuk keberlanjutan sehinga bisa menopang sistem keberlanjutan livelihood masyarakat.
Dalam kegiatan produksi, terjadi pemanfaatan sumberdaya perikanan konsumsi karang hidup secara terus menerus. Dalam jaringan perdagangan yang
didalamnya terdapat interaksi antar aktor produksi, distribusi dan konsumsi terjadi banyak permasalahan diberbagai lini, mulai dari lini lokal, reginal dan global.
Setidaknya ada 5 faktor komoditas ikan konsumsi karang hidup dapat dikatakan dinamis:
Pertama, komoditas ikan konsumsi karang hidup adalah kegiatan lintas batas teritori transboundary, artinya adalah bahwa komoditas ikan konsumsi
karang hidup diproduksi secara lokal dan dikonsumsi secara ekspor. Hal ini menyebabkan banyak terjadinya permasalahan dalam penggunaan kebijakan
pengiriman ekspor lintas negara. Mulai dari tumpang tindihnya kebijakan yang digunakan, ketidakjelasan aturan yang dipakai sehingga memunculkan fenomena
pemburu rente yang dimanfaatkan oleh oknum pejabat pemerintah yang melancarkan kegiatan produksi-distribusi dalam rantai perdagangan supply
chain komoditas ikan konsumsi karang hidup. Kedua, terdapat ikatan hutang dalam sistem patron-client dalam usaha
produksi, aktor produsen grass root, memanfaatkan sumerdaya milik bersama yang memilikimelekat sifat open access dalam pemanfaatannya. Hal ini
menyebabkan terjadiya upaya pemanfaatan sumberdaya tersebut secara terus
42 menerus untuk memenuhi permintaan konsumen akan komoditas tersebut. Dalam
menjual komoditas tersebut, produsen berjejaring dengan pedagang middle man dalam ikatan rantai perdagangan dimana ada aturan main yang disepakati oleh
kedua aktor tersebut. Middle man menguasai produksi dan mengetahui akses kemana harus menjual untuk kepentingan konsumen. Sehingga dapat dikatakan
bahwa middle man adalah pengguna sumberdaya ikan konsumsi karang hidup milik bersama yang bersifat bebas karena tidak berkaitan langsung dengan proses
produksi penangkapan. Ketiga, pola jaringan komoditas ikan konsumsi karang hidup adalah
komoditas barang yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, menimbulkan perdagangan yang melibatkan produsen, distributor dan konsumer, yang
mempertahankan komoditas tersebut dalam keadaan hidup dan segar mulai dari proses produksi penangkapan, pengiriman distribusi jaringan perdagangan sampai
pada tahap sebelum dikonsumsi masih terjaga. Usaha mempertahakan kondisi tersebut dibutuhkan perlakuan ekstra penggunaan bahan-bahan kimia,
multivitamin, antibiotik, obat kuning sampai menggunakan obat bius, untuk mempertahankan kondisi hidup ikan konsumsi karang hidup dalam pengiriman
jarak jauh dan waktu lama. Keempat, komoditas tersebut menyebabkan terjadinya eksploitasi dalam
penangkapan dengan menggunakan cara penangkapan yang merusak. Hal ini terjadi karena adanya permintaan pasar yang meningkat, kemudian tidak
diimbangi dengan upaya konservasi yang berkelanjutan. Dalam kondisi penangkapan berlebih dengan menggunakan bahan yang tidak ramah lingkungan
seperti bom dan bius, menjadikan ekosistem karang sebagai habitat ikan konsumsi karang hidup mengalami kerusakan. Penangkapan berlebih dengan tidak
memperhatikan keramahan lingkungan dan kriteria spesies komoditas, menyebabkan terjadinya kelangkaan ikan. Menurunnya stok ikan di alam,
membuat kenekatan nelayan mencari daerah fishing ground yang baru. Kelima, Seafood Savers muncul sebagai reaksi atas kerusakan alam yang
terjadi dan menurunnya persedian ikan di alam. Reaksi tersebut muncul sebagai gerakan dari permintaan pasar yang ingin mendapatkan sertifikasi ekolabel
Marine Stewardish Council. Seafood Savers merupakan bentuk globalisasi