48 12.
Pendekatan pasar: sebuah studi dimana aspek pasar dilihat dalam hubungannya dengan pengelolaan sumberdaya perikanan market driven to
sustainable fisheries ideologi pasar.
49
3. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma konstruktivis. Salim 2001:41-42, paradigma konstruktivis secara ontologis menyatakan bahwa
realitas itu ada dalam bentuk bermacam-macam konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik tergantung yang melakukannya.
Konstruktivis memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap “socially meaningful action” melalui pengamatan langsung dan terperinci
terhadap pelaku sosial dalam setting kehidupan sehari-hari yang wajar atau alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial
yang bersangkutan menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka. Pemaknaan terhadap dinamika komoditas ikan konsumsi karang hidup di
Wakatobi yang berdampak pada aspek sosial, ekonomi, ekologi dan kebijakan politik untuk nelayan dan lingkungan serta lahirnya program Seafood Savers
dalam komoditas ikan konsumsi karang hidup, merupakan fakta sosial yang dikontruksi dan dimaknai oleh WWF Indonesia dan aktor yang terlibat lainnya
seperti eksportir UD. PMB beserta penjaga keramba UD. PMB, Bali serta nelayan Wakatobi, khususnya komunitas Bajo Mola, Bajo Lamanggau dan nelayan
komunitas “anto pulo” Kelurahan Tongano Barat. Realitas sosial dalam kontruktivisme, dianggap merupakan kontruksi mental, pengalaman sosial yang
bersifat lokal-spesifik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dipandang relevan
karena bertujuan untuk memahami dinamika komoditas ikan konsumsi karang hidup dan aktivitas keberadaan instrumen dari program Seafood Savers komoditas
ikan konsumsi karang hidup yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Pendekatan metode kualitatif ini digunakan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dengan
menambahkan data numerik dari kajian persepsi yang dilakukan dengan menggunakan interview terhadap responden, penggunaan kombinasi metode ini
memungkinkan dalam suatu peneltian Creswell, dalam Satria, 2000. Metode kualitatif menurut Denzin dan Licoln 2000, menekankan kepada proses dan
makna dengan menganalisis dan mengetahui pola dan proses sosial masyarakat
50 yang diakui tidak dapat diukur dan diuji secara tepat dalam kontek kuantitas,
jumlah, intentitas dan frekuensi. Metode kualitatif yang akan digunakan adalah studi kasus. Metode studi kasus adaah metode yang tepat digunakan untuk sebuah
studi yang berkaitan dengan “how” dan “why”, serta bagi peneliti yang memiliki peluang kecil sekali ataupun tidak memiliki sama sekali peluang untuk melakukan
kontrol dalam penelitian tersebut Yin, 1997. Ditambahkan oleh Sitorus 1998: 24, ada sejumlah definisi dari “studi
kasus”, akan tetapi kesemuanya merujuk pada pengertian yang sama, yaitu memilih satu atau mungkin juga lebih dari kejadian atau gejala sosial untuk diteliti
dengan menerapkan serumpun metodelogi penelitian. Dalam penelitian studi kasus, lazimnya peneliti studi kasus akan menggunakan metode pengamatan,
wawancara, dan analisis dokumen. Metode kualitatif ini digunakan untuk mengetahui bagaimana instrumen
program Seafood Savers apakah efektif di lakukan? serta melihat kefektifan kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan tersebut dengan delapan
indikator institusi regulatif merujuk dari Scott, 2004 dan Satria; 2006, cognitif dan normatif Scott, 2004. Apakah program tersebut merupakan instrumen
kolaboratif manajemen pengelolaan sumerdaya perikanan konsumsi karang hidup yang memadukan kepentingan komunitas dan kepentingan pasar?, sehingga dapat
digunakan untuk menjawab, kendala apa yang terjadi di masing-masing aktor, serta mampu menjawab apa dampak dari instrumen tersebut terhadap proses
produksi, distribusi dan konsumsi. Untuk mendukung metode kualitatif akan dilakukan teknik spatial
temporal atau time line yang merupakan bentuk kajian life history untuk mengkaji kehidupan nelayan ikan konsumsi karang hidup secara mendalam. Menurut
Koentjoroningrat 1994 dalam Satria 2000, life history digunakan untuk: a
memperoleh dari dalam mengenai gejala-gejala sosial dalam suatu masyarakat, b. mencapai pengertian mengenai masalah individu warga
masyarakat yang suka berkelakuan lain dari yang biasa, b
memperoleh pengertian yang mendalam tentang hal-hal psikologis yang tak mudah diobservasi dari luar,
51 c
memperoleh gambaran mendalam tentang detail dari hal yang tidak mudah diceritakan orang dengan metode wawancara berdasarkan pertanyaan
langsung. Sedangkan untuk data numerik, dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui persepsi nelayan terhadap instrumen Seafood
Savers yang sedang diinisiasikan dan dikampanyekan oleh WWF Indonesia.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini bersifat eksplanatif- deskriptif, maksudnya adalah menggambarkan dan menjelaskan penemuan fakta
di lapangan sebagai base in fact berdasarkan potensi dan gejala faktual yang terjadi. Selanjutnya dideskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ditelaah dan merumuskan berbagai alternatif solusi sesuai dengan aspek yang dikaji.
3.2. Target, Lokasi dan Waktu Penelitian
Kajian end to end aktor yang terlibat dalam jaringan perdagangan ikan konsumsi karang hidup menuntut penelitian ini dilakukan di beberapa lokasi
dengan waktu yang berbeda. Untuk penelitian aktor produksi dilakukan di komunitas nelayan Bajo Mola, Bajo Lamanggau dan komunitas nelayan “anto
pulo” Kelurahan Tongano Barat, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara dengan rentang waktu dari Bulan Maret-Juni 2012. Aktor middle man ekpsortir,
dilakukan di Bau-Bau, Pulau Buton dan Bali pada Bulan Juli 2012. Sedangkan untuk mengetahui pola konsumsi dan dinamika pasar ikan konsumsi karang
hidup, dilakukan pada Bulan September 2012 di Hong Kong. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan:
1. Seafood Savers adalah program pertama tentang prakatek perikanan
tangkap untuk komoditas ikan konsumsi karang hidup, di mana Wakatobi ditunjuk sebagai pilot project inisisasi WWF Indonesia
Fishereis Captured bekerja sama dengan UD. PMB, Bali, Joint Program: Taman Nasional Wakatobi, TNC dan DKP Wakatobi;
2. Mengingat rantai perdagangan komoditas ikan konsumsi karang hidup
melalui beberapa aktor dengan proses yang panjang, maka kajian interaksi antar aktor menjadi penting untuk mengetahui tentang
dinamika komoditas dan instrument Seafood Savers;
52 3.
Kabupaten Wakatobi adalah Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Wakatobi, memiliki potensi keanekaragaman biota laut yang
melimpah, dan terdapat lembaga pengelolaan kawasan konservasi yang sudah jalan;
4. Berbicara mengenai nelayan, perlu dikaji komunitas suku Bajo yang
ada di dalam kawasan konservasi Taman Nasional, sebagaimana penghidupan mereka mengandalkan dari sumberdaya perikanan dan
kelautan.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan
penelusuran dokumentasi. Penggunaan teknik ini selain mengumpulkan data sekaligus melakukan triangulasi untuk uji validasi data. Menurut Sitorus 1998,
dengan memadukan sedikit tiga metode, misalnya pengamatan, wawancara dan analisis dokumen, maka satu metode dengan metode yang lain akan saling
melengkapi dan menutupi kelemahan sehingga tangkapan atas realitas sosial menjadi lebih valid. Sedangkan kebutuhan data numerik penelitian ini
menggunakan kuisioner guna mengumpulkan informasi dari informan dengan menanyakan melalui angket kuisioner atau interview supaya menggambarkan
berbagai aspek dari populasi. Untuk mendapatkan data dan informasi untuk kebutuhan studi, maka
dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatanteknik sebagai berikut:
1. Wawancara terstruktur, dilakukan dengan mengumpulkan data dari
informasi dari komunitas sasaran yang telah ditetapkan; 2.
Wawancara mendalam, artinya dimaksudkan untuk mengetahui aspek- aspek kualitatif secara lebih mendalam dan komprehensif. Wawancara ini
bersifat terbuka dan dilakukan berulang-ulang kali dengan intensitas yang tinggi. Informan dari wawancara mendalam adalah informan kunci;
3. Wawancara terarah atau FGD, yang dilakukan dengan forum komunitas
nelayan bersifat umum, dengan tujuan untuk mendorong forum menyampaikan pendapat masing-masing;
53 4.
Pengamatan langsung, dimaksudkan adalah mengetahui dan melihat secara langsung berbagai gejala dan perilaku tineliti, serta keberadaan
infrastruktur pendukung. Hasil observasi yang merupakan pengamatan peneliti adalah digunakan sebagai dasar klarifikasi dan cross check
berbagai informasi dan fenomena yang terungkap, terutama berkaitan dengan kondisi nyata di lapangannya;
5. Kuisioner dengan tujuan untuk mengukur sikap dan persepsi nelayan
terhadap seafood savers. Kuisioner dilakukan secara tertutup artinya, jawaban alternatif telah disediakan, kecuali pertanyaan mengenai identitas
responden yang bersifat terbuka. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner pengukuran prosentase dengan kategori S setuju, R ragu-
ragu, TS tidak setuju; 6.
Penelusuran dokumen, dilakukan untuk memperluas dan melengkapi hasil kajian.
Data primer diperoleh dengan, wawancara dan pengamatan langsung dan sumbernya diperolah dari informan kunci maupun informan biasa seperti
nelayan, bos, perusahaan, Taman Nasional, DKP Wakatobi, TNC, WWF, dan kajian time line dilakukan untuk mendukung adanya data primer. Data sekunder
diperoleh dengan penelusuran dokumentasi dan arsip tertulis, serta referensi studi sebelumnya untuk menguatkan data primer. Untuk memperoleh data sekunder,
sebagai acuan untuk dokumentasi dan regulasi, dilaksanakan di WWF Wakatobi, TNC Wakatobi, DKP Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi Seksi I, II dan III,
Balai Taman Nasional Wakatobi, Buton, BKSDA Buton, Karantina Buton, BKSDA Bali, Karantina Bali, DKP Propinsi Bali dan di WWF Indonesia di
Jakarta, WWF Hong Kong dengan kontak melalui surat elektronik. WWF Indonesia adalah lembaga yang mengkampayekan Seafood Savers perikanan di
Indonesia dan diskusi dengan para ahli dalam Seafood Savers perikanan baik dari WWF Indonesia, maupun WWF Internasional. Bantuan untuk mendapatkan data
primer, menggunakan alat perekam dan field note. Sedangkan untuk data sekunder, dilakukan dengan menyalin mengcopy arsip ataupun dokumen yang
relevan sebagai pendukung data primer.
54
3.4. Teknik Penentuan Informan
Pengumpulan data dan informasi dikumpulkan secara sengaja purposive sampling dari masyarakat lokal yang berada di Kepulauan Wakatobi, terutama
Pulau Tomia dan Pulau Wangi-Wangi. Purposive sampling salah satu cara yang diambil peneliti untuk memastikan bahwa unsur tertentu dimasukan ke dalam
sampel. Unsur tertentu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nelayan maupun kelompok nelayan yang telah dan memiliki hak penangkapan ikan dan
berjejaring dengan UD. PMB dengan adanya mekanisme Seafood Savers. Karena itu nelayan yang secara sengaja ditetapkan adalah nelayan yang tinggal di Pulau
Wangi-Wangi dan Pulau Tomia yang berjumlah 60-100 orang Hasil informasi dari WWF Indonesia, Jakarta 30 November 2011.
Teknik penentuan informan dalam penelitian kulaitatif ini menggunakan teknik penelusuran snowball sampling. Dalam teknik ini, penentuan informan
awal diperoleh dari hasil pengamatan langsung peneliti. Penentuan informan berikutnya berasal dari informan awal dan selanjutnya. Jumlah informan
ditentukan berdasarkan kecukupan dan kejenuhan data dan informasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan kuisioner menggunakan sistem simple stratified secara sederhana. Dari setiap komunitas akan diambil 15-25 responden untuk kuisioner,
jadi dua pulau 30-50 responden diambil dengan menggunakan prosentase pemahaman dan kesetujuan menetapkan skor disetiap pertanyaan quisioner. 30-50
sampel didapat dari rumus Slovin Riduwan, 2009, n = NN.d
2
+1. Dimana, n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi nelayan, dan d
2
adalah presisi yang ditetapkan yaitu 10 0,1.
3.5. Analsisi Data
Data kualitatif dianalisis dengan prinsip “analisis data kualitatif” yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data Miles dan Huberman, 1992 dalam Sitorus, 1998. Reduksi dalam pengumpulan data meliputi
kegiatan: 1. Meringkas data; 2. Mengkode, 3. Menulusur tema; 4. Membuat gugus-gugus; 5. Membuat partisi, dan 5. Menulis memo. Kegiatan ini berlasung
mulai penelitian di lapangan sampai pada tahap penulisan laporan. Reduksi data