54
3.4. Teknik Penentuan Informan
Pengumpulan data dan informasi dikumpulkan secara sengaja purposive sampling dari masyarakat lokal yang berada di Kepulauan Wakatobi, terutama
Pulau Tomia dan Pulau Wangi-Wangi. Purposive sampling salah satu cara yang diambil peneliti untuk memastikan bahwa unsur tertentu dimasukan ke dalam
sampel. Unsur tertentu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nelayan maupun kelompok nelayan yang telah dan memiliki hak penangkapan ikan dan
berjejaring dengan UD. PMB dengan adanya mekanisme Seafood Savers. Karena itu nelayan yang secara sengaja ditetapkan adalah nelayan yang tinggal di Pulau
Wangi-Wangi dan Pulau Tomia yang berjumlah 60-100 orang Hasil informasi dari WWF Indonesia, Jakarta 30 November 2011.
Teknik penentuan informan dalam penelitian kulaitatif ini menggunakan teknik penelusuran snowball sampling. Dalam teknik ini, penentuan informan
awal diperoleh dari hasil pengamatan langsung peneliti. Penentuan informan berikutnya berasal dari informan awal dan selanjutnya. Jumlah informan
ditentukan berdasarkan kecukupan dan kejenuhan data dan informasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan kuisioner menggunakan sistem simple stratified secara sederhana. Dari setiap komunitas akan diambil 15-25 responden untuk kuisioner,
jadi dua pulau 30-50 responden diambil dengan menggunakan prosentase pemahaman dan kesetujuan menetapkan skor disetiap pertanyaan quisioner. 30-50
sampel didapat dari rumus Slovin Riduwan, 2009, n = NN.d
2
+1. Dimana, n adalah jumlah sampel, N adalah jumlah populasi nelayan, dan d
2
adalah presisi yang ditetapkan yaitu 10 0,1.
3.5. Analsisi Data
Data kualitatif dianalisis dengan prinsip “analisis data kualitatif” yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data Miles dan Huberman, 1992 dalam Sitorus, 1998. Reduksi dalam pengumpulan data meliputi
kegiatan: 1. Meringkas data; 2. Mengkode, 3. Menulusur tema; 4. Membuat gugus-gugus; 5. Membuat partisi, dan 5. Menulis memo. Kegiatan ini berlasung
mulai penelitian di lapangan sampai pada tahap penulisan laporan. Reduksi data
55 bertujuan untuk membuat analisis yang tajam, terarah, membuang data yang tidak
perlu dan pengorganisasian data dengan cara sedemikian rupa hingga sampai pada proses penarikan kesimpulan akhir Sitorus, 1998: 60. Analisis data juga
dilakukan bertujuan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Analisis hubungan antara fakta sosial dinyatakan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
57
4. LOKASI PENELITIAN 4.1.
Gambaran Umum Perairaran dan Kepulauan Wakatobi
Kepulauan Wakatobi terletak di pertemuan Laut Banda dan Laut Flores, di sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda dan Pulau Buton, di sebelah Selatan
dibatasi oleh laut Flores, di sebelah Timur oleh Laut Banda dan sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Buton dan Laut Flores. Wakatobi merupakan
kependekan dari nama empat pulau besar yang ada di kawasan tersebut, yaitu
Pulau Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko
RPTNW, 2008: 1; RPJMD 2006-2011:6. Semula gugusan pulau ini dikenal dengan nama Kepulauan Tukang Besi
1
, karena sejak dahulu penduduk di kepulauan ini dikenal sebagai pengrajin atau pandai besi yang memasok
kebutuhan rumah tangga dan alat-alat perang bagi kerajaan Buton dan sekitarnya RPTNW, 2008: 1; RPJMD 2006-2011:6.
Terbentuknya Kepulauan Wakatobi dimulai sejak jaman Tersier hingga akhir jaman Miosen. Pembentukan pulau-pulau di kawasan ini akibat adanya
proses geologi berupa sesar geser, sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat dipisahkan dari bekerjanya gaya tektonik yang berlangsung sejak
jaman dulu hingga sekarang. Secara keseluruhan kepulauan ini terdiri dari 39 pulau, 3 gosong dan 5 atol. Terumbu karang di kepulauan ini terdiri dari karang
tepi fringing reef, gosong karang patch reef dan atol. Masing-masing pulau mempunyai luas yang berbeda-beda, Pulau Wangi-wangi 156,5 km
2
, Pulau Kaledupa 64,8 km
2
, Pulau Tomia 52,4 km
2
, dan Pulau Binongko 98,7 km
2
. Proses pembentukan atol, yaitu terjadi karena adanya penenggelaman dari
lempeng dasar. Terbentuknya atol dimulai dari adanya kemunculan beberapa pulau yang kemudian diikuti oleh pertumbuhan karang yang mengelilingi pulau.
Terumbu karang yang ada di sekeliling pulau terus tumbuh ke atas sehingga terbentuk atol seperti beberapa atol yang terlihat sekarang, antara lain Atol
1
Kepulauan Tukang Besi adalah istilah sebelum nama Kepulauan Wakatobi muncul. Nama Kepulauan Tukang Besi terjadi pada jaman Penjajahan Belanda-awal kemerdekaan RI, sampai
sebelum dibubarkannya Kesultanan Buton Schroll, 2003.
58 Kaledupa, Atol Kapota, Atol Tomia. Perairan Kepulauan Wakatobi berada pada
wilayah “Coral Triangle” atau wilayah segitiga terumbu karang, yaitu wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati
lainnya termasuk ikan tertinggi di dunia. Segitiga karang dunia terdapat di beberapa negara meliputi Philipina, Indonesia sampai kepulauan Solomon Indo-
Pasifik Barat RPTNW, 2008:10.
4.2. Letak Geografis Kawasan Taman Nasional Wakatobi
Secara geografis Kepulauan Wakatobi terletak antara 123
o
15’00’’– 124
o
45’00’’ Bujur Timur dan 05
o
15’00’’– 06
o
10’00’’ Lintang Selatan. Atas dasar hal tersebut di atas, dan sebagai pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1990 dan
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998, Menteri Kehutanan melalui SK Menhut No. 393Kpts-VI1996 telah menunjuk Kepulauan Wakatobi beserta perairan laut
di sekitarnya seluas 1,39 juta ha sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional Kepulauan Wakatobi TNKW, yang kemudian ditetapkan berdasarkan
SK Menhut No. 7651Kpts-II2002. Tujuan penunjukan Kepulauan Wakatobi sebagai taman nasional adalah untuk pelestarian keanekaragaman hayati marine
biodiversity conservation sebagai perwakilan ekosistem wilayah ekologi perairan laut Banda-Flores Banda Flores Marine Eco-region, serta untuk menunjang
upaya perikanan yang berkelanjutan sustainable fisheries bagi pemerintah daerah dan masyarakat di sekitar kawasan RPTNW, 2008:1.
Kepulauan Wakatobi mempunyai posisi sejajar miring ke arah timur laut, dilihat dari peta zonasi taman nasional, antara pulau terdapat selat yang
menghubungkan antara Laut Banda di sebelah utara dan timur, sedangkan sebelah selatan dan barat adalah Laut Flores. Dalam kajian oseanografi selat tersebut
merupakan selat fenomena tutup botol, yang menjadi penghubung aliran arus antara dua laut tersebut, sehingga arusnya deras disetiap selat-selat di Kepulauan
Wakatobi. Hal ini dapat dirasakan gelombangnya setiap akan menyeberang dan melewati selat diantara pulau-pulau di Wakatobi
2
.
2
Hasil Wawancara dengan Sahri 30 Tahun, bahwa selat diantara pulau-pulau di gugus kepulauan Wakatobi berarus deras, dimana arus tersebut adalah arus dari Laut Banda menuju ke Laut Flores
dengan melewati celah sempit diantara pulau.