242 menyarankan nelayannya tidak menggunakan alat tangkap yang merusak
lingkungan, seperti halnya bubu atau bius, tidak menangkap biota yang dilindungi dan tidak menangkap ikan yang sedang bertelur, mengukuti aturan pemerintah dan
perusahaan UD. PMB, 2012. Mulai Tahun 2011 UD. PMB tidak menerima ikan dengan tangkapan bubu. Periode Tahun 2010 ikan bubu masih diterima dengan
pertimbangan terdapat selisisih harga sampai dengan Rp. 30.000,- dengan ikan hasil tangkapan melalui pancing Slhn, 40 Tahun, 25 Juni 2012.
Aturan Seafood Savers, dalam pola produksi sangat terlihat pengaruhnya. Li, 12 April 2012; 13 Juni 2012, menjelaskan bahwa Seafood Savers, adalah
jaringan business to business, merangkap jaringan pasar. Keanggotaan Seafood Savers, tidak semua nelayan bisa masuk menjadi anggota UD. PMB. Program
Seafood Savers dikaitkan dengan program Best Management Practice BMP yang menitikberatkan pada praktek penggunaan alat tangkap yang ramah
lingkungan, ukuran ikan diperhatikan dan proses pasca tangkap. Adapun insentif untuk nelayan melakukan prakek BMP dengan penjualan produk yang memiliki
harga premium. Rangkaian BMP dan SS adalah pola pengelolaan sumberdaya ikan menuju keberlanjutan yang memperhatikan aspek sosial ikatan patron-
klien, ekonomi ikatan hutang dan ekosistem keberlanjutan sumberdaya perikanan karang.
8.5.1 Pola Produksi Jaringan Penangkapan
Nelayan anggota UD. PMB untuk nelayan lepasnya, tidak menggunakan praktek-praktek yang merusak karang, sedangkan nelayan yang di bawah
kordinator, ada yang masih menggunakan praktek perikanan merusak. Pola produksi keanggotaan UD. PMB., baik sebagai nelayan lepas dan nelayan terikat
di bawah kordinator sudah sadar bahwa kondisi penangkapan ikan dasar hidup dengan menggunakan bius itu sangat merusak dan merugikan nelayan lain.
Dampak yang diterima sebagai akibat penggunaan bius, dampak secara ekologi, adalah nelayan merasa saat ini susah mendapat ikan.
Dampak secara ekonomi, bahwa tidak terdeteksinya efek penggunaan bius, kadang tercampur dengan ikan yang ditangkap melalui pancing. Apabila
dimasukan ke dalam keramba, maka akan mempengaruhi kepercayaan pihak keramba ke nelayan. Nelayan merasa dirugikan dengan sistem keramba UD.
243 PMB., yang masih mencampur tangkapan nelayan. Protes hasil tangkapan ikan ini
terjadi pada komunitas nelayan “antopulo” yang merasa resah bahwasanya, masih ada nelayan UD. PMB di bawah kordinator yang masih menggunaka bius. Secara
harga, insentif yang diterima oleh nelayan dengan mematuhi aturan Seafood Savers dan aturan perusahaan adalah rewards akan premium price yang diterima
sebagai usaha nelayan untuk menangkap dengan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan.
Dampak sosial, penerimaan aturan Seafood Savers, dengan lahirnya nelayan bebas yang langsung terikat dengan perusahaan adalah sebagai ujud
bahwa sebetulnya sisi postif aturan UD. PMB. dan program Seafood Savers, memperhatikan kondisi ekosistem, ekonomi dan sosial nelayan, untuk memutus
tali patronase. Akan tetapi kenyataan di lapangan, UD. PMB. dan program Seafood Savers belum mampu secara maksimal untuk memutuskan tali patronase.
Gambar 8.8. Aktifitas penggunaan alat tangkap pancing.
Nelayan bebas mendapat umpan dengan menggunakan pancing
tondakedo-kedo, Dokumentasi Tracking GPS Fishing ground I, 28
April 2012. Pengambilan hasil terhadap nelayan
dari hasil tangkapan nelayan terikat kordinator, Dokumentasi Tracking
GPS Fishing ground II, 3 Mei 2012. Pancing kedo-kedo tidak
menggunakan umpat, tetapi menggunakan tiruan bulu ayam,
sebagai umpan, Dokumentasi Tracking GPS Fishing ground II, 3
Mei 2012.
Pancing ulur yang menggunakan umpan, Dokumentasi Tracking
GPS Fishing ground I, 28 April 2012.
Pancing ulur yang menggunakan umpan, Dokumentasi Tracking GPS
Fishing ground I, 28 April 2012. Ikan kena pancing tonda, pancing
tonda, pancing ulur tanpa umpan, yang di tarik oleh bodi. Dokumentasi
Tracking GPS Fishing ground I, 28 April 2012.
244
8.5.2. Pola Distribusi Jaringan Pemasaran
Hasil penelitian, program Seafood Savers belum menyentuh pada jaringan pemasaran. Jaringan pemasaran masih berpola seperti jaringan pemasaran ikan
konsumsi karang hidup secara umum dibahas dalam Bab. V sub Bab. 5.5.. Pola produksi dalam jaringan pemasaran merupakan kewenangan perusahaan.
Perlakuan penjagaan ikan akan tetap hidup dan segar mulai di tangkap di alam, disimpan di keramba sampai pada tahap pengangkutan menuju Bali dan akan
diekspor, masih menggunakan perlakuan kimia, seperti obat anti kuning dan penyuntikan abiotik.
Program Seafood Savers masih dalam tahap sosialisasi dan belum menjadi
kebijakan yang di dukung oleh pemerintah sebagai kebijakan perikanan berkelanjutan. Dinamika pola produksi dan pemasaran di ikan konsumsi karang
hidup terjadi, dikarenakan praktek-praktek yang komplek mulai dari penangkapan, distribusi pemasaran sampai pada tahapan ekspor.
Hasil studi di lapangan, proses perlakuan terhadap komoditas ikan konsumsi karang hidup terdapat di level eksportir. Artinya, pada proses distribusi
belum tersentuh oleh program Seafood Savers, dikarenakan dua sebab, yaitu 1. Transformasi aturan Seafood Savers belum menjadi agenda perikanan secara
regional, nasional ataupun lokal, 2. Lemahnya pengetahuan konsumen sebagai aktor hilir, belum menerapkan kebijakan Seafood Savers.
Penyuntikan antibiotic, ikan dari nelayan Dokumentasi, 16
April 2012. Albagin, sebagai obat anti
bakteria Dokumentasi, 22 Mei 2012.
Pembuangan kutu, sebelum ikan di loding Dokumentasi,
22 Mei 2012.
Proses loding, ikan Dokumentasi, 26 Mei 2012.
Packing ikan , sudah menggunakan standar HACPP
Dokumentasi, 16 Juli 2012.
Gambar 8.9. Aktifitas perlakuan ikan mulai di
keramba sampai packing siap ekspor.
245
8.5.3. Pola Konsumsi pada Level Konsumen
Menurut penuturan eksportir yang sudah mengikuti menggunakan pola penangkapan ikan ramah lingkungan dan prosedur Seafood Savers, sangat susah
untuk konsumen Hong Kong menerapkan peraturan Seafood Savers, diterima sebagai aturan pola konsumsi masyarakat Hong Kong. Prnm, 35 Tahun 14 Juli
2012, inilah kendala terbesar, disamping kendala bahwa Seafood Savers belum diakomodir dan didukung oleh pemerintah, permintaan pasar di Hong Kong, tidak
mempedulikan ikan yang masuk apakah ikan yang ramah produk atau sebaliknya. Hong Kong menjadi pusat pasar ikan konsumsi karang hidup dunia.
Konsumsi menjadi mitos dan prestisius gaya hidup orang kaya di Hong Kong. Semakin susah dan langka ikan tersebut di peroleh di alam, semakin mahal
harganya. Persaingan kelas sosial masyarakat di Hong Kong ditunjukkan dengan aturan table manner. Seperti perundingan bisnis, keputusan akan berakhir di meja
makan. Hong Kong, sebagai barometer kota jasa terbesar di Asia. Sistem ekonomi
di Hong Kong menerapkan sistem perdagangan bebas WTO. Menurut penuturan Prnm, 35 Tahun 14 Juli 2012, Hong Kong tidak mempunyai potensial alam
seperti Indonesia. Potensi ikan di Hong Kong sudah habis, sehingga eksploitasi ke negara yang masih banyak potensi ikannya, salah satunya Indonesia. Hong Kong
belum menerapkan produk ecolabel. Karena Hong Kong tidak punya potensi lain kecuali jadi kota perdagangan. Sehingga Pemerintah Hong Kong mendukung
adanya perdagangan bebas sebagai pendapatan Pemerintah dalam negeri Hong Kong. Hal ini tercermin penggunaan tenaga kerja Hong Kong yang tadinya mahal,
kemudia menyatu dengan Cina Daratan masuklah pekerja Cina yang murah, mau gak mau Hong Kong harus mengikuti UMR aturan Cina. Ini menjadi alasan
kenapa Hong Kong mengantut perdagangan bebas. Qin He, 28 Tahun 6 September 2012, bahwa dasarnya orang di sini,
kalau mau membeli ikan karang hidup, tidak di lihat dari kualitas ataupun ditanyakan dari mana asalnya, asalkan ikannya bagus dan lincah, di beli dan
dimakan. Ketika berkunjung dengan di pasar ikan Sai Kung 9 Septembe 2012, bahwa penjual wholesale, belum mengetahui tentang label hijau produk pada
ikan konsumsi karang hidup. Penjual disini mendapatkan supply ikan dari
246 improtir. Ikan konsumsi karang hidup di datangkan dari banyak negara, salah
satunya Indonesia. Akan tetapi menurut penjual, banyak yang didapat dari Indonesia. Sadovy, 19 September 2012, saat ini Napoleon yang ada di Hong
Kong terbanyak dari Indonesia. Malaysia sudah terdapat kebijakan moratorium Napoleon, sedangkan untuk Philiphina, sudah zero quota Workshop, IUCN,
Conservation for Napoleon 18-19 Septermber 2012; Jakarta. Temuan hasil di pasar ikan masih terdapat ikan yang rusak bagian
mulutnya dan banyak ikan yang di bawah ukuran 600 gram. Ikan-ikan tersebut juga ada ikan yang warna pada mata sudah kabur. Prnm, 35 Tahun 14 Juli 2012,
mengatakan bahwa di Hong Kong masih banyak ikan dari Indonesia yang ditangkap dengan menggunakan cyanide. Adapun ciri-ciri fisik yang tampak dari
ikan yang ditangkap dengan cyanide adalah warna kabur, ikan tidak lincah, dan banyak sisik yang mengelupas. Prnm, sangat yakin dan paham bahwa ikan
tersebut didatangkan dari Indonesia. Harga ikan konsumsi karang hidup di Hong Kong untuk ikan budidaya
115-120 Hong Kong. Sedangkan kerapu untuk kelas bawah yaitu sekitar 150 Hong Kong. Untuk Napoleon paling mahal sampai 12000 Hong Kong, per, 1, 2
kg atau dalam satuan kg di Hong Kong adalah tetti. Sedangkan harga tersbut disamai dengan Kerapu Tikus. Untuk no 2, adalah Tong Sing atau Sunu Merah,
untuk no 3 adalah Tai Sing atau Kerpau Merah yang menyerupai sunu merah, dan untuk no 4 adalah Sunu Hitam ataui Sai Sing, dan no 5 adalah Kerapu Campur.
Kwaci Hitam dan Karet Merah atau Hitam itu masuk ke kelas Kerapu, dengan harga 120 Hong Kong Prnm, 35 Tahun, 16 Juli 2012.
Hasil identifikasi di lapangan Sai Kung, 9 September 2009, bahwa ikan konsumsi karang hidup, di jual per ekor di resotoran Hong Kong. Pembedaan
mahal tidaknya harga ikan konsumsi karang hidup itu disesuaikan dengan kerusakan fisik, juga ukuran. Harga ikan hidup yang ada di Sai Kung adalah
sebagai berikut:
247
Tabel 8.6. Harga Ikan Konsumsi Karang Hidup di Sai Kung, Hong Kong. Jenis Ikan
Harga HK IDR Napoleon
2600 HKekor Rp. 3.640.000,- Kerapu Tikus
2600 HKekor Rp. 3.640.000,- Kerapu
800 HKekor Rp. 1.120.000,- Sunu Merah Tong Sing
800 HKekor Rp. 1.120.000,- Kerapu Kecil
150 HKekor; 126 HKekor Rp. 210.000,- Kerapu Rusak
400 HKekor Rp. 560.000.- Sunu Rusak
500 HKekor Rp. 700.000,- Sumber data: Wawancara dan pengamatan Hong Kong 9 September 2012 kurs 1 HK-Rp 1400,-.
Pasar ikan whole sale Fish Market Sai Kung- Hong Kong
Dokumentasi, 9 September 2012. Ikan karang hidup, berbagai
macam ikan karang seperti Napoleon dan Sunu serta Kerapu
Dokumentasi, 9 September 2012. Kondisi salah satu restoran di Sai
Kung- Hong Kong Dokumentasi, 9 September
2012.
Napoleon di salah satu aquarium resotran whole sale Fish Market
Sai Kung- Hong Kong Dokumentasi, 9 September 2012.
Gambar 8.10. Komoditas ikan konsumsi karang hidup pada level konsumen Hong Kong.
249
9. POLITIK SEAFOOD SAVERS
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat public goals dan bukan tujuan yang bersifat pribadi private goals. Politik lebih
memfokuskan kepada kegiatan pada suatu sistem politik yang menyangkut proses yang menentukan dalam melaksanakan tujuan itu sendiri. Untuk melaksanakan
tujuan-tujuan tersebut perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum public policies yang menyangkut pengaturan dan pembagian dari sumber-sumber yang tersedia
Budihardjo, 1989:8. Damsar 2010: 11-12, menambahkan bahwa pengertian politik dapat dipahami sebagai kekuasaan, kehidupan publik, pemerintahannegara,
konflik dan resolusi konflik, kebijakan, pengambilan keputusan dan pembagian atau alokasi.
Easton, 1953 dalam bukunya The Political System dalam Martin, 1990: 5-10 menjelaskan bahwa sistem politik adalah sistem yang dapat memelihara dan
mengubah tatanan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem politik dapat diartikan sebagai suatu mekanisme yang mengalokasikan nilai-nilai otoritatif
sebagaimana nilai tersebut mempengaruhi distribusi sebagai penggunaan kekuasaan. Sifat otoritatif diartikan sebagai hal umum yang dianggap sah, sedangkan nilai-nilai
otoritatif diartikan sebagai sumberdaya yang langka dan kekuasaan sendiri diartikan sebagai kekuatan yang tidak terdefinisikan secara jelas. Kekuasaan dapat berupa
dukungan dari komunitas sebagai suatu rangkain dukungan kesulurahan, dukungan regime, dan dukungan otoritas politik itu sendiri yang berarti tujuan politis tertentu.
Sehingga konsep politik menurut Easton berarti mekanisme “pengalokasian nilai-nilai otoritatif” seperti mempengaruhi distribusi dan kekuasaan yang dialokasikan kepada
masyarakat. Ada banyak pandangan tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan politik
Caporaso and Levine, 1992. Politik dapat diartikan sebagai “siapa yang mendapatkan apa, kapan dan bagaimana” Lasswell, 1996; “pertarungan untuk
mendapatkan kekuasaan” Morgenthau, 1948; “seni dan ilmu dari pemerintahan atau “sosialisasi konflik” Schattschneider, 1960, “pola-pola kekuasaan, aturan dan