Kelembagaan Pengelolaan Sumbedaya Perikanan
42 menerus untuk memenuhi permintaan konsumen akan komoditas tersebut. Dalam
menjual komoditas tersebut, produsen berjejaring dengan pedagang middle man dalam ikatan rantai perdagangan dimana ada aturan main yang disepakati oleh
kedua aktor tersebut. Middle man menguasai produksi dan mengetahui akses kemana harus menjual untuk kepentingan konsumen. Sehingga dapat dikatakan
bahwa middle man adalah pengguna sumberdaya ikan konsumsi karang hidup milik bersama yang bersifat bebas karena tidak berkaitan langsung dengan proses
produksi penangkapan. Ketiga, pola jaringan komoditas ikan konsumsi karang hidup adalah
komoditas barang yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, menimbulkan perdagangan yang melibatkan produsen, distributor dan konsumer, yang
mempertahankan komoditas tersebut dalam keadaan hidup dan segar mulai dari proses produksi penangkapan, pengiriman distribusi jaringan perdagangan sampai
pada tahap sebelum dikonsumsi masih terjaga. Usaha mempertahakan kondisi tersebut dibutuhkan perlakuan ekstra penggunaan bahan-bahan kimia,
multivitamin, antibiotik, obat kuning sampai menggunakan obat bius, untuk mempertahankan kondisi hidup ikan konsumsi karang hidup dalam pengiriman
jarak jauh dan waktu lama. Keempat, komoditas tersebut menyebabkan terjadinya eksploitasi dalam
penangkapan dengan menggunakan cara penangkapan yang merusak. Hal ini terjadi karena adanya permintaan pasar yang meningkat, kemudian tidak
diimbangi dengan upaya konservasi yang berkelanjutan. Dalam kondisi penangkapan berlebih dengan menggunakan bahan yang tidak ramah lingkungan
seperti bom dan bius, menjadikan ekosistem karang sebagai habitat ikan konsumsi karang hidup mengalami kerusakan. Penangkapan berlebih dengan tidak
memperhatikan keramahan lingkungan dan kriteria spesies komoditas, menyebabkan terjadinya kelangkaan ikan. Menurunnya stok ikan di alam,
membuat kenekatan nelayan mencari daerah fishing ground yang baru. Kelima, Seafood Savers muncul sebagai reaksi atas kerusakan alam yang
terjadi dan menurunnya persedian ikan di alam. Reaksi tersebut muncul sebagai gerakan dari permintaan pasar yang ingin mendapatkan sertifikasi ekolabel
Marine Stewardish Council. Seafood Savers merupakan bentuk globalisasi
43 pengelolaan sumberdaya perikanan. Penerapan Seafood Savers merupakan upaya
global dalam memerangi dan menurunkan angka praktek IUU Fishing. Penggunaan bahan kimia, sangat membahayakan kepentingan konsumen dan juga
produsen. Proses penangkapan yang menggunakan alat tidak layak dalam menjaga keselamatan layak dipertimbangkan dalam ecolabelling ini. Sehingga dari segi
perlindungan aktor grass root adalah bahwa Seafood Savers adalah sebagai penjamin keselamatan nelayan penangkap karena mengatur dilarangnya
penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan dan penangkapan secara liar di alam.
Dalam hal ini menjadi penting untuk mempelajari dan melihat praktek Seafood Savers, yang terjadi pada komunitas maupun pada pasar. Pendekatan
aktor untuk mengetahui keefktifan institusi Seafood Savers, sangat diperlukan. Dengan pendekatan komunitas dan juga pasar, apakah Seafood Savers, dapat
menjadikan instrumen kolaborasi manajemen sumberdaya ikan konsumsi karang hidup dalam memepertemukan aspek populis dan aspek pasar. Sehingga
diharapkan institusi Seafood Savers bias menjadi instrumen yang berpihak pada masyarsakat populis. Kajian end to end antar aktor sangat penting dalam
penelitian ini, mengingat kebijakan seafood savers komoditas ikan konsumsi karang hidup begitu komplek siklus perdagangannya, yang melibatkan end actor
nelayan dan end actor konsumen. Analisis kelembagaan sumberdaya milik bersama merujuk dari konsep dan
teori Elinor Ostrom, 1990; 1994; 2005 dan Arif Satria, 2006. Ostrom, 1994; Satria 2006 mendefinisikan kelembagaan sebagai seperangkat aturan kerja yang
melekat pada aktor, dimana mempunyai kewenangan membuatmerencanakan keputusan, aktifitas apa dalam pemanfaatan sumberdaya yang boleh dilakukan,
prosedur aturan apa saja yang harus ditaati, informasi apa yang harus disampaikan dan tidak disampaikan, ketentuan-ketentua sanksi apakah yang dikenakan
terhadap aktor, baik individual maupun koleksi apabila tidak mengikuti kesepakatan bersama. Sedangkan menurut Ruddle, 1999; Satria, 2006,
menelaskan bahwa kelembagaan pengelolaan sumberdaya alam mempunyai beberapa aspek, yaitu: 1. Batas teritori yang jelas, 2. Aturan, 3. Kewenangan,
4. Hak, 5. Sanksi, dan 6 Monitoring.
44 Dalam penelitian ini menjadi penting untuk mengkaji bekerjanya
instrumen Seafood Savers yang diterjemahkan menjadi kelembagaan keberlanjutan sumberdaya perikanan konsumsi karang hidup, dimana di dalamnya
memuat aturan-aturan keberlanjutan lingkungan secara bio-fisik, mengikat antar aktor yang memanfaatkan sumberdaya tersebut, mengikat dalam aturan
komunitas, aturan pasar yang nantinya diharapakan dapat sebagai bahan masukan dalam evaluasi tentang bekerjanya kelembagaa tersebut. Selain itu dikaji pula
bagaimana pola pengelolaan sumberdaya perikanan yang terdapat di Kepulauan Wakatobi. Kepulauan Wakatobi mempunyai status sebagai Taman Nasional sejak
Tahun 1996 melalui keputusan Menteri Kehutanan. Dalam penelitian ini penting untuk mengetahui pola pengelolaan sumberdaya perikanan yang terjadi di
kawasan konservasi dan masuknya instrumen ecolabelling seafood savers. Sehingga dapat diketahui pengelolaan seperti apa yang berjalan dan yang
seharusnya berjalan di Kepulauan Wakatobi untuk sumbedaya perikanan konsusmi karang hidup yang mempunyai habitat di terumbu karang.
45 Gambar 2.1. Bagan alir kerangka pemikiran peneltian.
Keberlanjutan Perikanan
Seafood Savers
Stakeholder: -Negara; -Komunitas; -Pasar; -NGO
1.Proses Konsumsi: -Interaksi aktor;
-Pola Kebijakan. 2.Proses Distribusi:
-Interaksi aktor; -Pola Pemasaran
3.Proses Produksi: -Interaksi aktor
-Pola penangkapan;
Sumberdaya Perikanan Konsumsi Karang Hidup
dalam Kawasan Konsevasi Pola Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan dalam Kawasan
Konservasi
Dampak : 1.
Sosial: 3. Ekologi:
-Interaksi aktor: -Penggunaan teknologi; -Jaringan Penangkapan; -Faktor eksternal.
-Jaringan PemasaranDistribusi. 2.
Ekonomi: 4. Kabijakan: -Modal penangkapan;
-Jaringan Pengaman -Ikatan hutang
Kepentingan Komunitarian
Kepentingan Pasar
Sistem Zonasi Taman
Nasional Kepentingan Negara
46