124 Dalam jaringan penangkapan ikan konsumsi karang hidup terdapat pada
pola ikatan patronase dengan pola-pola hubungan yang tidak seimbang antara nelayan dan kordinator. Nelayan yang mempunyai hutang ke kordinator
diwajibkan menjual hasil tangkapannya kepada kordinator. Sistem pembelian versi kordinator terhadap produk perikanan hasil tangkapan nelayan yang
mempunyai ikatan hutang adalah dengan menyetorkan hasil tangkapan kemudian dipotong dengan hutang. Harga pembelian kordinator terhadap nelayannya di
bawah standar harga dibandingkan dengan nelayan menjual bebas ke kordinator lainnya atau ke keramba milik ekspotir langsung.
Nelayan terikat hutang dengan kordinator dalam mencari ikan menggunakan kapal milik kordinator yang menampung 10-15 nelayan. Dalam
satu kapal membawa bekal melaut sampai 10-15 hari. Peralatan yang di gunakan oleh nelayan adalah pancing umpan dan perahu lepa-lepa yang di gerakan dengan
layar ataupun dengan dayung. Menurut penuturan Pak Mtrrng, Pak Mnr, Pak La Al dan Pak Nymn, nelayan dibawah kordinator Bu Hj. Hyt 49 Tahun
menjelaskan: “Kami disini mencari ikan di laut 10-15 hari. Saya kadang mengambil
panjer terlebih dahulu Rp. 200.000,- sampai Rp. 500.000,- sebagai panjer dalam satu kali melaut. Kadang kami dan teman-teman meminta
kenaikkan harga jual kepada kordinator, tapi selalu tidak bisa karena alasan kordinator hasilnya tidak menutupi perongkosan dan panjer
yangkami terima. Itulah susahnya dibawah panjer oleh kordinator. Kadang dalam satu musim turun kelaut dapat menutupi panjer, kadang
juga tidak. Tetapi untuk saya, selama ini hasilnya selalu menutupi panjer, karena hasilnya banyak yang lebih dari pada kurang” 2 Mei 2012.
Sedangkan menurut penuturan pembantu kaki tangan kordinator di lapangan, Pak Mkmn 36 Tahun dan Jn 29 Tahun:
“Kami disini hanya mengumpulkan, mencatat dan menjaga barang-barang di kapal. Kami kadang bergantian dengan kaki tangan kordinator Pak
Ahm. PakHm. Ketika Pak Hm ada di kapal, kami mengambil ikan mulai jam 11-an dengan menggunakan bodi yang ada bak nya untuk menjemput
ikan di nelayan. Nelayan mulai mencari ikan ketika fajar dan akan kembali ketika lohor. Jadi kerja nelayan hanya setengah hari saja. Kalaupun hujan
ada yang tetap berangkat ada yang tidak. Kalau sakit kami bertanggung jawab memberi obat”. Tanggung jawab kami berdua adalah mengawasi
nelayan, mencatat hasil tangkapan nelayan dan mengkomunikasikan dengan kaki tangan Pak Hm bekal apa yang kurang. Pak Hm lebih ke
125 urusan komunikasi ke Bu Hj. Hyt dengan kami para nelayan disini”. 2
Mei 2012.
Nelayan terikat adalah nelayan yang tidak mempunyai modal bodi perahu 5GT bermesin Diandjong, hanya menggunakan sampan kecil. Kebanyakan
nelayan yang dibawah kordinator adalah nelayan yang tidak mempunyai cukup modal untuk menjadi nelayan sendiri. Akan tetapi hal ini bisa dibedakan setiap
musim. Apabila musim barat, kebanyakan nelayan Mola mengambil panjar dari kordinator, sedangkan musim timur tidak. Hal ini senada dengan yang dikatakan
oleh Tn.40 Tahun, bahwa: ”Hampir seluruh nelayan Mola, kalau musim barat menghutang ke
kordinator, termasuk nelayan lepas. Sedangkan musim timur tidak menghutang, dikarenakan kalau musim barat ikan melimpah dan pasti
dapat, sehingga memanjar ke kordinator pun tidak akan merugi. Sedangkan musim timur, ikan berkurang, sehingga tidak berani memanjar
dari kordinator, karena harga beli kordinator sangat murah sekali dibandingkan dengan harga ke keramba langsung” 4 Mei 2012.
Nelayan lepas tidak terikat ikatan patronase di Mola, menggunakan jasa dari saudara mereka yang membuka kios atau warung. Buat nelayan lepas di
Mola, hal ini jauh lebih baik daripada menghutang panjar ke kordinator untuk perongkosan melaut. Menghutang ke kios tentang BBM itu dikarenakan mahalnya
BBM di Wakatobi. Untuk harga satu liter solar di Wakatobi mencapai Rp. 7000,-. Sedangkan daerah penangkapan mereka sangat jauh, sampai menghabiskan solar
antara 30-40 liter. Keuntungan dari pinjaman kios ini adalah, nelayan tidak diharuskan menjual ke kios untuk hasil tangkapan, mereka bebas menjual ke
siapapun yang mampu membayar dengan harga tinggi. Sedangkan kerugiannya adalah ketika meluat tidak dapat hasil ataupun hasilnya sedikit, sehingga tidak
mencukupi perongkosan BBM, mau tidak mau harus menghutang kembali dan diakumulasikan ke hutangan berikutnya Tn., 3 Mei 2012.
Perbedaan hubungan kerja nelayan-kordinator cukup berbeda antara Bajo Mola, Bajo Lamanggau dan Tongano Barat. Komunitas nelayan Bajo Lamanggau
sangat tertutup terhadap orang luar. Di Lamanggau interaksi nelayan dan kordinator menggunakan sistem panjar, akan tetapi tidak menggunakan kapal
seperti nelayan terikat dari Mola. Hal ini dikarenakan faktor:
126 • Pertama jelajah antara nelayan Bajo Lamanggau dengan Bajo Mola sangat
berbeda. Bajo Lamanggau masih disekitar pulau tomia, dengan jarak tempuh 1-3 jam ke tempat lokasi, tetapi nelayan Bajo Mola dengan jarak
tempuh 6-7 jam ke tempat lokasi. • Kedua, bahwa nelayan terikat di Bajo Lamanggau mempunyai bodi yang
digunakan dalam menangkap ikan. Adapun pancing yang digunakan adalah pancing ulur atau pancing tonda.
• Ketiga, Bajo Lamanggau nelayannya kebanyakan menggunakan alat tangkap potas. Potas digunakan pada saat musim timur, melihat langkanya
ikan di alam. Kemudian musim barat menggunakan pancing kembali. Hal ini di tuturkan oleh My., nelayan di bawah kordinator Tdd., bahwa:
“Saya menjadi nelayan ikan dasar sejak kelas 5 SD. Saya belajar dari orang-orang disini. Disini penangkapan sudah mulai berkurang. Dimasa
susah sekitar Tahun 2000 saya bisa menangkap sehari 20 ekor ikan dasar, tetapi sekarang hanya 4-6 ekor ikan dasar saja. Saya kadang meminta
panjar dari bos sekitar Rp. 300.000,- sampai Rp. 500.000,-. Saya dibeli ikannya oleh bos sunu hitam kalau super mencapai Rp. 40.000,-kg, tiger
Rp. 60.000-Rp. 65.000,-, sedangkan sunu merah sampai Rp. 140.000,- kg.” 12 Mei 2012.
Agus 35 Tahun, nelayan Lamanggau di bawah kordinator L Jdn, menjelaskan, bahwa :
“Saya mengambil panjer dari bos untuk perongkosan solar, mata pancing, timah kurang lebih Rp.500.000,- untuk waktu kurang lebih satu musim,
kadang saya mendapat sehari sekitar 10 ekor ikan dasar. Saya menggunakan bodi dan pancing tonda. Harga beli kordinator La Jundin
terhadap nelayannya adalah sebagi berikut: Sunu Merah Up: Rp. 190.000ekor, Super: Rp. 180.000,-kg. Sunu hitam Up: Rp. 50.000ekor,
Super: Rp. 45.000,-kg. Kerapu dan tiger, untuk ukuran 600 gram keatas: Rp.60.000,-, sedangkan campuran untuk 600 gram keatas harganya Rp.
20.000kg.” 11 Mei 2012.
Tdd.40 Tahun adalah salah satu kordinator di Bajo Lamanggau yang mempunyai 10 nelayan. Awal mula Tdd. menjadi kordinator sepuluh tahun yang
lalu dan bekerja untuk kordinator besar di Tomia H. Il. yang merupakan kordinator besar kepercayaan CV. J.M. Selama menjadi kordinator di bawah H.
127 Il., penghasilan Tadada satu musim lebih dari dua juta, tetapi sekarang satu musim
bisa mencapai 6-7 juta. Dalam mengelola nelayannya, Tdd mencari ikan dasar hanya pada musim barat saja. Sedangkan musim timur, nelayannya mencari tuna.
Kordinator saling bekerjasama dengan kordinator lainnya terutama dalam masalah harga ikan antar sesame perusahaan. Kordinator saling membantu di lapangan.
Kordinator juga menyuruh dan menutup-nutupi nelayannya yang bertindak Illegal fishing dengan menutupi yang sebaliknya. Ekspolitasi kordinator terhadap nelayan
sangat memberatkan nelayan, dan nelayan tidak mempunyai pilihan apapun kecuali menurut kordinator. Berikut adalah pernyataan ironis antara nelayan
dengan kordinator yang disampaikan oleh Tdd. 40 Tahun yang merupakan kordinator My.20 Tahun nelayannya:
”Saya menjadi kordinator itu sejak sepuluh tahun yang lalu dengan menyetor ikan ke CV. JM di bawah kordinator H. Il. Kemudian mulai
bergabung dengan UD. PMB sekitar Tahun 2009 sudah hampir 4 tahunan. Kadang nelayan meminta panjar antara Rp. 500.000,- sampai 2 juta.
Musim timur nelayan mencari ikan tuna, kalau musim barat mencari ikan dasar, karena musimnya, dan mudah ditangkap saat musim kawin. Apabila
panjer dalam satu musim belum lunas, maka masuk kepanjer bulan berikutnya. Panjer tersebut untuk jaminan istri dan anaknya di rumah.
Kadang istri nelayan juga meminta panjer. Dalam usaha kami sesama kordinator di lapangan saling mengontak tentang harga ikan antara PMB
dan JM. Walaupun saya sudah dilarang oleh H. Ilyas dan barang kami ditolak oleh JM, saya masih dapat menjual barang kami terutama ikan
dasar berukuran baby. PM. tidak menerima baby. Saya menitipkan ikan dasar baby ke sesama kordinator asal Lamanggu yaitu Mnt.” 12 Mei
2012.
Terdapat beberapa hal menarik dari kajian nelayan lepas, antara nelayan lepas dari Mola dan nelayan lepas terikat dari Tongano barat. Perbedaan tersebut
sangat mencolok, setidaknya dapat dianalisis mengapa terjadi perbedaan, karena beberapa faktor, yaitu:
• Pertama, bahwa ada perbedaan secara kultural antara Bajo Mola dengan Tongano Barat. Walaupun nelayan lepas di Mola itu tidak terikat oleh
kordinator, akan tetapi nelayan mengikat sistem hutang dalam ikatan kiosisasi ataupun saudara yang membuka toko dalam hal menghutang
BBM untuk perongkosan melaut. Nelayan bebas Tongano Barat sudah memiliki koperasi anggota nelayan yang bernama “anto pulo” yang secara
kolektif mampu memberi pinjaman kepada anggotanya untuk perongkosan
128 melaut. Faktor pembeda lainnya adalah, bahwa nelayan bebas di Mola
benar-benar tanpa ikatan hutang ke kordinator, kecuali waktu musim barat, sehingga dengan bebas menjual ke keramba dan langsung menerima harga
sesuai dengan harga standar eksportir, sedangkan nelayan Tongano Barat, di bawah kordinator walaupun secara ekonomi tidak memberikan hutang,
tetapi apabila ada nelayan yang mau berhutang, di kasih panjar oleh kordinator. Sistem kordinator yang terdapat di Tongano Barat adalah
sebagai penyuportpendukung keamanan dan ekonomi sewaktu-waktu apabila dibutuhkan. Fungsi kordinator di Tongano Barat adalah sebagai
fasilitator antara eksportir dengan nelayan backing up dari tokoh masyarakat atau elit.
• Kedua, jelajah area penangkpan fishing ground antara nelayan Mola dengan nelayan Tongano Barat, sungguh berbeda. Nelayan Mola
membutuhkan waktu 2-3 hari untuk semua musim baik musim barat maupun musim timur dalam melaut. Sehingga BBM yang dibutuhkan
banyak. Nelayan Tongano, berjelajah hanya sekitar Pulau Tomia saja, sehingga tidak membutuhkan waktu lama, 1 hari untuk musim timur-1-2
hari untuk musim barat. Adapun BBM yang dibutuhkan nelayan Tongano relatif lebih sedikit dan hemat BBM.
• Ketiga, nelayan Tongano barat cukup menggunakan mesin diesel berkekuatan 8-12 PK katinting karena jarak tempuh yang dekat,
sedangkan nelayan Mola kebanyakan menggunakan mesin Djiandong yang berkekuatan 25-an PK, karena jarak tempuh yang jauh informasi
nelayan Tongano Barat 24 Juni 2012 tentang perkembangan teknologi.
6.1.2. Jaringan PemasaranDistribusi Komoditas Ikan Konsumsi Karang
Hidup
Jaringan pemasaran komoditas ikan konsumsi karang hidup melibatkan banyak aktor yang terlibat. Hasil penelitian di lapangan April-Juni 2012, apat
dipetakan aktor yang terlibat dalam jaringan distribusi adalah:
129
Tabel. 6.7 Aktor yang terlibat dalam jaringan pemasaran No.
Aktor Peran
Keterangan 1. Kordinator
Mempunyai peranan
sebagi supplier ikan kepada
eksportir. Aktor middle man
perantarapengumpul yang menerima hasil dari
nelayanya, kemudian di jual ke eksportir melalui
keramba milik eksportir.
2. Seksi Pelayanan
Informasi dan Pemasaran;
Pengawasan Perikanan DKP
Wakatobi, DKP Propinsi Bali, DKP
Propinsi Sultra, Karantina Bau-Bau,
Karantina Bali, Bea Cukai
Sebagai penyelenggara kebijakan yang mengurusi
perijinan dan segala bentuk aktfitas perikanan di wilayah
administarasi Kabupaten Wakatobi.
Birokrasi ini berkaitan dengan ijin usaha perikanan
SIUP, ijin penangkapan dan pengangkutan ikan
SIPI dalam area administratif kabupaten,
baik kabupaten daerah penangkapan ikan maupun
kabupatenpropinsi tempat perusahaan ekspor tersebut
berada.
3. Eksportir
Bos, eksportir pembeli ikan dari Wakatobi dan menjual
ekspor ke Hong Kong. Pembeli besar yang
mengekspor hasil perikanan dari Wakatobi ikan dasar ke
luar negeri. Ada dua cara pengiriman, lewat pesawat
terbang udara dan lewat kapal jalur air.
4. Importir
Pembeli ikan di Hong Kong Pembeli ikan di Hong Kong
5. Whole seller dan
Retailer Pembeli ikan dari importer
yang menyediakan pembelian dalam jumlah besar Whole
seller dan dalam jumlah kecil retailer restaurant
Pembeli yang menjual ikan kepada retailer mauapun
restoran untuk di jual ke konsumen
6. Konsumen
Pembeli akhir di Hong Kong -
Sumber: Olahan data primer hasil wawancara dengan informan kunci April-Juni 2012.
Di Wakatobi ditemukan 3 eksportir besar yang beroperasi membeli ikan dari nelayan Wakatobi. Eksportir tersebut mempunyai beberapa keramba, disetiap
keramba ada yang jaga, yaitu kepala keramba dan anggota. Penjaga keramba tersebut mempunyai tugas sebagai wakil dari eksportir bos untuk mengawasi
keramba, menerima ikan dari kordinator atau nelayan dan mengkomunikasikan segala bentuk intruksi dari eksportir baik mengenai turun dan naiknya harga,
menerima atau tidak menerimanya ikan hasil tangkapan dan mencatat jenis dan jumlah ikan yang masuk termasuk mengontrol ikan tersebut layak atau tidak serta
mengecek ukuran dan kondisi kesehatan ikan dasar yang hidup. Penjaga keramba merupakan pangkal utama komunikasi antara eksportir dengan nelayan. Penjaga
keramba adalah karyawan yang digaji perbulan oleh eksportir. Penjaga keramba juga merupakan aktor yang berkompetisi dengan penjaga keramba yang lain,
130 dimana sudah memiliki ego untuk memajukan perusahaan. Eksportir di Wakatobi
saling bersaing dalam hal mencari nelayan dan dalam hal harga. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan penjaga keramba yang setiap hari melakukan laporan kepada
eksporti bosperwakilan perusahaan, berapa jumlah ikan yang masuk, kendala apa yang dihadapi dilapangan serta bagaimana dinamika di lapangan berkaitan
dengan kompetisi perusahaan
7
. Berikut adalah gambaran rantai pasok antara sisi pemasokan supply dan
sisi permintaan demand.
Gambar. 6.1. Diagram supply chain beserta keterlibatan aktor komoditas ikan konsumsi karang
hidup di Wakatobi. Diadopsi dari sumber: The International Standard for the Trade in LRFF 2004; WWF Annual Report 2012.
Jaringan pemasaran ini memiliki dua jalur pengiriman produksi ikan ekspor dari Indonesia ke luar negeri. Dua eksportir H. PurnPMB dan Ap.
berada di Bali dan satu eksportir AB CV. JM. berada di Bau-Bau, Buton. UD. PMB dan Eff.Ap. JT menggunakan pengiriman lewat udara dengan pesawat
terbang. Ikan dasar yang ada di keramba di Wakatobi di jemput secara berkala dari perusahaan untuk di kirim ke Bali. Sedangkan CV. JM. ikan yang ada di
keramba di jemput langsung oleh Kapal Hong Kong
8
.
7
Wawancara dengan penjaga keramba UD. PMB dan CV. JM; pengamatan di lapangan April- Juni 2012.
8
Pengamatan di lapangan, wawancara dengan penjaga keramba UD. PMB; CV.JM dan pemilik keramba, Rtn 29 Tahun dan Eff.50 Tahun untuk kordinator lapangan, eksportir asal Bali,
Ap.JT; April-Juli 2012. Penangkapan
di alam bebas Kordinator
sebagai pembeli ikan
tingkat I Eksportir
Impor tir
Whole seller
Retail Kon
sum en
Supply side Demand side
DKP dan instansi terkait lainnya
131 Eksportir telah mempunyai jaringan ekspor sendiri ke Hong Kong.
Kepercayaan yang dibangun sejak eksportir membangun perusahaan perikanan ikan konsumsi karang hidup ini telah lama dan saling menjaga kepercayaan satu
dengan lainnya. CV. JM AB dari dulu sampai sekarang masih menggunakan pengiriman dengan kapal Hong Kong yang selalu datang ke Wakatobi setiap
bulan sekali musim barat, dengan frekuensi datang sampai 5 kali. Kantor CV. JM. mempunyai perwakilan di Bau-Bau. Semuanya perijinan yang mengatur
adalah bos kami dan kantor, ketika mau meloding ikan
9
. Waktu loding di Wakatobi biasanya malam, dan semua yang menyortir adalah orang Hong Kong
awak kapal tersebut. Dalam pengangkutan di Wakatobi di dampingi oleh petugas DKP, Karantina, dan TNI AL serta Polisi
10
. Sebelum di loding ikan tidak boleh di kasih pakan, minimal 2 hari tanpa pakan. Kemudian, akan dicek kesehatannya.
Alasan untuk dipuasakan adalah takut ikannya muntah dan akan menjadi kotor bak ikan yang ada di kapal. Sekali angkut dari Wakatobi, kadang mencapai 7 ton
ikan, untuk minimalnya yaitu 5, 5 ton. Mereka pembeli dari Hong Kong tidak mau merugi. Kadang kalau ikan sedikit ikan yang masih kecil pun diangkut. CV. JM
harus mengikuti kemuan mereka, karena ini perjanjian bisnis dengan mereka Hong Kong yang sudah di jalin sejak lama
11
. Alasan perusahaan mengirim lewat laut adalah agar mudah dalam birokrasi perijinan, dan lain-lain, dan karena tidak
tersedianya Bandara Internasional. Ada beberapa proses yang dilalui dalam alur rantai pasok tersebut
Hubungan pasok supply chain dari mulai penangkapan sampai di tangan konsumsen digambarkan sebagai berikut:
9
Wawancara, Samad 40 Tahun 24 April 2012; ZainiHendra 39 Tahun 27 April 2012.
10
Wawancara, Samad 24 April 2012; ZainiHendra 27 April 2012.
11
Wawancara dengan Wnto, 40 Tahun 5 Juli 2013
132
Gambar 6.2. Diagram alir distribusi ikan dari Wakatobi ke Hong Kong adopsi, Geoffrey Muldoon, 2008; Seafood Ecolabelling. Sumber: data dan pengamatan di lapangan April-Juli 2012.
Jaringan pemasaran lebih komplek dan dinamis dibandingkan dengan jaringan penangkapan. Dalam jaringangan penangkapan terdapat hubungan
asimetris nelayan dan kordinator yang selalu diuntungkan adalah kordinator. Tetapi dinamika dalam jaringan penangkapan nelayan mempunyai sifat melawan
secara tersembunyi, yaitu dengan menggunakan rasionalitas ekonomi. Bentuk perlawanan tersembunyi dari nelayan adalah dengan menjual produknya ke
kordinator lain baik secara langsung maupun dengan menggunakan jasa pertemanan sesama nelayan. Jaringan pemasaran lebih dinamika, karena
Nelayan penangkap ikan
Keramba milik eksportir Di Wakatobi
Pesawat Cargo Kordinator
Kapal Hongkong vessel
Improtir Pasar, wholeseller, retail Hong Kong
Konsumen di Hong Kong Kapal
penjemputpeng irim ikan
Pengurusan Ijin, DKP Wakatobi,
ketika akan loding
Perusahaan di Bali
Packing Pengurusan
Ijin: DKP Buton,
Karantina Bau- Bau,
Bea Cukai Sultra;
BKSDA Wil II Sultra
ketika mau eksport
Pengurusan Ijin:
DKP Prop. Bali,
Karantina Bali, Bea Cukai
Ngurah Rai; ketika mau
eksport
Jarak tempuh transport ikan Wakatobi-Bali, memakan
waktu hingga 5 hari Kapal sandar 1 jam,
kemudian mengambild di Sinjai dan Selayar,
kemudian kembali ke Hong Kong jarak tempuh
Indonesia –Hongkong dengan menggunakan
kapal memakan waktu 2 minggu
Setelah diberokkan semalam, di packing, diangkut dan dibawa
ke cargo pagi hari. Jam 7 pesawat take off, jam 12
sampai di Hong Kong 5 jam perjalanan
Nelayan bebas
Nelayan terikat
133 melibatkan banyak aktor, termasuk dengan eksportir secara langsung. Setidaknya
ada beberapa fenomena kedinamisan dari jaringan pemasaran ini adalah: Pertama, dalam interakasi antara eksportir penjaga keramba dengan kordinator
terjadi permainan harga beli untuk nelayannya yang mempunyai hutang
12
. Terjadi pengambilan keuntungan terhadap hasil produksi, dimana nelayan sebagai aktor
yang dirugikan. Kedua, komoditas ikan konsumsi karang hidup mempunyai resiko tinggi, karena komoditas tersebut harus dijaga agar tetap hidup dan tidak
rusak sakit atau cacat, sehingga pihak pembeli sudah memprediksikan kerugiannya ketika terjadi kematian ikan. Ketiga, tidak transparasinya harga pasar
yang disampaikan oleh eksportir kepada kordinator ataupun nelayan. Keempat, mengingat komoditas ini mempunyai nilai ekonomi tinggi, memunculkan adanya
free riders yang menggunakan kesempatan untuk ikut mengakses jaringan komoditas. Sehingga akan memunculkan adanya bentuk fenomena rent seeking
dalam jaringan pengaman presecution network. Untuk nelayan dibawah kordinator harga akan ditentukan oleh
kesepakatan kordinator dengan penjaga keramba. Peran nelayan terikat hutang kordinator tidak bersinggungan langsung dengan penjaga keramba termasuk juga
dengan standar harga yang ditentukan oleh eksportir. Nelayan sebetulnya sudah menyadari akan hal ini. Akan tetapi nelayan yang miskin akan modal finansial dan
modal teknologi penangkapan tidak bisa keluar dari ikatan hutang tersebut. Tentunya hal ini sangat merugikan untuk nelayan yang terikat hutang oleh
kordinator. Ada beberapa faktor yang menjadikan hal ini terjadi, diantaranya adalah
adanya modal yang sudah dikeluarkan untuk melaut dan modal yang di hutangkan untuk nelayan.
“Nelayan saya, membawa ikan ke keramba, kemudian pihak penjaga keramba hanya menuliskan nota, hasil tangkapannya, kemudian
diserahkan ke saya dan saya melakukan pembayaran ke nelayan setelah nota itu diterima oleh saya. Pendapatan kotor satu musim sebetulnya
lumayan mencapai Rp. 80 juta- Rp. 75 juta, tetapi karena di-hutang dan
12
Tn. , 40 Tahun 23 Juni 2012; “menyebutkan, bahwa harga kami ketika masuk ke CV. JM. AB antara H. Sr. dengan H. Hydn, ada perbedaan harga, lebih tinggi H. Hydn. H. Sr. rendah, dan selisih sampai Rp.
5000-10.000,-. Akibatnya banyak yang lari dari H. Sr dan memilih ke H. Hydn. H. Hydn menjadi kepercayaan Pak AB, dan paling banyak nelayannya
134 digunakan untuk perongkosan melaut paling ya satu musim hanya Rp. 5
juta-an”. Hj. Hyt, 49 Tahun, 6 April 2006 Hal tersebut juga diterangkan oleh Im.30 Tahun:
“untuk menghapus sistem perhutangan dibawah kordinator, itu susah mas, hal ini sudah menjadi kebiasaan nelayan disini. Tidak semua nelayan
mempunyai bodi sendiri dan perongkosan yang cukup. Pokoknya sangat susah” 6 April 2012.
Pak Zn. Pak Hndr 39 Tahun, penjaga keramba CV. JM.: “untuk urusan panjar dan pembayaran yang mengurusi adalah bagian
kantor di Bau-Bau. Baik panjer yang akan dipinjam oleh kordinator dari perusahaan ataupun nelayan yang mempunyai panjar, saya hanya mencatat
berapa ikan yang ditimbang, dan diserahkan kembali ke nelayan, nelayan nanti meminta ke kordinatornya”. 27 April 2012.
Pemberian nota terhadap nelayan di bawah kordinator ini dilakukan agar kordinator tidak pindah ke kordinator lainnya. Hubungan kordinator-penjaga
keramba adalah hubungan kepercayaan timbal balik. Im. 30 Tahun 6 April 2012,
“kasihan Bu Hj., sudah kelaur panjar untuk nelayan dan modal. Sehingga kami pun tahu apa yang harus kami lakukan, walaupun di satu pihak, saya
juga kasihan melihat nelayan. Tapi bagaimana lagi, disini sudah terdapat kepercayaan antara kami dengan Bu Hj”.
Kontrol nelayan masuk dengan menjual ikan menjadi kunci utama dalam melanggengkan usaha perikanan masing-masing perusahaan. Apabila ada nelayan
baru yang menyetor ikan, dan belum mempunyai kartu anggota UD. PMB atau belum kenal, akan ditanyakan terlebih dahulu, notanya akan ikut siapa CV. JM..
Untuk mengklarifikasikan kebenaran tersebut, penjaga keramba mengkonfirmasi keberadaan dan kebenaran kepada kordinator yang bersangkutan. Hal ini
dilakukan, adalah untuk menjaga citra perusahaan akan kepercayaan nelayan atau kordinator
13
, serta menjaga resiko menerima ikan dari nelayan baru, ternyata ikan tersebut adalah ikan rusak, sudah tidak lincah ataupun hasil dari potassium
14
.
13
Wawancara dengan berbagai sumber. Rtn, 29 Tahun 20 April 2012; Hndr 39 Tahun 27 April 2012;
14
Im 17 April 2012 dan Hndr 26 April 2012 , “untuk mengecek ikan yang kondisinya mencurigakan, seperti berubah warna atau tidak lincah, saya tidak langsung menerima.
Ataupun biar didiamkan dulu oleh mereka selama tiga hari. Saya tidak mau menanggung resiko kematian ikan”.
135 Komoditas ikan konsumsi karang hidup mempunyai resiko tinggi, karena
komoditas tersebut harus dijaga agar tetap hidup dan tidak rusak sakit atau cacat, sehingga pihak pembeli sudah memprediksikan kerugiannya ketika terjadi
kematian ikan. Perlakuan-perlakuan khusus dalam menjaga ikan tetap sehat dan lincah terjadi pada keramba, dan tidak dilakukan pada nelayan atau kordinator,
pihak keramba melakukan beberapa perlakuan, seperti pemberian obat kuning, atau obat biru methyline blue untuk merendam ikan ketika baru diterima dari
nelayan dan setelah ditimbang. Setelah beberapa saat di rendam, 5 menit kemudian di suntik dengan antibiotik. Kemudian baru dimasukkan ke dalam
keramba. Sambil menunggu di loding diangkut oleh kapal penjemput ikan, ikan tersebut di cek secara berkala dan dijaga kebersihan keramba.
Penjelasan dari Smd, 45 Tahun kepala keramba CV. JM di Karang Kapota, menjelaskan perlakuan khusus setelah menerima dan menimbang ikan
tahap penyortiran selanjutnya dilakukan perendaman dengan obat kuning atau dengan menggunakan methyline blue selama beberapa menit, baru di suntik
dengan antibiotic terramycin oksitetrasiklin kemudian dimasukkan kedalam keramba. Kemudian setelah tiga hari dicek kembali ikan-ikan tersebut, kalau ada
yang terlihat sakit dan luka, maka disuntik kembali. Adapun obat-obatan tadi dikirim dari perusahaan.
Kegunaan obat biru atau obat kuning untuk menyembuhkan lukamembuang kuman kutu. Penyuntikan dilakukan setiap ikan baru masuk,
sehat atau tidak sehat disuntik, penyuntikan dilakukan untuk antibiotik, dan menjaga kesehatan. Untuk suntik terramycin dilakukan dengan volume dosis 2 ml
untuk 20 ekor ikan. Sedangkan untuk obat kuning atau methyline-blue, ukuran 2 sendok makan dengan volume air satu genthong volume kira-kira 120 liter untuk
ikan 3 keramba atau 500 ikan dalam waktu beberapa menit. Kalau campurannya terlalu kental dan lama direndam, ikan dapat mabok
15
. Selain
methylen blue atau obat kuning, UD. PMB menggunakan elbagin 100 gsm, sebagai larutan anti bakteri
16
. Diamping itu juga menggunakan suntikan antobiotik dengan botol kecil warna kuning tetapi bukan terramycin
15
Wawancar dengan Hndr, 39 Tahun 26 April 2012
16
Pengamatan lapangan, keramba UD. PMB, Wanci 24 Maret 2012 dan Tomia 21 Mei 2012
136 oksitetrasiklin. Obat suntik yang digunakan menggunakan obat anti biotik yang
tidak bermerk dengan bertuliskan, obat suntik untuk ikan
17
. Pemakain obat-obatan ini sesuai dengan dosis tentunya. Elbagin 100 gsm digunakan untuk membunuh
kutu-kutu yang menempel pada ikan. Kutu-kutu tersebut apabila menempel pada lubang pernafasan ikan, akan menjadikan ikan tersebut mati. Selain itu obat
kuning atau sejenisnya bisa untuk menyembuhkan dari penyakit jamur putih yang menempel pada insang
18
. CV. JM. membuka operasi penerimaan ikan dari nelayan dalam satu tahun
hanya musim barat saja. Alasan, karena pada musim timur, terdapat banyak penyakit, sehingga kapal Hong Kong tidak mau mengambil, dan kalau musim
timur volume ikan juga sedikit yang tertangkap. Jadi apabila mengambil dari Hong Kong ke Wakatobi, dinilai tidak menutupi perongkosan
19
. Dalam proses pengangkutan, terdapat dua pola yang berbeda. Pengangkutan ikan dengan
menggunakan kapal, disediakan bak besar untuk menampung kapal dan terdapat sirkulasi air. Hal ini dilakukan agar tidak mati atau stress. Kapal Hong Kong yang
masuk ke kawasan Wakatobi, mengangkut ikan dalam jumlah minimal 5,5 ton. Dalam waktu musim barat, kapal Hong Kong masuk bisa sampai 5 kali dalam satu
musim ikan. Hal ini lain dengan yang dilakukan oleh UD. PMB. yang mengambil jalur
Bali. UD. PMB, menjemput ikannya yang ada di Wakatobi, dalam waktu 20-30 hari sekali atau tergantung dengan quota. Untuk keramba di Wanci, biasanya
mencapai quota 1, 1 ton, dan keramba di Tomia, bisa mencapai 300-500 kg. perjalanan dari Wakatobi menuju Bali singgah di- Selayar, dengan memakan
waktu 5 hari dengan kecepatan 5 knott
20
. Laju kapal yang begitu lambat, adalah untuk menghindari ikan di dalam bak kapal menjadi stress. Setelah sampai di Bali,
kemudian di berokkan selama semalam. Teknik packing yang dilakukan oleh PMB, sudah mengunakan standar HCPP Hazard Analysis Critical Point. PMB
sudah tidak menggunakan gabus sterofoam dalam mengirim ikan.
17
Pengamatan, Keramba UD. PMB, Wanci Maret-April 2012; Keramba Tomia, 21 Mei 2012
18
Pengamatan keramba Kapota CV. JM; 25 April 2012; Hndr, 39 Tahun Kamp. CV. JM, Karang Tomia, 27 April 2012.
19
Wawancara di kantor CV. JM, Wnt,40 Tahun 5 Juli 2012.
20
Wawancara dengan kapten kapal pengangkut ikan loding milik PMB 16 April 2012
137 UD. PMB dalam melakukan packing misalnya dengan volume ikan 3, 6
ton untuk site penangkapan dari Kaltim dan Madura Pengamatan Packing di UD PMB, 17 Juli 2012 dapat dilakukan dalam waktu 1 jam. Ikan tiba pada Sabtu
malam kemudian Senin pagi sudah di packing dan dikirim. Cara packing yang dilakukan UD. PMB cukup berbeda dengan perusahaan ikan karang hidup
lainnya. UD. PMB menggunakan prinsip menghemat energi, mengutamakan kualitas ikan, serta memperhatikan keselamatan pekerjanya. Artinya setiap
pekerja yang melakukan packing menggunakan jas lab, adapun pekerja yang menyelam mengambil ikan di bak penampungan sudah menggunakan baju selam.
Packing dilakukan subuh, dengan mengemas Tong Sing Sunu Merah terlebih dahulu.
Standar HCCP yang diterapkan UD. PMB. merupakan suatu sistem kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas
identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi packing ikan. HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang
dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan preventive yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan
makanan yang aman bagi konsumen. UD. PMB sudah menggunakan bin dengan fiber berukuran dengan
panjang satu meter dengan lebar 80 cm dan dengan tinggi 1 meter. Dilengkapi dengan gas tabung oksigen yang sudah standar dangerous good secara
international. Air laut yang digunakan sudah 2 tahun dengan sistem pemanfaata ulang secara berkala untuk menghemat air laut. Bin tersebut bisa bertahan sampai
15 tahun. Prosesnya meggunakan standar yang bagus da lebih ramah lingkungan dari pada dengan sterofoam. Tetapi mahal di investasi dan maintenance. Ongkos
biaya listrik satu bulannya sekitar 3.600.000 rupiah. Hr. Prnm.35 Tahun sebagai pemilik UD. PMB mengingatkan dalam 3
bak tidak boleh di foto, karena ini adalah proses pembiusan, sedangkan yang lain boleh. Pak Hr. juga siap apabila ada regulasi tentang pembiusan tidak boleh itu
sudah di keluarkan maka akan di gunakan alternatif menggunakan gas yang tentunya ramah lingkungan. Dari Bali ke Hong Kong itu memakan waktu 5 jam.
Jadi pengiriman pagi dari Bali sampai Hong Kong jam setengah sembilan malam
138 waktu Hong Kong dan singgah di Singapura. Karena memakai Singapura
Airlines. Alasannya memakai Garuda ribet dan biaya permintaan untuk korupsinya banyak. Perusahaan tidak akan menanggung resiko.
Prestisius pembeli di Hong Kong bahwa semakin membeli ikan hasil tangkapan alam semakin gengsi dan hanya orang-orang kaya Hong Kong yang
membeli, dengan acara untuk pesta, deal bisnis, dimana kesepakatan di ruang kerja tetapi dealnya di meja makan. Semakin orang membeli ikan tangkapan liar
semakin kaya juga dan punya status sosial gengsi. Di Australia hanya mengirim ikan Tong Sing dengan minimum size 32 cm
panjangnya. Sekarang di Australia untuk penangkapan ikan karang sudah mulai berkurang, karena nelayannya sudah mendapatkan alternatif pekerjaan lain.
Australia berteriak ikan habis, tetapi mempunyai politik jangka panjang dalam perikanan. Ketika Asia Tenggara habis, maka Australia menguasai perikanan
karang Asia
21
. Harga di Hong Kong untuk budidaya 115-120 dolar Hong Kong harganya.
Sedangkan kerapu untuk kelas bawah yaitu sekitar 150 dolar Hong Kong. Untuk Napoleon paling mahal sampai 12000 dolar hongkong, per, 1, 2 kg atau dalam
satuan kg di Hong Kong adalah tetti. Sedangkan harga tersebut disamai dengan kerapu tikus. Tertinggi kedua adalah Tong Sing atau Sunu Merah, kemudian Tai
Sing atau Kerapu Merah yang menyerupai Sunu Merah, dan kemudian Sai Sing Sunu Hitam, dan terakhir adalah kerapu CPR. Kwaci Hitam dan Karet Merah
atau Hitam itu masuk ke kelas Kerapu. Dengan harga 120 dolar Hong Kong
22
. Hr. Prnm. 35 Tahun menjelaskan, gara-gara dalam satu pertemuan di
utarakan masalah harga akhirnya tidak lagi menyebutkan, karena di dengar orang pajak, akhirnya pajak mematok harga ikan, yang merugikan pengusaha. Karena
yang disebutkan adalah rate tertinggi. Misalnya Napoleon, harga di Hong Kong berkisar sekitar 1200-800 dolar hongkong HK. Di kurskan sekitar 1.680.000-
1.120.000 1 dollar Hong Kong = Rp. 1400,-. Padahal pengusaha membeli dari nelayan Rp. 300.000kg-nya. Pada saat pajak mengetahui harga tersebut, maka
PMB. harus membayar 130 juta lebih untuk pajaknya. Dalam masa ramai PMB.
21
Wawancara; Hr. Prnm 35 Tahun 16 Juli 2012
22
Wawancara dengan Hr Prnm 16 Juli 2012