Persepsi Nelayan Bajo Mola terikat ikatan hutang terhadap kordinator

218 fasilitator menanyakan tentang keberlanjutan dari program Seafood Savers terkait insentif ekonomi yang diterima oleh nelayankordinator Li, Ann, Smr, Arfdn, Sdr, April-Juni 2012. Sebagai program yang baru lahir, Seafood Savers belum bisa dilihat dampaknya apakah efektif atau tidak. Seafood Savers merupakan institusi pengelolaan perikanan tangkap yang terdapat pada jaringan bisnis. Institusi tersebut mempunyai aturan-aturan yang mengikat terhadap nelayan dan pengusaha. Indikasi efektif sebuah intitusi dilihat dari keberhasilan aktor dalam mematuhi aturan-aturan main yang terdapat dalam institusi tersebut. Seafood Savers mempunyai aturan-aturan main yang mengikat nelayan dengan perusahaan. Seafood Savers, sebagaimana pengelolaan sumberdaya perikanan, seyogyanya dapat dijadikan alternatif solusi oleh nelayan ikan konsumsi karang hidup di Wakatobi, diharapkan memberikan sejumlah manfaat terhadap jaminan mata pencaharian, kesamaan hak dan akses dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, peningkatan pendapatan, sebagai mekanisme resolusi konflik dan beriorientasi pada keberlanjutan sumberdaya perikanan karang. Penilaian keefektifan sebuah intitusi sumberdaya perikanan merujuk Scott 2004, dengan penilaian menggunakan tiga dimensi institusi, yaitu: dimensi normatif, dimensi regulatif dan dimensi kognitif. Scott 2004:48 mendefiniskan institusi sebagai kompromisasi elemen regulatif, normatif dan cultural kognitif, secara bersama dengan asosiasi aktifitas dan pemanfaatannya dalam sumberdaya, di mana memberikan stabilitas dan arti dalam kehidupan sosial. Definisi institusi menurut Giddens 1984:24; dalam Scott, 2004: 49, menjelaskan bahwa institusi merupakan keajegan gambaran realitas sosial, memberikan soliditas pada sistem sosial melintasi tempat dan waktu. Sehingga Scott 2004, menjelaskan bahwa institusi menunjukkan sebuah proses dari suatu sifat yang digerakkan oleh elemen regulatif, normatif dan kultural-kognitif. Kajian dinamika institusi perikanan tangkap untuk komoditas ikan konsumsi karang hidup di Kepulauan Spermonde merupakan definisi dimensi konvensi, norma dan aturan Deswandi, 2012. Konvensi merupakan institusi yang berfungsi untuk menciptakan aturan yang terdapat pada tindakan nelayan. 219 Norma merupakan institusi yang mengatur nelayan dalam aktifitas penangkapan ikan bagaimana nelayan berperilaku yang tepat dalam situasi tertentu. Sedangkan aturan adalah institusi yang mengatur dan melindung hak yang membedakan antara hak milik pribadi dengan hak milik bersama. Kedinamisan institusi di Spermonde, tidak terlihat secara efektif, dikarenakan antara elemen konvensi, norma dan aturan tidak muncul secara bersamaan. Hal ini dikarenakan terjadi hambatan yang disebabkan oleh interaksi antara nelayan dengan distribusi sumberdaya perikanan mengalami hambatan dalam pengembangan dan pembangunan yang disebabkan oleh kebijakan lokal maupun nasional Deswandi, 2012. Munculnya Taman Nasional Wakatobi membawa paradigma tersendiri untuk pengelolaan ikan karang yang termaktub dalam aturan pengelolaan kawasan konservasi Taman Laut Wakatobi. Aturan Taman Nasional sebagai aturan konservasi melindungi kawasan dan biota di dalamnya dari ancaman dan tekanan kerusakan. Seafood Savers mencoba masuk sebagai pengelolaan sumberdaya perikanan yang menekankan pada kepentingan ekonomi masyarakat dan keberlanjutan ekosistem. Kesamaan dari aturan Seafood Savers yang termaktub dalam aturan target konservasi Taman Nasional Wakatobi, adalah: 1. Tidak menangkap ikan yang dilindungi, termasuk Napoleon; 2. Menjaga terumbu karang dan SPAGs Spawning Agregation Sites sebagai tempat memijah ikan; 3. Tidak menggunakan alat yang bersifat merusak bubu, gancu, potassium dan bom, 4. Tidak menangkap di zona inti, ataupun zona yang tidak diperbolehkan terdapat aktifitas penangkapan ikan RPTNW, 2008: 52-67. Dimensi normatif, tentang pengelolaan sumberdaya perikanan karang hidup, berbasis pasar Seafood Savers, mempunyai tujuan kedepan sebagai pengelolaan sumberdaya perikanan karang hidup yang bersifat responsible and sustainable. Praktek perikanan yang bertanggung jawab menuju keberlanjutan sumberdaya perikanan karang hidup diyakini mampu untuk menjaga ketahanan pangan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi jangka panjang. Responsibility diartikan sebagai praktek pengelolaan dan pemanfaatan perikanan karang yang baik, memperhatikan kaidah-kaidah dalam aturan Marine Stewardish Council itu sendiri.