58 Kaledupa, Atol Kapota, Atol Tomia. Perairan Kepulauan Wakatobi berada pada
wilayah “Coral Triangle” atau wilayah segitiga terumbu karang, yaitu wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati
lainnya termasuk ikan tertinggi di dunia. Segitiga karang dunia terdapat di beberapa negara meliputi Philipina, Indonesia sampai kepulauan Solomon Indo-
Pasifik Barat RPTNW, 2008:10.
4.2. Letak Geografis Kawasan Taman Nasional Wakatobi
Secara geografis Kepulauan Wakatobi terletak antara 123
o
15’00’’– 124
o
45’00’’ Bujur Timur dan 05
o
15’00’’– 06
o
10’00’’ Lintang Selatan. Atas dasar hal tersebut di atas, dan sebagai pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1990 dan
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998, Menteri Kehutanan melalui SK Menhut No. 393Kpts-VI1996 telah menunjuk Kepulauan Wakatobi beserta perairan laut
di sekitarnya seluas 1,39 juta ha sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional Kepulauan Wakatobi TNKW, yang kemudian ditetapkan berdasarkan
SK Menhut No. 7651Kpts-II2002. Tujuan penunjukan Kepulauan Wakatobi sebagai taman nasional adalah untuk pelestarian keanekaragaman hayati marine
biodiversity conservation sebagai perwakilan ekosistem wilayah ekologi perairan laut Banda-Flores Banda Flores Marine Eco-region, serta untuk menunjang
upaya perikanan yang berkelanjutan sustainable fisheries bagi pemerintah daerah dan masyarakat di sekitar kawasan RPTNW, 2008:1.
Kepulauan Wakatobi mempunyai posisi sejajar miring ke arah timur laut, dilihat dari peta zonasi taman nasional, antara pulau terdapat selat yang
menghubungkan antara Laut Banda di sebelah utara dan timur, sedangkan sebelah selatan dan barat adalah Laut Flores. Dalam kajian oseanografi selat tersebut
merupakan selat fenomena tutup botol, yang menjadi penghubung aliran arus antara dua laut tersebut, sehingga arusnya deras disetiap selat-selat di Kepulauan
Wakatobi. Hal ini dapat dirasakan gelombangnya setiap akan menyeberang dan melewati selat diantara pulau-pulau di Wakatobi
2
.
2
Hasil Wawancara dengan Sahri 30 Tahun, bahwa selat diantara pulau-pulau di gugus kepulauan Wakatobi berarus deras, dimana arus tersebut adalah arus dari Laut Banda menuju ke Laut Flores
dengan melewati celah sempit diantara pulau.
59 Berdasarkan hasil citra satelit, diketahui bahwa luas terumbu karang di
Kepulauan Wakatobi adalah 88.161,69 hektar. Di kompleks Pulau Wangi-wangi dan sekitarnya P. Kapota, P. Suma, P. Kamponaone lebar terumbu mencapai 120
meter jarak terpendek dan 2,8 kilometer jarak terjauh. Untuk Pulau Kaledupa dan Pulau Hoga, lebar terpendek terumbu adalah 60 meter dan terjauh 5,2
kilometer. Pada Pulau Tomia, rataan terumbunya mencapai 1,2 kilometer untuk jarak terjauh dan 130 meter untuk jarak terdekat. Karang Kaledupa merupakan
atol yang terletak di sebalah barat Pulau Lentea, sebelah selatan Pulau Kaledupa dan Pulau Wangi-wangi serta memanjang kearah Tenggara dan Barat Laut dengan
Panjang lebih kurang 49,26 km dan lebar 9,75 km. Atol Kaledupa merupakan atol terbesar yang ada di kawasan Wakatobi RPTNW, 2008:11.
4.3. Sejarah Kabupaten Wakatobi S
ebelum Tahun 1960-an, orang yang tinggal di Kesultanan Buton, disebut dengan orang Buton. Kesultanan Buton merupakan kepemerintahan kesultanan
dengan sistem monarkhi kerajaan. Kesultanan Buton ini meliputi pulau-pulau utama Buton Butuni atau Butung, Muna dan Kabaena, Kepulauan Tukang Besi
serta dua daerah di bagian tenggara Pulau Sulawesi yaitu Pulau Rumbia dan Poleang Schoorl, 2003:1, Hannan, 2010:26. Kepulauan Tukang Besi atau yang
sekarang di kenal dengan Kepulauan Wakatobi-saat ini, pada masa Kesultanan Buton periode sebelum Tahun 1959, dikenal dengan pengelolaan wilayah barata
kerajaan bagian atau distrik dan kadie perkampungan atau distrik kecil. Kesultanan Buton memiliki 4 barata dan 72 kadie Hannan, 2010:44. Kepulauan
Tukang Besi sekarang disebut dengan Kepulauan Wakatobi pada masa kesultanan terdapat barata di Kepulauan Kaledupa, dengan daerah otonomi
meliputi, Pulau Hoga, Pulau Darawa, Pulau Lentea dan Pulau Kaledupa itu sendiri, sedangkan tiga pulau besar lainnya merupakan wilayah kadie yang masuk
dalam wilayah Barata Buton, seperti Pulau Wangi-Wangi, Pulau Tomia dan Pulau Binongko Hannan, 2010: 46; Wawancara pribadi dengan nara sumber Hanan, 39
Tahun, 5 Mei 2012.
60 Kesultanan Buton pada Tahun 1960 dibubarkan dan terdapat dua
kabupaten di dalam bekas wilayah kesultanan tersebut. Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Muna yang meliputi wilayah Pulau Muna dan sebelah utara Pulau
Buton dan Kabupaten Buton, dimana wilayahnya merupakan bekas wilayah kesultanan Buton selain wilayah Kabupaten Muna Schrool, 2003:1. Wakatobi
pada awal pembubaran Kesultanan Buton masuk dalam wilayah Kabupaten Buton. Terdapat dua kecamatan di wilayah Kepulauan Wakatobi, yaitu
Kecamatan Wangi-Wangi dan Kaledupa Wandupa dan Kecamatan Tomia dan Binongko Tombino. Asal muasal nama Wakatobi merupakan gabungan dari dua
kesebelasan sepak bola dua kecamatan, yang merupakan gabungan kecamatan Wandupa Pulau Wangi-Wangi dan Kaledupa, Kecamatan Tobino Pulau Tomia
dan Pulau Binongko, sehingga dipakai menjadi singkatan ke empat pulau tersebut menjadi Wakatobi Hanan, 2010:46.
Perkembangan administrasi wilayah Wakatobi berkaitan dengan perkembangan desentralisasi di Indonesia pasca Orde Baru. Kabupaten Wakatobi
mengalami pemekaran dari Kabupaten Buton yang dibentuk berdasarkan UU No. 29 tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten Bombana, Wakatobi, dan Kolaka
Utara di Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebelum Kabupaten Wakatobi dimekarkan dari Kabupaten Buton, Kepulauan Wakatobi ditunjuk sebagai taman nasional
mempertegas aspek legalitas kawasan dan kepentingan efektifitas pengelolaan kawasan perairan di kepulauan Wakatobi, dengan terbentuknya Kabupaten
Wakatobi seiring dengan perumusan keluasan areal taman nasional, dibentuklah sebuah kelembagaan Taman Nasional yang berfungsi sebagai institusi
pengelolaan sumberdaya pesisir dan kelautan. Luasannya adalah areal pelestarian yang meliputi keterwakilan ekosistem perairan laut dan keanekaragaman hayati.
Upaya ini dilakukan untuk menjaminkan pengembangan perikanan berkelanjutan yang memusatkan pada keterpaduan antara aspek konservasi dengan
pembangunan daerah serta kebutuhan ekonomi masyarakat di Kabupaten Wakatobi RPTNW, 2008:1.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa di dalam wilayah daratan Kepulauan Wakatobi telah terdapat pemukiman penduduk beserta fasilitas-
fasilitas umum seperti kantor-kantor dinas, kecamatan, sekolah, rumah ibadah,