Sistem dan Tujuan Pengelolaan

14 taman nasional menurut Alikodra 1979 dapat dikelompokkan menjadi empat aspek utama yaitu untuk konservasi, penelitian, pendidikan dan pariwisata. Sistem taman nasional memiliki banyak keunggulan dibandingkan sistem kawasan konservasi lainnya. Pengembangan sistem pengelolaan laut perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan manajemen kelautan dan perikanan nasional dengan penekanan pada empat aspek Sularso et al, 2004, yaitu : 1. Meningkatkan kapasitas pengelolaan; 2. Meningkatkan peran para pihak terkait di setiap tataran sistem pengelolaan; 3. Mengembangkan sistem penegakan hukum yang efektif; dan 4. Mengembangkan sistem pengelolaan yang mendukung pertumbuhan dan pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam UU no.5 tahun 1990 tentang KSDAHE, sistem pengelolaan taman nasional dilaksanakan oleh pemerintah dan dikelola dengan sistem zonasi. Ada tiga zonasi dalam pengelolaan taman nasional, yaitu : 1. Zona inti yaitu bagian kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apa pun oleh aktivitas manusia. 2. Zona pemanfaatan yaitu bagian dari kawasan taman nasional yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata; dan 3. Zona lain diluar kedua zona tersebut karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan traditional, zona rehabilitasi, dan sebagainya. Dalam Permenhut no.56 tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional disebutkan bahwa zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisi data, penyusunan draft rancangan rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Dalam pasal 3 ayat 1 Permenhut no.56 tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional disebutkan bahwa dalam zonasi taman nasional ditambahkan zona rimba atau zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. 15 Adapun tujuan dari zonasi adalah untuk membatasi tipe-tipe habitat penting untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan konservasi sumberdaya ekonomi. Untuk itu kawasan konservasi menuntut adanya proses perencanaan khusus yang terkait dengan tahapan pengelolaan dari suatu kerangka pengelolaan kawasan konservasi. Adanya zonasi diharapkan pemanfaatan sumberdaya alam dapat dikontrol secara efektif guna mencapai sasaran dan tujuan dari suatu kawasan konservasi Salm et al, 2000. Dalam PP no.60 tahun 2007 tentang KSDI disebutkan bahwa zonasi kawasan konservasi perairan merupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan ekosistem. Kawasan konservasi perairan dibagi dalam empat zona pasal 17, yaitu : 1. Zona inti diperuntukkan bagi: a. perlindungan mutlak habitat dan populasi ikan; b. penelitian; dan c. pendidikan 2. Zona perikanan berkelanjutan diperuntukkan bagi: a. perlindungan habitat dan populasi ikan; b. penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan; c. budidaya ramah lingkungan; d. pariwisata dan rekreasi; e. penelitian dan pengembangan; dan f. pendidikan 3. Zona pemanfaatan diperuntukkan bagi: a. perlindungan habitat dan populasi ikan; b. pariwisata dan rekreasi; c. penelitian dan pengembangan; dan d. pendidikan. 4. Zona lainnya merupakan zona di luar zona inti, zona perikanan berkelanjutan, dan zona pemanfaatan yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu antara lain: zona perlindungan, zona rehabilitasi dan sebagainya.

2.2.2. Permasalahan Pengelolaan

Permasalahan pengelolaan taman nasional di Indonesia menurut hasil evaluasi Hardjasoemantri 1993 adalah sebagai berikut : 1. Landasan hukum yang mantap bagi taman nasional belum ada, khususnya bagi pemanfaatan rekreasi dan pariwisata di zona pemanfaatan intensif, serta pengembangan zona penyangga untuk kesejahteraan masyarakat di sekitarnya; 16 4. Inventarisasi potensi kawasan secara keseluruhan belum diketahui sehingga menghambat penetapan kebijaksanaan pola dan rencana kegiatan pengelolaan taman nasional secara terpadu; 5. Pengukuhan dan penataan batas kawasan masih banyak yang belum dilaksanakan, sehingga menjadi salah satu penyebab terjadinya perambahan kawasan dengan berbagai dampak negatifnya; 6. Sebagian besar lokasi taman nasional terisolir, jauh dari jangkauan transportasi, sehingga menyulitkan pelaksanaan pembangunannya; 7. Kemampuan personil untuk mengelola taman nasional belum mantap, selain itu juga keterbatasan prasarana dan sarana fisik serta pembiayaan yang tersedia; dan 8. Organisasi pemangkuan dan pengelolaan beberapa taman nasional belum seragam di tingkat Eselon III, bahkan masih ada yang dalam status proyek pembangunan. Sedangkan untuk masalah pengelolaan kawasan konservasi laut dimana sumberdayanya merupakan milik umum yang bersifat open access, maka yang penting adalah bagaimana mengendalikan pengrusakan dan menjaga keberadaan sumberdaya hayati laut yang beranekaragam beserta lingkungannya melalui upaya perlindungan proses ekologi yang mendukung kehidupan dan pelestarian biota laut agar dapat dimanfaatkan secara lestari.

2.2.3. Perubahan Paradigma Pengelolaan

Desentralisasi telah membawa implikasi dalam pengelolaan sumberdaya alam dimana masyarakat setempat dapat berpartisipasi aktif dalam proses pengelolaan kawasan konservasi. Perubahan paradigma pengelolaan kawasan konservasi Tabel 2 terjadi setelah implementasi UU no.22 tahun 1998 tentang Pemerintahan Daerah, tetapi sebenarnya proses desentralisasi telah dimulai pada awal tahun 1990-an ketika Dirjen Perlindungan dan Konservasi Alam mengadopsi konsep Integrated Conservation and Development Program ICDP. Program ICDP didanai oleh USAID, Bank Dunia dan beberapa LSM internasional yang mengkaitkan program konservasi dengan pengembangan alternatif kegiatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan dengan cara merangkul seluruh stakeholders dan mengakomodasi seluruh dimensi pembangunan yang menjadi tujuan bersama Well et al, 1999. Konsep ICDP merupakan pendekatan pengelolaan secara multidisiplin yang mengaitkan pelestarian keanekaragaman