Tingkat Pendapatan Keadaan Biogeofisik 1. Letak Administratif dan Geografis

14 Tabel 23 Persentase tingkat pendapatan masyarakat Karimunjawa, 2005 Tk. Pendapatan Rp Karimunjawa Kemujan Parang Rata-rata 500 ribu 7,62 13,90 12,20 12,8 500 ribu – 1 juta 20,95 31,60 34,70 28,8 1 juta – 2 juta 50,48 45,60 51,00 46,0 2 juta 20,95 8,90 2,00 12,0 Sumber : Bappeda Kab. Jepara 2005

4.2.5. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Karimunjawa sangat beragam, tergantung dengan karakteristik lahan. Jenis penggunaan lahan darat berupa hutan, kebun, sawah, tambak dan permukiman yang telah berlangsung sejak tahun 1940an dimana perubahan penggunaan lahan banyak terjadi penyusutan untuk jenis penggunaan hutan dan perkebunan, sedangkan jenis pengunaan lahan untuk permukiman semakin berkembang Tabel 24. Pemukiman umumnya banyak dijumpai di sepanjang pantai dan di pinggir jalan yang mengelilingi pulau dimana keadaan perumahan penduduk terdiri atas rumah permanen 35,19, rumah semi permanen 31,65, dan rumah non permanen 33,16. Tabel 24 Perbandingan jenis penggunaan lahan di Karimunjawa No Penggunaan Lahan Luas ha Prosentase 1987 1995 2003 1987 1995 2003 1. Pertanian 87 96 103 1,22 1,35 1,45 2. Perkebunan 3.288 2.116 2.108 46,18 29,72 29,61 3. Hutan 2.914 2.481 2.106 40,93 34,85 29,58 4. Permukiman 160 2.319 2.602 2,25 32,57 36,54 5. Padang rumput - - 12 - - 0,17 6. Rawa 644 44 21 9,04 0,62 0,29 7. Kolamtambak - - 28 - 0,39 8. Tanah bera - - 66 - 0,93 9. Area terbuka - 18 - 0,25 - 10. Penggunaan lain 27 46 74 0,38 0,65 1,04 Jumlah 7.120 7.120 7.120 100,00 100,00 100,00 Sumber : BTNK 2004 b , Monografi Karimunjawa 1995, Pemda Jateng 1988 Penyusutan luas hutan dan perkebunan banyak terjadi karena beralih fungsi menjadi permukiman, tambak, tanah bera, dan penggunaan lain. Hutan dan perkebunan tanaman keras yang semula luasnya sekitar 40 menyusut manjadi 29 dalam waktu 16 tahun karena adanya peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman yang sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Fungsi hutan sebagai pengatur air seharusnya dijaga keberadaannya, apalagi Karimunjawa tidak mempunyai sungai; oleh karenanya perlu penyadar-tahuan 15 kepada masyarakat akan arti penting konservasi daerah resapan air bagi perlindungan sistem hidrologi sebagai sistem penyangga kehidupan agar pemanfaatannya dapat terus berlanjut. Permasalahan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan laut lebih kompleks dibandingkan wilayah daratan dimana konflik pemanfaatan ruang lebih sering terjadi, terutama antara nelayan lokal dan pendatang dan antara pengembang dan penduduk. Hal ini terjadi karena mereka beraktifitas di tempat yang sama yang tidak kelihatan nyata batasannya dan berkompetisi untuk mendapatkan komoditas yang sama pula sehingga perlu ada pengaturan lebih lanjut dalam hal alokasi pemanfaatan ruang dan eksploitasi sumberdaya alam TNKJ.

4.2.6. Fasilitas Umum

Fasilitas umum di Karimunjawa disediakan untuk menunjang kehidupan masyarakat dan mendukung pengembangan pariwisata Tabel 25. Fasilitas telekomunikasi dikembangkan oleh PT. TELKOM yang berupa jaringan telepon dengan kapasitas 212 SST menggunakan sistem transmisi Stasiun Bumi Kecil SBK milik yang terletak di Desa Karimun. Selain itu juga ada sarana komunikasi terbatas yaitu melalui SSB, radio VHF dan pesawat 2m milik Kantor Kecamatan Karimunjawa sehingga arus informasi dapat berjalan terus walaupun lokasi Karimunjawa cukup jauh dan terisolir. Fasilitas listrik di Karimunjawa disediakan oleh PLTD dari pukul 17.00 sampai pukul 24.00. Pembangkit listrik dioperasikan oleh Kalisda dan juga hibah dari PT.TELKOM, yang berupa mesin diesel, tenaga matahari dan tenaga angin untuk kemudian disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Di Pulau Nyamuk terdapat sebuah generator yang khusus untuk keperluan navigasi milik Dinas Perhubungan. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya yang ada di Pulau Parang hanya terbatas untuk aparat desa, selain itu terdapat 1 unit pembangkit listrik tenaga angin baru yang dimanfaatkan oleh Puskesmas. Keterbatasan listrik di beberapa pulau kecil lainnya disiasati dengan penggunaan Gensetdiesel yang berasal dari swadaya masyarakat, sehingga tidak menjadi hambatan bagi masyarakat ataupun wisatawan yang beraktivitas di malam hari. Kebutuhan listrik seharusnya tidak dibatasi oleh waktu, bagi pulau kecil di daerah terpencil dapat dkembangkan listrik tenaga surya atau tenaga angin bahkan tenaga ombak. Untuk itu perlu dikenalkan dan dibuat suatu unit percontohan pengembangan kelistrikan desa menggunakan tenaga alam tersebut.