13
Nelayan sebagai jumlah terbanyak mempunyai ketergantungan tinggi terhadap sumberdaya perikanan dimana kegiatan mereka cenderung
mengeksploitasi sumberdaya dengan cara-cara yang merusak sehingga mengganggu upaya konservasi yang dapat menurunkan nilai sumberdaya itu
sendiri. Sementara pengrajin souvenir banyak yang mengambil kayu mangrove jenis setigi untuk bahan baku pembuatan tongkat maupun tasbih; sedangkan
petani, termasuk petani tambak tidak banyak memberikan pengaruh terhadap kerusakan sumberdaya karena usaha mereka tergantung musim.
Salah satu ciri kuat dari struktur sosial komunitas nelayan adalah kuatnya hubungan antara juragan dengan buruh nelayan. Ikatan ini lahir untuk saling
membagi resiko dan ketidakpastian secara ekonomi patron klien. Ikatan patron klien ini merupakan jaminan ekonomi yang saat ini dipraktekkan sebagai
hubungan yang saling menguntungkan dan juga jalinan keakraban dalam nilai sosial, namun sangat berbeda dampaknya dalam lingkup pemanfaatan
sumberdaya alam. Dalam penjualan hasil tangkapan, nelayan Karimujawa sudah mempunyai ikatan sangat kuat dan mendalam dengan juragannya, dimana
semua harga ditentukan oleh juragan sehingga nelayan tidak punya posisi tawar. Oleh karenanya tempat pelelangan ikan yang ada di Karimunjawa tidak
berfungsi. Untuk itu diperlukan perbaikan kelembagaan perikanan akan tetapi membutuhkan waktu yang lama karena merubah perilaku tidaklah mudah.
4.2.4. Tingkat Pendapatan
Jika dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat Karimunjawa, lebih dari 50 penduduk tergolong dalam keluarga sejahtera dengan rata-rata pendapatan
per bulan diatas 1 juta Tabel 23. Akan tetapi biaya hidup di Karimunjawa relatif lebih besar dibandingkan pulau Jawa, hal ini dapat dilihat dari harga sembilan
bahan pokok yang relatif lebih mahal 30-50 lebih tinggi, misalnya harga BBM di Karimunjawa sekarang mencapai Rp 8.000,- sampai Rp 9.000,- per liter. Hal
ini dikarenakan barang-barang tersebut harus dibeli dan diangkut dari pulau Jawa sementara jumlah dan frekuensi kapal ke Karimunjawa terbatas dan juga
dibatasi oleh musim.
14
Tabel 23 Persentase tingkat pendapatan masyarakat Karimunjawa, 2005 Tk. Pendapatan Rp
Karimunjawa Kemujan
Parang Rata-rata
500 ribu 7,62
13,90 12,20
12,8 500 ribu
– 1 juta 20,95
31,60 34,70
28,8 1 juta
– 2 juta 50,48
45,60 51,00
46,0 2 juta
20,95 8,90
2,00 12,0
Sumber : Bappeda Kab. Jepara 2005
4.2.5. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Karimunjawa sangat beragam, tergantung dengan karakteristik lahan. Jenis penggunaan lahan darat berupa hutan, kebun, sawah,
tambak dan permukiman yang telah berlangsung sejak tahun 1940an dimana perubahan penggunaan lahan banyak terjadi penyusutan untuk jenis
penggunaan hutan dan perkebunan, sedangkan jenis pengunaan lahan untuk permukiman semakin berkembang Tabel 24. Pemukiman umumnya banyak
dijumpai di sepanjang pantai dan di pinggir jalan yang mengelilingi pulau dimana keadaan perumahan penduduk terdiri atas rumah permanen 35,19, rumah
semi permanen 31,65, dan rumah non permanen 33,16. Tabel 24 Perbandingan jenis penggunaan lahan di Karimunjawa
No Penggunaan Lahan Luas ha
Prosentase 1987
1995 2003
1987 1995
2003 1.
Pertanian 87
96 103
1,22 1,35
1,45 2.
Perkebunan 3.288
2.116 2.108
46,18 29,72
29,61 3.
Hutan 2.914
2.481 2.106
40,93 34,85
29,58 4.
Permukiman 160
2.319 2.602
2,25 32,57
36,54 5.
Padang rumput -
- 12
- -
0,17 6.
Rawa 644
44 21
9,04 0,62
0,29 7.
Kolamtambak -
- 28
- 0,39
8. Tanah bera
- -
66 -
0,93 9.
Area terbuka -
18 -
0,25 -
10. Penggunaan lain 27
46 74
0,38 0,65
1,04 Jumlah
7.120 7.120
7.120 100,00
100,00 100,00
Sumber : BTNK 2004
b
, Monografi Karimunjawa 1995, Pemda Jateng 1988
Penyusutan luas hutan dan perkebunan banyak terjadi karena beralih
fungsi menjadi permukiman, tambak, tanah bera, dan penggunaan lain. Hutan dan perkebunan tanaman keras yang semula luasnya sekitar 40 menyusut
manjadi 29 dalam waktu 16 tahun karena adanya peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman yang sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk.
Fungsi hutan sebagai pengatur air seharusnya dijaga keberadaannya, apalagi Karimunjawa tidak mempunyai sungai; oleh karenanya perlu penyadar-tahuan