Preskripsi Co-management TNKJ Konsep Co-management TNKJ

20 komitmen dan kesepakatan para pihak yang berkepentingan untuk mewujudkan kelestarian SDAHE TNKJ bagi kesejahteraan masyarakat. Hasil kajian terhadap Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang terkait menunjukkan bahwa substansi dari produk hukum tersebut lebih banyak mengkonsentrasikan kewenangan pengelolaan pada pemerintah pusat 43,73 dan pemerintah daerah 24,01; sedangkan kewenangan masyarakat 23, 66 dan badan usaha atau lembaga lainnya 8,60. Jika diplotkan dalam hierarki co-management, maka didapatkan Gambar 29 dimana untuk menuju pada posisi yang diinginkan hasil AHP maupun posisi co-management yang sebenarnya pada bidang kooperatif diperlukan upaya sungguh-sungguh dalam pembagian kewenangan. Walaupun menurut Carlson dan Berkes 2005 pembagian kewenangan sebagai hasil dari proses pemecahan masalah kolaborasi bukan merupakan starting point dari proses co-management karena sifat sentralistik sudah berakar kuat dalam suatu kelembagaan di Indonesia. Gambar 29 Posisi pembagian kewenangan. Keterangan : kajian perpu hasil AHP real co-management Gambar 30 menunjukkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menuju yang diinginkan stakeholders hasil AHP yaitu : 1. Pembuatan aturan representasi; 2. Koordinasi pemberian ijin usaha perikanan pariwisata antara Pemda Kabupaten Jepara dan BTNK; 3. Penyusunan program kerja dan pendanaan bersama antara Pemda Provinsi Jawa Tengah, Pemda Kabupaten Jepara dan BTNK; Instruksif Konsultatif Kooperatif Pendampingan Informatif User-group based management Government based management 21 4. Monitoring kegiatan pemanfaatan perikanan dan pariwisata SDAHE TNKJ; 5. Mengadakan pelatihan ketrampilan bagi masyarakat Karimunjawa di bidang usaha perikanan dan pariwisata; dan 6. Membentuk forum stakeholder pengelolaan TNKJ untuk mengorganisir semua kegiatan stakeholders. Gambar 30 Langkah menuju co-management TNKJ. Sesuai amanat Permenhut no. P.19 tahun 2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan KSA dan KPA dimana untuk pelaksanaannya dapat dibentuk kelembagaan, maka konsep co-management TNKJ diawali dengan membuat kesepakatan kerja anta ra BTNK dan pemda dengan membentuk “forum stakeholder ” sebagai wadah organisasi yang berfungsi koordinatif dan konsultatif untuk kegiatan pemanfaatan perikanan dan pariwisata di TNKJ agar pemanfaatan SDAHE dapat memberi kontribusi terhadap konservasi TNKJ dan kesejahteraan masyarakat Karimunjawa. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep co-management TNKJ, adalah sebagai berikut : 1. Membangun komitmen Pengelolaan kolaboratif adalah pengelolaan yang didasarkan pada pengembangan secara transparan kesepakatan-kesepakatan bersama antara BTNK dan Pemerintah Daerah yang menjelaskan peran, tanggung Pembagian kewenangan menurut perpu : - pemerintah pusat 43,73 - pemda 24,01 - masyarakat 23,66 - lembaga lain 8,60 Peran stakeholders hasil analisa : - BTNK 34,17 - pemkab 29,97 - masyarakat 22,46 - lembaga lain 13,40 Langkah menuju co-management TNKJ : 1. Koordinasi perijinan BTNK-Pemda 2. penyusunan program kerjasama pendaaan 3. pembuatan aturan representasi 4. pengawasan bersama kegiatan pemanfaatan 5. pembentukan forum 6. peningkatan kapasitas diklat ketrampilan 22 jawab dan hak-hak masing-masing stakeholders dalam pengelolaan kawasan Borrini-Fayerabend, 2002 dan Wiratno et al, 2004. Kesepakatan-kesepakatan tersebut, paling tidak meliputi: a. Jenis kegiatan dan jangka waktu kolaborasi; b. Penetapan dan pengakuan atas peran, tanggung jawab dan hak masing-masing stakeholders; c. Prosedur pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik; d. Prosedur dalam menegakkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat; e. Rencana pengelolaan kolaborasi yang detil dan utuh; dan f. Ketersediaan dana secara teratur. 2. Membentuk kelembagaan Forum stakeholder sebagai bentuk kelembagaan dapat dibentuk untuk mengkoordinasi dan mensinergikan kegiatan pemanfaatan bidang perikanan dan pariwisata di TNKJ. Forum bersifat koordinatif dan konsultatif dengan keanggotaan meliputi seluruh stakeholder. Tugas forum tersebut antara lain: a. Menyusun rencana kegiatan dan pengaturan pemanfaatan SDAHE TNKJ serta melakukan evaluasi terhadap upaya pelestarian dan pemanfaatan SDAHE TNKJ; b. Mempromosikan pentingnya konservasi SDAHE bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi daerah; dan 3. Menyiapkan perangkat hukum Peraturan daerah atau aturan lokal yang menyangkut pemanfaatan SDAHE TNKJ untuk kegiatan perikanan dan pariwisata sebagai dasar hukum yang mengikat stakeholders dengan penerapan sanksi ataupun insentif bagi pelaku konservasi. 4. Meningkatan kapasitas stakeholders Keberadaan SDM yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan akan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan SDAHE TNKJ. Selain itu mereka juga harus mempunyai pemahaman dan persepsi yang sama tentang konservasi dan co-management untuk kelangsungan pemanfaatan SDAHE TNKJ. 23 VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Potensi keanekaragaman hayati yang semakin menurun dan tingkat pemanfaatan sumberdaya TNKJ yang kurang terkontrol akan mengancam keutuhan keanekaragam hayati TNKJ sehingga dapat mengancam status TNKJ. Untuk itu perlu pengaturan kegiatan pemanfaatan perikanan dan pariwisata. 2. Peraturan pengelolaan kawasan konservasi lebih mengkonsentrasikan kewenangan pemerintah, selain itu disharmonisasi peraturan untuk kewenangan pengelolaan sehingga ada konflik institusional karena peraturan sulit diterapkan lintas sektor. Sementara pengaturan kolaborasi dalam Permenhut juga sulit dilaksanakan karena belum ada kesepakatan dan kesepahaman tertulis. Untuk itu perlu ada kemauan politik atau komitmen dari BTNK dan Pemda untuk pengaturan kewenangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDAHE TNKJ. Pengelolaan TNKJ belum efektif karena keterbatasan sarana dan prasarana, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pelanggaran yang terjadi karena lemahnya penegakan hukum. Selain itu alokasi penggunaan anggaran juga kurang mendukung kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan. 3. Responden menganggap kondisi SDAHE TNKJ masih bagus tetapi kenyataan menunjukkan adanya degradasi akibat kegiatan penangkapan yang merusak. Hal ini karena keterbatas pengetahuan tentang konservasi dan zonasi. Untuk itu perlu sosialisasi dan penyebaran informasi akan arti penting konservasi dan zonasi serta sanksi terhadap pelanggaran aturan ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga dapat meringankan kegiatan pengamanan dan pengawasan. Partisipasi dalam proses pembangunan dan dalam menjaga kelestarian sumberdaya sudah baik, walaupun ada sekitar 15,81 masyarakat yang tidak berpartisipasi dalam menjaga kelestarian SDAHE TNKJ. Hal ini dimungkinkan karena keterbatasan pengetahuan maupun kurangnya arus informasi. 4. Faktor kunci co-management TNKJ adalah : pemahaman masalah dan persamaan visi; koordinasi lintas sektor; kepemimpinan; mekanisme 24 komunikasi dan negosiasi; dan partisipasi aktif dan komitmen para pihak; dimana koordinasi dipilih sebagai driven factor dari co-management TNKJ. 5. Konsep co-management TNKJ dilakukan dengan membuat kesepakatan kerjasama antara BTNK dan pemda untuk kegiatan perikanan dan pariwisata yang diwadahi dalam suatu forum. Upaya menuju co- management, antara lain adalah : a koordinasi perijinan usaha perikanan dan pariwisata antara Pemkab Jepara dan BTNK; b Penyusunan program kerja dan pendanaan bersama antara Pemda Provinsi Jawa Tengah, Pemda Kabupaten Jepara dan BTNK; c Pembuatan aturan representasi bagi stakeholders; d Monitoring bersama untuk kegiatan pemanfaatan perikanan dan pariwisata SDAHE TNKJ; e Membentuk forum stakeholder pengelolaan TNKJ untuk mengorganisir dan mensinergikan kegiatan stakeholders; dan f Mengadakan pelatihan ketrampilan bagi masyarakat Karimunjawa di bidang usaha perikanan dan pariwisata. Komponen yang diperlukan untuk pengembangan konsep co-management TNKJ, antara lain : membangun komitmen, membentuk kelembagaan, menyiapkan perangkat hukum, dan meningkatan kapasitas SDM.

6.2. Saran

1. Perlu ada koordinasi pemberian ijin lokasi dan ijin usaha pariwisata antara BTNK dan Pemerintah Kabupaten Jepara; 2. Penelitian lebih lanjut tentang kebijakan dan kelembagaan dalam kaitannya dengan sistem hukum yang berlaku untuk pengelolaan kawasan konservasi di pulau-pulau kecil; 3. Penelitian lebih lanjut tentang mekanisme dan bentuk partisipasi stakeholders dalam pengelolaan kolaboratif taman nasional; dan 4. BTNK dan Pemerintah Kabupaten Jepara agar segera menindak-lanjuti upaya co-management dengan membuat kesepakatan kerjasama dan membentuk forum yang berfungsi koordinatif dan konsultatif untuk pemanfaatan perikanan dan pariwisata di TNKJ.