29
Dalam  Permenhut  no.P.19  tahun  2004  tentang  Kolaborasi  Pengelolaan KSA  dan  KPA  disebutkan  bahwa  maksud  kolaborasi  adalah  untuk  membantu
meningkatkan  efektivitas  dan  kemanfaatan  pengelolaan  KSA  dan  KPA  bagi kesejahteraan masyarakat pasal 2, dengan tujuan terwujudnya persamaan visi,
misi  dan  langkah-langkah  strategis  dalam  mendukung,  memperkuat  dan meningkatkan pengelolaan KSA dan KPA sesuai kondisi fisik, sosial, budaya dan
aspirasi setempat pasal 3. Sedangkan menurut WWF et al 2006 orientasi dari co-management  kemitraan  adalah  tercapainya  koordinasi  antar  stakeholders
untuk mensinergikan pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan TN.
2.5.3.  Prinsip dan Pendekatan
Wiratno  et  al  2004  mengemukakan  prinsip  dan  asumsi  yang  harus dipegang dalam manajemen kolaborasi, yaitu: 1 memperhatikan keragaman dan
perbedaan  kapasitas  maupun  fokus  pengelolaan  dari  tiap  pihak,  sehingga diharapkan  dapat  saling  melengkapi  dalam  berbagai  peran  yang  dijalankan;  2
didasarkan  pada  pemikiran  positif  sesuai  dengan  tanggapan  dan  keadilan masyarakat;  3  berdiri  atas  prinsip  pengelolaan  yang  berhubungan  dengan  hak
dan  kewajiban;  4  mendorong  upaya  menuju  keadilan  sosial;  dan  5  hasilnya merupakan sebuah rencana kemitraan sebagai respon atas berbagai kebutuhan
secara  efektif.  Sementara  Fisher  1995  menyebutkan  tiga  elemen  yang    harus dipahami  para  stakeholders  dalam  pendekatan  kolaboratif  untuk  pengelolaan
sumberdaya  alam,  yaitu:  1  satu  pandangan  bahwa  tujuan  konservasi  adalah sejalan dengan pembangunan; 2 menyadari legitimasi nilai dari konservasi dan
pembangunan;  dan  3  sebuah  komitmen  dari  tingkat  partisipasi  atau  kolaborasi masyarakat setempat dalam pengelolaan lingkungan.
Dalam  pengelolan  sumberdaya  alam  dikenal  ada  tiga  model  pengelolaan Tabel 6 yaitu : 1 pengelolaan berbasis masyarakat; 2 pengelolaan terpusat;
dan  3  pengelolaan  kolaboratif.  Dalam  pengelolaan  sumberdaya  berbasis masyarakat  PSBM,  masyarakat  diberi  wewenang,  tanggung  jawab  dan
kesempatan untuk mengelola sumberdayanya sendiri sesuai dengan kebutuhan, keinginan,  tujuan  dan  aspirasinya.  PSBM  disebut  juga  sebagai  sistem
pengelolaan  lokal  yang  didasarkan  atas  tradisi  budaya,  adat  istiadat, pengetahuan percobaan tanpa aturan dan hukum resmi.
30
Tabel 6  Perbedaan karakteristik pengelolaan sumber daya alam
No Karakteristik
Berbasis Masyarakat Co-management
Terpusat 1.
Penerapan spasial
lokasi spesifik jaringan multi-lokasi
nasional 2.
Pihak otoritas utama
struktur pengambilan keputusan lokal dan penduduk lokal
terbagi, pemerintah pusat dengan otoritas pemerintah
dan non-pemerintah lokal pemerintah pusat
3. Pihak
bertanggung jawab
komunal, badan pengambilan keputusan lokal
multi-pihak pada tataran lokal dan nasional
didominasi pemerintah pusat
4. Tingkat
partisipasi tinggi pada tataran lokal
tinggi pada berbagai tingkatan
rendah, potensi eksklusivitas kelompok
kepentingan 5.
Durasi kegiatan
proses awal cepat, proses pengambilan keputusan lambat
proses awal moderat, pengambilan keputusan
antar kelompok kepentingan lambat
proses awal gradual durasinya, cepat
mengambil keputusan pada awal proses
6. keluwesan
pengelolaan daya penyesuaian tinggi, sensitif
dan cepat tanggap terhadap perubahan kondisi lingkungan
lokal daya penyesuaian moderat,
cepat tanggap terhadap perubahan alam dngan
kecukupan waktu lambat untuk perubahan
dan seringkali tidak luwes, birokratik, potensi tidak
terkoneksinya kebijakan, realita dan praktik
7. Investasi
finansial SDM
menggunakan SDM lokal, pengeluaran finasial moderat
sampai rendah, anggaran fleksibel
membangun SDM berbagai tingkatan, anggaran
fleksibel, pengeluaran biaya moderat sampai tinggi
dipusatkan pada SDM, biaya pengeluaran
moderat, anggaran kaku sudah ditetapkan
8. Kelangsungan
usaha jangka pendek bila tanpa
dukungan eksternal yang berkelanjutan
terus menerus jika terbangun kondisi yang
setara terus menerus jika struktur
terpelihara 9.
Orientasi prosedural
berfokus pada dampak jangka pendek, didesain hanya untuk
lokasi lokal spesifik, sanksi moral berorientasi dampak jangka
panjang, proses jangka pendek, didesain untuk
multi-lokasi orientasi proses jangka
panjang, didesain untuk lokasi yang luas
10. Orientasi
aspek legal kontrol sumberdaya secara de
facto, hak properti komunal atau swasta
kontrol sumberdaya secara de jure, hak properti
komunal, swasta atau publik kontrol sumberdaya secara
de jure, hak properti publik atau negara
11. Orientasi
resolusi konflik salah satu pihak ada yang
dikalahkan, akomodatif, kompetisi, kekuatan publik, sanksi
hukum lokal semua pihak dimenangkan,
kolaboratif, negosiatif diselesaikan secara
hukum. Salah satu pihak ada yang dikalahkan,
kompetisi, akomodatif, kekuatan politik
12. Tujuan akhir
revitalisasi atau mempertahankan status quo penguasaan
sumberdaya lokal, demokratisasi politik, sanksi hukum lokal
menciptakan perdamaian dan demokratisasi politik
bidang pengelolaan SDA berbagai tingkatan
mempertahankan status quo politik penguasaan
SDA, perubahan ekonomi nasional
13. Sumber
informasi pengelolaan
pengetahuan lokal pengetahuan lokal dan
scientifik barat di dominasi scientifik barat
Sumber : NRM 2002