Dasar dan Tujuan Penetapan

12 1. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; 2. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; 3. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; 4. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; dan 5. Merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri. Penetapan kawasan konservasi seperti diamanatkan dalam pasal 34 UU no.5 tahun 1990 tentang KSDAHE dilaksanakan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Kehutanan. Namun dalam pasal 7 UU no.31 tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan bahwa Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan kawasan suaka perikanan dimana dalam pasal 8 PP no.60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan KSDI disebutkan bahwa taman nasional perairan merupakan kawasan konservasi perairan yang kewenangan penetapannya ada pada Menteri Kelautan dan Perikanan. Dalam pasal 9 PP no.60 tahun 2007 tentang KSDI disebutkan bahwa penetapan kawasan konservasi perairan dilakukan berdasarkan kriteria : 1. Ekologi, meliputi keanekaragaman hayati, kealamiahan, keterkaitan ekologis, keterwakilan, keunikan, produktivitas, daerah ruaya, habitat ikan langka, daerah pemijahan ikan, dan daerah pengasuhan; 2. Sosial dan budaya, meliputi tingkat dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, potensi ancaman, kearifan lokal serta adat istiadat; dan 3. Ekonomi, meliputi nilai penting perikanan, potensi rekreasi dan pariwisata, estetika, dan kemudahan mencapai kawasan. Sasaran utama penetapan taman nasional sebagai kawasan konservasi adalah untuk melindungi ekosistem dan sumberdaya alam agar proses-proses ekologis di dalamnya dapat terus berlangsung, dan mempertahankan produksi dan jasa bagi kepentingan manusia secara berkelanjutan; sehingga kegiatan 13 pengelolaan yang dilakukan harus mempertimbangkan peranan ekologis dan potensi taman nasional Hardjasoemantri, 1993 dan Agardhy, 1997. Menurut Kelleher dan Kenchington 1992; Jones 1994; dan Salm et al 2000; tujuan penetapan kawasan konservasi laut adalah untuk melindungi habitat kritis, mempertahankan keanekaragam hayati, mengkonservasi sumberdaya ikan, melindungi garis pantai, melindungi lokasi-lokasi yang bernilai sejarah dan budaya, menyediakan lokasi rekreasi dan pariwisata alam, merekolonisasi daerah-daerah yang tereksploitasi, dan mempromosikan pembangunan kelautan berkelanjutan. Sedangkan tujuan dibentuknya kawasan taman nasional diantaranya untuk: 1. Melindungi kawasan alami dan berpemandangan indah yang penting, secara nasional atau internasional serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan dan rekreasi MacKinnon et al. 1993; dan 2. Terwujudnya kelestarian SDAH serta keseimbangan ekosistemnya dan mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia pasal 3 UU no.5 tahun 1990 tentang KSDAHE

2.2. Pengelolaan Kawasan Konservasi

Ada tiga perbedaan utama pengelolaan sumberdaya alam, yaitu preservationist, conservationist, dan exploiter. Menurut preservationist, sumberdaya alam sebanyak mungkin harus dilindungi dan dilestarikan tanpa ada kegiatan pembangunan, alam sebaiknya dibiarkan untuk mengatur dirinya. Sebaliknya bagi para exploiter, sumberdaya alam dimanfaatkan sebagai sumber energi dan sumber ekonomi. Sedangkan paham konservasi berada pada kedua paham tersebut di atas, dimana konservasi menghendaki pemanfaatan sumberdaya alam yang arif sesuai dengan tuntutan kelestarian tatanan ekosistem dan lingkungannya. Hal ini berarti perlu pendekatan ekologi dan ekonomi yang berimbang dalam pemanfaatan sumberdaya alam, sehingga dapat dikatakan conservationist mengembangkan advokasi pengelolaan dengan prinsip-prinsip kelestarian Alikodra, 2000.

2.2.1. Sistem dan Tujuan Pengelolaan

Tujuan konservasi adalah untuk mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia pasal 3 UU no.5 tahun 1990 tentang KSDAHE. Sedangkan tujuan pengelolaan 14 taman nasional menurut Alikodra 1979 dapat dikelompokkan menjadi empat aspek utama yaitu untuk konservasi, penelitian, pendidikan dan pariwisata. Sistem taman nasional memiliki banyak keunggulan dibandingkan sistem kawasan konservasi lainnya. Pengembangan sistem pengelolaan laut perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan manajemen kelautan dan perikanan nasional dengan penekanan pada empat aspek Sularso et al, 2004, yaitu : 1. Meningkatkan kapasitas pengelolaan; 2. Meningkatkan peran para pihak terkait di setiap tataran sistem pengelolaan; 3. Mengembangkan sistem penegakan hukum yang efektif; dan 4. Mengembangkan sistem pengelolaan yang mendukung pertumbuhan dan pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam UU no.5 tahun 1990 tentang KSDAHE, sistem pengelolaan taman nasional dilaksanakan oleh pemerintah dan dikelola dengan sistem zonasi. Ada tiga zonasi dalam pengelolaan taman nasional, yaitu : 1. Zona inti yaitu bagian kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apa pun oleh aktivitas manusia. 2. Zona pemanfaatan yaitu bagian dari kawasan taman nasional yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata; dan 3. Zona lain diluar kedua zona tersebut karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan traditional, zona rehabilitasi, dan sebagainya. Dalam Permenhut no.56 tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional disebutkan bahwa zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisi data, penyusunan draft rancangan rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Dalam pasal 3 ayat 1 Permenhut no.56 tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional disebutkan bahwa dalam zonasi taman nasional ditambahkan zona rimba atau zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan.