Sistem Pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa TNKJ 1. Status dan Sejarah

20 Tabel 26 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa tahun 1990 Zona Luas ha Perairan Daratan Potensi Inti 152,4 Pulau Burung, Pulau Geleang Pulau Burung, Pulau Geleang Habitat penyu Elang laut Karang merah Perlindungan 7.510 Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Cemara Besar Pulau Cemara Kecil Pulau Krakal Besar Pulau Krakal Kecil Pulau Menyawakan Pulau Cendekian Pulau Mrican Pulau Bengkoang Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Cemara Besar Pulau Cemara Kecil Pulau Menyawakan Kondisi ekosistem masih asli Keanekaragam tinggi Daerah pemijahan Hutan hujan tropis Hutan mangrove Pemanfaatan 6.944 Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Menjangan Besar Pulau Menjangan Kecil Pulau Kumbang, Pulau Kembar Karang Katang Karang Besi, Pulau Parang Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Menjangan Besar Pulau Menjangan Kecil Pulau Kumbang, Pulau Kembar Pulau Katang, Pulau Parang Kegiatan Penelitian pendidikan pariwisata Pantai pasir putih Perairan tenang Penyangga 95.752 Semua perairan diluar zona inti, zona perlindungan dan zona pemanfaatan Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Menjangan Pulau Tengah, Pulau Cilik Pulau Bengkoang Pertanian Kebun campur Pemukiman Perikanan Sumber : BTNK 2004 b Sejalan dengan perkembangan dinamika masyarakat dan melihat kondisi di lapangan, penataan zonasi TNKJ tahun 1990 telah direvisi ulang karena pada waktu penataannya hanya mempertimbangkan aspek konservasi penyu dan elang laut tanpa memperhatikan aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat seta aspek ekologis lainnya. Hal ini bisa ditunjukkan dengan adanya kepemilikan lahan pulau pada zona inti Purwanti, 1996 sehingga pelaksanaan pengelolaan kurang mendapat dukungan masyarakat, selain itu juga ada kegiatan penambangan terumbu karang untuk bahan bangunan Supriharyono et al, 1999. Pada tahun 2004 BTNK bekerjasama dengan LSM melakukan kajian mendalam penataan ulang zonasi melalui serangkaian tahapan dari persiapan, pengumpulan dan analisis data, konsultasi publik hingga penyusunan draft Lampiran 2 dengan melibatkan masyarakat Karimunjawa, perguruan tinggi dan 21 LSM dalam penggalian pendapat tentang calon zona. Adapun tahapan pertemuan untuk menggali aspirasi masyarakat antara lain adalah : 1. Lokakarya pelestarian alam dalam rangka perencana terpadu TNKJ Jepara, 24 Juni 2003; 2. Lokadesa di Karimunjawa Karimunjawa, 20 - 21 Juni 2003; 3. Lokakarya kajian zonasi TNKJ dalam rangka optimalisasi fungsi TNKJ sebagai kawasan pelestarian alam Jepara, 20 - 21 Januari 2004; 4. Pertemuan tim teknis Februari – April 2004; 5. Rapat konsultasi publik dengan instansi pemerintah, ahli, dunia usaha dan LSM Semarang, 1 Juni 2004; dan 6. Konsultasi publik dengan masyarakat Karimunjawa Karimunjawa, 1 Agustus 2004. Penentuan zonasi dinilai berdasarkan nilai penting suatu variabel yang memberikan pengaruh terhadap kebutuhan konservasi, kebutuhan masyarakat serta kondisi dan isu lokal yang berkembang di lokasi-lokasi tertentu. Variabel yang digunakan antara lain adalah BTNK, 2004 b : 1. Pola pemanfaatan sumberdaya fishing pressure; 2. Usulan masyarakat terkait dengan tingkat penerimaan; 3. Keterwakilan ekosistem untuk tetap menjamin kekayaan dan keragaman hayati; 4. Luasan area; 5. Jarak dari pelabuhan untuk kemudahan pengawasan; 6. Kedekatan dan keterlihatan dari lokasi berpenduduk; 7. Ekologis keberadaan terumbu karang, invertebrata, ikan karang, penyu, mangrove, lamun dan daerah pemijahan kerapu; dan 8. Kepemilikan lahan. Hasil rezonasi tersebut disahkan dengan keputusan Dirjen PHKA no. SK.79IVSet-32005 tentang Revisi ZonasiMintakat Taman Nasional Kepulauan Karimunjawa pada tanggal 30 Juni 2005 Tabel 27 dan Lampiran 3 dan secara bertahap telah disosialisasikan kepada masyarakat. Namun penerapan zonasi yang baru tidak berjalan efektif, hasil survey menunjukkan bahwa masyarakat yang mengetahui adanya rezonasi hanya sekitar 30, masih ditemukannya pelanggaran memasuki zona terlarang serta hilangnya rambu-rambu batas zona. Hal ini terjadi karena sosialisasi zona kurang mengena sasaran serta tidak diinformasikan secara luas kepada Dinas Perikanan yang mengeluarkan ijin 22 penangkapan, selain itu juga akibat keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang arti penting zona lindung dan tekanan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tabel 27 Hasil Revisi Zonasi TNKJ 2004 Zona Luas ha Lokasi Keterangan Inti perairan sekitar 444,629 Pulau Kumbang Taka Menyawakan, Taka Malang Tanjung Bomang tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun, sehingga mutlak harus dilindungi. Perlindungan 2.587,711 - Daratan Hutan tropis dataran rendah, Hutan mangrove di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan untuk mendukung upaya perlindungan species, pengembang-biakan alami jenis- jenis satwa liar dan proses ekologis alami didalamnya. - Perairan Pulau Geleang,Pulau Burung Tanjung Gelam, Pulau Sintok Pulau Cemara Kecil, Pulau Katang Gosong Selikur, Gosong Tengah Rehabilitasi perairan sekitar pulau 122,514 Timur Pulau Parang, Timur Pulau Nyamuk, Barat Pulau Kemujan barat Pulau Karimunjawa, Utara Pulau Menjangan kecil, Gosong Kumbang untuk kepentingan pemulihan kondisi ekosistem terumbu karang yang telah mengalami kerusakan sekitar 75 Pemanfaatan: 1. Permukiman 2.571.546 Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Parang Pulau Nyamuk bagi masyarakat yang secara sah sudah ada sebelum kawasan ditetapkan sebagai hutan tetap, dengan memperhatikan aspek konservasi 2. Pemanfaatan pariwisata 1.226,525 Perairan Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Menyawakan, Pulau Kembar, Timur Pulau Kumbang, Pulau Tengah, Pulau Bengkoang, Indonor dan Karang Kapal untuk kepentingan pengembangan kegiatan wisata alam bahari dan wisata alam lain yang ramah lingkungan dengan perijinan khusus 3. Budidaya perikanan 788,213 Perairan Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Menjangan Besar Pulau Parang dan Pulau Nyamuk untuk kepentingan budidaya perikanan masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan aspek konservasi 4. Pemanfaatan perikanan tradisional 103.883,862 Seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada dalam kawasan TNKJ untuk kepentingan pemanfaatan perikanan yang sudah berlangsung turun temurun oleh masyarakat setempat dengan menggunakan peralatan yang ramah lingkungan. Penyangga Pulau Gundul, Pulau Seruni Pulau Cendikian, Pulau Sambangan Pulau Genting Di luar kawasan, berfungsi untuk menyangga TNKJ Sumber : BTNK 2004 b 23

4.3.4. Pengamanan Kawasan

Salah satu tugas pokok BTNK adalah melindungi keutuhan SDAHE TNKJ. Pengamanan kawasan TNKJ dilakukan melalui patroli BTNK, 2004 a yaitu : 1. Operasi rutin: kegiatan penggunaan kekuatan yang bersifat rutin sehari-hari yang disusun dan diorganisasikan sesuai lingkup tugas, wewenang, tanggung jawab dan struktur organisasi yang telah ditetapkan untuk menghadapi sasarantugas rutin berdasarkan kebutuhan dukungan anggaran yang ada. Target patroli rutin adalah 2 kali per bulan dimana untuk kawasan perairan 8 kali dan kawasan darat 16 kali; 2. Operasi khusus: kegiatan penggunaan kekuatan yang disusun dan diorganisasikan secara khusus guna dihadapkan pada sararan tertentu dan dalam waktu tertentu menggunakan dukungan dana anggaran tertentu. Karena keterbatasan anggaran, operasi khusus jarang dilakukan; 3. Operasi gabungan: operasi rutin yang dilakukan bersama-sama dengan instansi terkait dengan sasaran tindak pidana di bidang kehutanan dan juga bisa dilakukan PPNS Kehutanan dengan penyidik Polri yang mem ’back up’ terhadap upaya paksa atau penindakannya, menggunakan dana dan personil masing-masing instansi berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Patroli gabungan dilakukan 3 kali setahun; 4. Operasi mendadak, dilaksanakan karena situasi yang mendesak dan tiba- tiba, meskipun mendadak tetap ada adminstrasi operasi dan perencanaan pendahuluan. Operasi ini juga jarang dilakukan karena tidak selalu dianggarkan. Kegiatan patroli tersebut belum sepenuhnya terpenuhi sehingga belum dapat melindungi kawasan secara optimal, hal ini dikarenakan adanya permasalahan internal dan eksternal dari BTNK, yaitu : 1 Masalah internal : belum adanya sistem perencanaan pengamanan terpadu, kegiatan patroli rutin perairan belum menyeluruh, posisi pal batas belum jelas, sarana dan prasarana kurang memadai, selain itu juga belum adanya sistem evaluasi yang dapat digunakan sebagai patokan penentuan keberhasilan operasi pengamanan kawasan konservasi. 2 Masalah eksternal : koordinasi dengan instansi terkait belum optimal dan pola pemanfaatan yang cenderung merusak SDAHE. 24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Potensi dan Pemanfaatan SDAHE TNKJ

Penunjukan Karimunjawa sebagai taman nasional penting untuk menjaga kekhasan, keaslian dan keanekaragaman dari ekosistem MacKinnon et al, 1993 dan Salm et al, 2000 serta mengamankan species langka dan dilindungi yang ada di TNKJ Tabel 28. Keberadaan sumberdaya alam tidak terlepas dari terjaganya kondisi ekosistem dan pola pemanfaatan yang ada, jika kekhasan ekosistem, keanekaragam dan keberadaan dari biota langka dan dilindungi sudah terdegradasi maka nilai ekologis kawasan tersebut akan berkurang dan akan mengancam status dari kawasan taman nasional tersebut Agardhy, 1997. Dalam sub bab ini akan dibahas potensi SDA pesisir TNKJ yang terancam keberadaannya dan pemanfaatan SDAHE TNKJ untuk kegiatan perikanan dan pariwisata. Tabel 28 Jenis biota langka dan dilindungi di TNKJ No Kelas Jenis Nama ilmiah Status 1. Reptil Penyu hijau Chelonia mydas dilindungi Penyu sisik Eretmochelys imbricata dilindungi Penyu tempayan Caretta careta dilindungi 2. Anthozoa Karang merah Tubipora musica langka Karang hitam akar bahar Antiphates spp langka 3. Invertebrata Kepala kambing Cassis cornuta dilindungi Triton terompet Charonia tritonis dilindungi Nautilus berongga Nautilus pompillius langka Batu laga Turbo marmoratus dilindungi Lolasusu bundar Trochus niloticus dilindungi Kima pasir Hippopus hippopus dilindungi Kima besar Tridacna maxima dilindungi Kima raksasa Tridacna gigas dilindungi Kima selatan Tridacna derasa dilindungi Kima sisik Tridacna squamosa dilindungi Kima lubang Tridacna crocea dilindungi 4. Mamalia Lumba-lumba hidung botol Tursiops aduncus dilindungi 5. Pisces Napoleon Chellinus undulatus dilindungi Sumber : diolah dari laporan BTNK 2006

5.1.1. Potensi SDAHE Perairan

Potensi keanekaragam hayati TNKJ meliputi kawasan perairan yang terdiri atas ekosistem terumbu karang, padang lamun dan mangrove; dan kawasan darat yang berupa hutan pantai dan hutan hujan tropis dataran rendah Lampiran 5. Potensi SDAHE perairan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah