Upaya Co-management TNKJ Konsep Co-management TNKJ

6 Setelah melalui empat kali pembahasan dan berdasarkan masukan sektor terkait Perikanan dan Pariwisata maka kolaborasi pengelolaan TNKJ diinisiasi dengan pembuatan Peraturan Bupati Jepara tentang Pengaturan Pemanfaatan Perikanan dan Pariwisata di Kepulauan Karimunjawa dimana saat ini pimpinan BTNK yang baru ingin bernegosiasi terhadap substansi kewenangan perijinan sbelum di proses di Biro Hukum Sekretaris Daerah Kabupaten Jepara sebagai Peraturan Bupati.

5.4.2. Penyusunan Konsep Co-management TNKJ

Pengelolaan TNKJ dengan pendekatan co-management dianalisis bersama kelompok stakeholders BTNK, Dinas Perikanan, Dinas Pariwisata, WCS, masyarakat dan akademisi dengan menggunakan analisis hierarki proses AHP dan analisis prospektif. Untuk merumuskan konsep co-management, hierarki AHP disusun dalam empat tingkat, yaitu: fokus, aktor, upaya co- management dan level hierarki co-management; dimana upaya co-management didapatkan atas pertanyaan kelayakan co-management berdasarkan kondisi saat ini Tabel 50. Tabel 50 Kondisi kelayakan co-management bagi TNKJ Pertanyaan Kondisi saat ini Solusi upaya pengembangan Kelayakan hukum: Adakah regulasi dan aturan khusus yang memperbolehkan atau melarang keterlibatan berbagai aktor sosial dalam pengelolaan TNKJ Ada Permenhut no.P.192004 namun masih belum dalam kerangka teknis dan khusus Hal tsb sulit dilakukan karena harus melalui kesepakatan tertulis sementara kepentingan sektoral masih menonjol Tinjauan thd Permenhut tentang pelaksanaan kolaborasi psl 6 ayat 3, kewenangan penyelenggaran psl 7 ayat 2 dan jenis kegiatan lampiran sebagai terobosan untuk kerjasama lintas sektoral. Perlu ada sebuah mekanisme formal di tingkat lokal kesepakatan antara BTNK dengan Pemda Siapa yang menerbitkan ijin untuk eksploitasi sumberdaya DKP daerah berwenang mengeluarkan Ijin bagi kapal ikan berukuran 10-30 GT Bupati mengeluarkan ijin lokasi ijin usaha pariwisata di daratan lahan milik masy selain zona inti dan perlindungan BTNK mengeluarkan ijin usaha pariwisata di wilayah perairan dan zona pemanfaatan Koordinasi pemberian ijin usaha perikanan pariwisata antara Pemda dengan BTNK Dibentuk semacam Badan Khusus Siapa yang memutuskan tentang pembagian pendapatan? Pemerintah pusat diatur undang- undang - PNBP Masuk kws : Rp 2.500,- wisnus Rp 20.000,- wisman Pemda bersama dengan BTNK menentukan fee dari pariwisata dan kegiatan ekonomi lain untuk menunjang kegiatan konservasi 7 Lanjutan Tabel 50 Pertanyaan Kondisi saat ini Solusi upaya pengembangan Siapa yang secara hukum mengontrol akses ke kawasan? BTNK Dengan mengeluarkan surat ijin masuk kawasan Simaksi Masyarakat dapat diberi kewenangan untuk ikut mengontrol kegiatan di lapangan Kelayakan politik Adakah keinginan politik untuk berbagi keuntungan dan tanggung jawab dalam pengelolaaan kawasan? Ada tapi belum di implementasikan secara efektif Untuk jadi acuan, konsep tidak jelas Pemda-BPM : mengundang investor masuk Dibuat aturan main bagi para pihak dalam kesepakatan bersama untuk dapat berbagi peran dan tanggung jawab serta berbagi keuntungan Apa kepentingan kunci dari stakeholders? Adakah keinginan yang secara politis dominan dan dapat mengalahkan yang lain? BTNK : perlindungan pengawetan Pemda : pemanfaatan pariwisata Masyarakat : pemanfaatan perikanan Tidak ada Membuat aturan yang dapat mesinergikan kepentingan untuk tujuan konservasi Perlu ada penyadaran tentang fungsi dan peran masing-masing lembaga Kelayakan institusi: Apakah stakeholders cukup terorganisir untuk menempatkan keinginan mereka dan menyumbangkan kapasitasnya dalam pengelolaan kawasan? Cukup, di tingkat masing-masing stakeholders sudah ada mekanisme struktural Selama ini stakeholders hanya ikut berpartisipasi bekerja bersama dalam melaksanakan kegiatan tertentu dari suatu Dinas Membentuk forum pengelola yang merupakan representasi dari stakeholderss untuk mengorganisir dan mensinergikan semua program kegiatan stakeholders Apakah lembaga pemerintah mampu berinteraksi secara efektif dengan stakeholders non-pemerintah? Ya Tetapi interaksi terjadi di lapangan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan penelitian, pengembangan pemberdayaan masyarakat , sehingga hasilnya kurang optimal. BTNK dan Pemda dapat menyusun program kerja berdasarkan kebutuhan lokal untuk dijadikan payung kegiatan pengembangan Adakah kesempatan bagi stakeholders untuk mengkomunikasikan dan mendiskusikan inisiatif yang relevan? Ada Tetapi masih terbatas dalam suatu pertemuan formal dan stakeholders lain kurang responsif Perlu komitmen dari seluruh stakeholders dalam kerangka formal: MOU antara BTNK dengan Pemkab. Jepara Adakah konflik institusional misal pembagian tanggung jawab yang tidak jelas antara otoritas propinsi dan kabupaten yang mempengaruhi pengelolaan kawasan? Ada Karena adanya tumpang tindih dan ketidak jelasan wewenang dari peraturan perundangan sektoral, sehingga timbul konflik struktural akibat perbedaan intepretasi Birokrasi tidak jalan karena tidak ada garis komnado antara Pemda-BTNK Membuat aturan main dimana ada pembagian peran dan tanggung jawab stakeholders dalam pengelolaan kawasan Perlu ada mediasi yang dituangkan dalam kerangka formal di masing- masing instansi teknis Kelayakan ekonomi: Adakah sumber dana untuk menjaga kelangsungan proses co- management mis: kajian khusus, pertemuan, komunikasi, fasilitasi dll? Ada meskipun bersifat sporadis di masing- masing institusi SKPD Penggalian sumber dana dari fee kegiatan, kontribusi para pihak dan kegiatan wirausaha Komunikasi untuk penguatan tentang arah pendanaan yang berkenaan dengan kolaborasi