Potensi SDAHE Perairan Potensi dan Pemanfaatan SDAHE TNKJ

25 terumbu karang, mangrove dan kima yang memiliki kecenderungan penurunan potensi akibat adanya tekananancaman dari kegiatan eksploitasi. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan mengancam status TNKJ karena tidak bisa menjaga keutuhan keanekaragam hayati yang ada. Tabel 29 Keadaan potensi sumberdaya perairan TNKJ Sumberdaya Potensi Pustaka Terumbu karang : - jumlah - penutupan - indek keragamanan 54 genera 6,7 - 68,9 rata-rata 40 0,43 - 0,91 Ardiwijaya et al, 2006 WCS 2007 Mangrove : - luas - Jumlah species 407,79 ha 44 spesies 39 spesies dari 25 famili BTNK, 2004 Hermawan, 1997 Sunyoto et al, 2002 Kima 4 species 3 species Marnane et al, 2004 a Ardiwijaya et al, 2006 Penyu 2 species 20 pulau sebagai nesting area penyukarimunjawa. blogspot.com Terumbu Karang Terumbu karang di Karimunjawa terdiri atas terumbu karang tepi fringing reefs, terumbu karang penghalang barrier reefs dan taka patch reefs. Dua jenis karang yang dilindungi yaitu akar baharkarang hitam Anthipates spp. dan karang merah Tubipora musica terdapat di TNKJ. Pada monitoring tahun 2005 ditemukan karang merah di pulau Tengah pada kedalaman 6-8 m di zona pemanfaatan Ardiwijaya et al, 2006 dan pada monitoring 2006 ditemukan karang merah di pulau Kumbang dan Taka Malang zona inti, di pulau Burung, pulau Cemara Kecil dan Gosong Selikur zona perlindungan dan di pulau Menyawakan dan pulau Tengah zona pemanfaatan pariwisata WCS, 2007. Kondisi terumbu karang Karimunjawa secara umum mempunyai rata-rata penutupan sekitar 40, dukungan data WCS menunjukkan penutupan karang keras berkisar antara 6,7 hingga 68,9 dengan indeks keragaman berkisar antara 0,43 hingga 0,91. Akan tetapi jumlah keberadaan karang menurun dari 62 genera pada monitoring tahun 20032004 menjadi 56 genera pada monitoring tahun 2005 dan 54 genera pada monitoring tahun 2006. Sebagai ekosistem yang amat peka dan sensitif, kerusakan satu individu karang akan mengganggu keutuhan terumbu karang dan biota lainnya yang berasosiasi, hal ini dikarenakan kehidupan di terumbu karang didasari oleh hubungan saling tergantung dengan sumberdaya dan ekosistem lainnya. 26 Gambar 14 Kelimpahan genera karang TNKJ menurut zona dan waktu. Sumber : WCS 2007 Indikasi kerusakan terumbu karang juga dilaporkan Supriharyono et al 1999 dimana ada penurunan tutupan karang hidup di pulau Menjangan Kecil zona pemanfaatan dari 70 menjadi 37 dan 35,7 pada tahun 1988, 1992 dan 1999. Kerusakan terumbu karang dapat disebabkan oleh pengaruh alam maupun akibat aktivitas manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Kerusakan ekosistem terumbu karang TNKJ pada umumnya diakibatkan oleh aksi gelombang musim barat yang keras dan ekploitasi yang berlebih oleh masyarakat, sehingga hanya jenis karang tertentu saja yang dapat bertahan hidup jenis karang masif. Kerusakan karang akibat alam dapat dilihat dari gundukan pecahan karang mati yang cukup luas coral rubble di beberapa lokasi sebelah barat Gambar 15 seperti di Pulau Burung, Pulau Krakal Besar, Pulau Krakal Kecil, Karang Kapal, Pulau Bengkoang dan Pulau Menyawakan. Dari hasil pengamatan masih ditemukan adanya cara-cara penangkapan ikan yang dapat merusak terumbu karang, misalnya penggunaan apotas, pemasangan bubu dan penggunaan jaring yang ditarik di dasar perairan cantrang dan muro-ami. Hal ini sesuai dengan pendapat Burke et al 1998 yang menyatakan bahwa kerusakan terumbu karang di Indonesia pada umumnya terjadi akibat overfishing 64 dan cara penangkapan ikan yang merusak 53. Selain itu aktivitas wisatawan snorkellers dan divers serta jangkar kapal juga berpotensi menghancurkan karang. 20 40 60 Inti Perlindungan Parisisata 62 Pemanfaatan Luar Kawasan Total menggunakan metode LIT Kelimpahan genera 2004 2005 2006 56 54 27 Gambar 15 Kerusakan terumbu karang Karimunjawa. Kerusakan karang dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu broken branching coral - BBC karang bercabang, broken plate coral - BPC karang meja dan up-turned coral - UPC karang terbalik. Pada umumnya kerusakan karang TNKJ terjadi pada kedalaman 1- 3 meter untuk semua jenis kerusakan Gambar 16, dimana untuk kerusakan karang bercabang banyak disebabkan oleh aktivitas manusia dan wisata pantai karena sifat karang bercabang yang mudah patah, sedangkan untuk kerusakan karang terbalik banyak disebabkan oleh aksi gelombang yang rata-rata tingginya mencapai 1,50 - 1,80 m pada jarak 300 m dari garis pantai sehingga mampu membalikkan karang pada kedalaman 1-3 m. 209 45 254 44 41 163 50 100 150 200 250 300 Broken Branching Coral Broken Plate Coral Up-turned Coral Jenis kerusakan L u a s k e ru s a k a n c m 2 1 m 2 1-3 m 6-8 m Gambar 16 Luas kerusakan karang di TNKJ berdasarkan jenis kerusakan dan kedalaman. Sumber : Marnane, et al 2004 a a. Dinding rumah dari terumbu karang b. Penumpukan pecahan karang 28 Mangrove Ekosistem mangrove di Karimunjawa menyebar di seluruh kepulauan dengan luasan yang berbeda-beda, tetapi yang paling banyak saat ini ditemukan di Pulau Kemujan 222,90 Ha dan di Pulau Karimunjawa 184,89 Ha dengan jenis yang dominan Exoccaria agallocha dan yang paling luas penyebarannya adalah Rhizophora stylos. Sedangkan pulau-pulau lain yang memiliki ekosistem mangrove adalah Cemara Kecil 0,15 Ha, Katang 0,20 Ha, Cemara Besar 0,54 Ha, Kumbang 1,27 Ha, Geleang 1.44 Ha, Mrican 2,79 Ha, Menyawakan 2,97 Ha, Sintok 3,69 Ha, Kembar 5,40 Ha, Bengkoang 8,73 Ha, Menjangan besar 15,48 Ha, Nyamuk 24,74 Ha dan Parang 53,1 Ha. Pada tahun 1997 luas hutan mangrove TNKJ adalah 587,88 Ha kemudian menyusut 2 menjadi 576,81 Ha pada tahun 1999 dan menyusut lagi sebesar 29 pada tahun 2003 sehingga menjadi 407,79 Ha. Hasil analisa menunjukkan total luas penyusutan hutan mangrove untuk periode tahun 1991-1996 adalah 248,13 Ha Hermawan, 1997, sedangkan untuk periode tahun 1997-2003 adalah 108,09 Ha BTNK, 2004 yang disebabkan konversi hutan mangrove menjadi tambak 0,50, pemukiman 0,08 dan tegalan 4,81. Penyusutan banyak terjadi di daerah yang berbatasan langsung dengan kawasan permukiman penduduk, terutama di desa Karimunjawa; sedangkan penyusutan di daerah pantai terjadi akibat adanya abrasi. Konversi hutan mangrove menjadi lahan pertambakan berlangsung sejak tahun 1998 pada saat booming usaha pertambakan di Pulau Jawa, akan tetapi ketika produksi tambak udang menurun akibat adanya penyakit udang, banyak lahan tambak yang ditinggalkan begitu saja tanpa pengelolaan Gambar 17. Gambar 17 Kondisi mangrove Karimunjawa. a. Mangrove di perbatasan Kemujan- Karimunjawa b. Pembukaan hutan mangrove untuk lahan tambak di Karimunjawa 29 Pada tahun 2003, BTNK menemukan adanya perambahan mangrove seluas 13,25 Ha di terusan Karimunjawa-Kemujan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan fisik maupun posisi pal, dimana kawasan yang semula berupa hutan mangrove diubah menjadi tambak sehingga fungsi hutan sebagai zona perlindungan terganggu. Beberapa hal yang melatar-belakangi perambahan mangrove adalah :1 diakui sebagai miliknya, dengan alasan tidak tahu batasannya karena pada saat pemasangan pal mereka tidak berada di tempat; 2 dakui sebagai miliknya dengan alasan dahulu menerima saja dipasangi pal karena takut; dan 3 motif ekonomi. Selain konversi lahan seluas 180,09 Ha juga ditemukan pencurian kayu dan penebangan pohon mangrove untuk jenis bongko Rhyzophora dan Bruguiera dan duduk Lumnitzera dan Scyphiphora yang digunakan untuk kerangka rumah sebagai reng, blandar dan usuk maupun untuk membuat kerajinan ukir sebagai cindera mata, khususnya jenis kayu Setigi Phempis acudula Tabel 30. Gambar 18 Penebangan pohon mangrove di TNKJ. Tabel 30 Data pencurian kayu mangrove di TNKJ, 2005 No. Nama lokal Nama latin Diameter cm Jumlah batang Keterangan 1. Bongko Rhyzophora mucronata 50 – 70 2 Blandar 2. Bongko Bruguiera gymnorrhia 50 – 70 2 Blandar 3. Bongko Lulang Rhyzophora apiculata 10 – 20 60 – 80 24 4 Usukkayu bakar Blandar 4. Bongko Gajih Rhyzophora stylosa 60 – 80 4 Blandar 5. Duduk Lumnitzera littorea 10 – 20 21 – 49 50 – 70 57 5 3 Usukkayu bakar Usuk Blandargading kapal 6. Duduk Scyphiphora hydropollaceae 10 – 20 14 Usukkayu bakar 7. Menireh Xylocarpus granatum 50 – 70 3 Blandarkusen 8. Tingen Cerops tagal 10 – 20 16 Usukkayu bakar 9. Brayuh Sonneratia alba 20 – 60 2 Blandargading kapal 10. Setigi Phempis acudula 50 – 70 5 Kerajinan Sumber : Tim Inventaris Mangrove BTNK 2005 30 Kima Empat dari tujuh spesies kima yang ada di Indonesia ditemukan di Karimunjawa yaitu kima lubang Tridacna crocea, kima besar Tridacna maxima, kima sisik Tridacna squamosa, dan kima pasir Hippopus hippopus. Dimana untuk jenis yang terakhir hanya ditemukan 1 individu di pulau Cemara Kecil pada survei Marnane et al 2004 a tahun 2003 yang sudah tidak ditemukan lagi pada monitoring tahun 2005 dan 2006. Sedangkan kelimpahan kima paling banyak ditemukan di pulau Seruni, Sambangan di luar kawasan TNKJ dan Menyawakan zona pemanfaatan. Jenis yang paling banyak ditemukan pada tahun 20032004 merupakan spesies yang sulit ditemukan di rataan karang, karena ukurannya yang relatif besar cangkang terbesar 35 cm dan sifat hidupnya yang hanya menempel pada substrat, menyebabkan spesies ini mudah diambil untuk konsumsi. Tabel 31 Kelimpahan jenis kima berdasarkan zona, 2005 Kima Lubang Kima Besar Kima Sisik Kelimpahan indvha Zona inti 678 167 6 Zona perlindungan 109 77 9 Zona pemanfaatan 417 242 8 Sebaran ukuran cm 2 - 12 3 - 18 7 – 35 Kelimpahan indvha 91 25 3 Ukuran cm 3 7 35 Sumber : Ardiwijaya et al 2006 5.1.2. Pemanfaatan SDAHE TNKJ 5.1.2.1. Pemanfaatan Perikanan Kegiatan perikanan masyarakat Karimunjawa pada umumnya adalah usaha penangkapan ikan dari 60,34 jumlah nelayan, sedangkan untuk usaha budidaya masih terbatas pada budidaya rumput laut yang dilakukan pada musim peralihan dimana ombak tidak besar . Pada awalnya kegiatan penangkapan oleh masyarakat lokal dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan hidupnya subsisten, akan tetapi dengan adanya permintaan dari luar daerah Jepara, Semarang dan Jakarta telah berkembang praktek komersial dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan. Tekanan terhadap ekploitasi akan terus meningkat ketika ada penawaran harga yang tinggi, hal ini terlihat dari kegiatan nelayan yang melakukan upaya intensif untuk memenuhi permintaan pasar dari perdagangan ikan hidup yang diekspor ke Hongkong. Penutupan beberapa daerah penangkapan ikan di zona-zona terlarang TNKJ zona inti dan zona 31 perlindungan telah memaksa mereka untuk menempuh jarak yang lebih jauh diluar kawasan guna memperoleh jumlah tangkapan yang sama. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Mukminin, et al 2006 dimana fishing grounds di pulau Cemara Kecil, Menjangan Kecil, Tengah dan timur pulau Genting sudah mulai jenuh overexploited sehingga hasil tangkapan yang diperoleh tidak seimbang dengan upaya tangkap yang dilakukan. Salah satu jenis alat tangkap yang memberi kontribusi ekonomi paling tinggi tetapi mempunyai dampak terhadap kerusakan terumbu karang adalah Muro-ami karena dioperasikan pada daerah terumbu karang. Muro-ami termasuk jenis alat tangkap yang bersifat menetap, dalam klasifikasi alat tangkap termasuk kelompok drive-in net dimana ikan ditangkap dengan cara menggiringnya ke dalam alat tangkap. Jaring terdiri atas tiga bagian, dua bagian jaring pelari untuk mengarahkan atau menggiring ikan menuju jaring kantong dan satu bagian jaring kantong sebagai penampung ikan Gambar 19. Pengoperasian alat tangkap ini dapat menghabiskan stok ikan standing stock hingga 50 dalam beberapa kali penangkapan pada suatu daerah Burke et al, 2002. Gambar 19 Teknik pengoperasian Muro-ami. Sumber : Marnane et al 2004 b Muro-ami dioperasikan di Kepulauan Karimunjawa pada awal tahun 1990an oleh nelayan dari Kepulauan Seribu dengan target penangkapan ikan Ekor kuning Caesionidae menggunakan tiga buah kapal, satu kapal pembawa kompresor dan dua kapal pembawa jaring yang salah satunya berfungsi sebagai kapal penampung hasil tangkapan Gambar 20 dengan jumlah anak buah kapal ABK sekitar 13 sampai 18 orang dengan 5-7 orang penyelam penggiring ikan.