Model Kualitatif dan Kuantitatif Pencemaran Teluk Jakarta A. Beban Pencemaran

33 Kon sen trasi Polu tan Tel u k mg l Beban Pencemaran tonbulan y = a + bx Kapasitas asimilasi Baku Mutu Gambar 5. Hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi polutan Nilai kapasitas asimilasi didapat dari titik perpotongan dengan nilai baku mutu yang berlaku untuk setiap parameter. Selanjutnya dianalisis seberapa besar peran masing-masing parameter terhadap beban pencemarannya. Dengan asumsi dasar adalah: 1. Nilai kapasitas asimilasi hanya berlaku di wilayah pesisir pada batas yang telah ditetapkan dalam penelitian 2. Nilai hasil pengamatan baik di perairan pesisir maupun di muara sungai diasumsikan telah mencerminkan dinamika yang ada di perairan tersebut. 3. Perhitungan beban pencemaran hanya yang berasal dari landbased sources, pencemaran dari kegiatan diperairan pesisir dan lautnya sendiri tidak dihitung. Data yang diambil merupakan data pencemaran yang mempengaruhi kualitas air muara sungai dan teluk. Hubungan yang ingin dilihat adalah pengaruh nilai parameter tersebut yang ada di teluk dan analisis yang digunakan adalah regresi linear. Analisis regresi menggunakan parameter di muara sungai sebagai peubah bebas independent dan parameter di teluk sebagai peubah tak bebas dependent. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peubah pencemaran di muara sungai secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : x f Y = ................................................................................................. 3 34 Secara matematis persamaan regresi linear dapat dituliskan : bx a Y + = ............................................................................................... 4 Keterangan : x = Nilai parameter suatu bahan pencemar di muara sungai y = Nilai parameter suatu bahan pencemar di teluk a = Intersepperpotongan dengan sumbu tegak nilai tengahrataan umum b = Kemiringangradien Koefisien regresi untuk parameter di muara sungai x dan y merupakan jenis parameter yang sama untuk di muara sungai dan di teluk. Peubah x merupakan jumlah nilai dari seluruh muara yang diamati untuk parameter tertentu dan y merupakan nilai parameter teluk dianggap tepat untuk mewakili seluruh nilai parameter yang ada di Teluk Jakarta.

3.3.3. Analisis Kebijakan Pengendalian Pencemaran Laut

Teknik Permodelan Interpretasi Struktural Interpretatif Structural Modelling digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan dimasa yang akan datang. Menurut Marimin 2004, ISM adalah proses pengkajian kelompok group learning process di mana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Teknis ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi statistik deskriptif. Tahapan dalam melakukan ISM dibagi menjadi dua bagian, yaitu Penyusunan Hirarki dan Klasifikasi subelemen Eriyatno, 2003. a. Penyusunan Hierarki • Program yang sedang ditelaah penjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen di mana setiap elemen selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah subelemen. • Menentapkan hubungan kontekstual antara subelemen yang terkandung adanya suatu pengarahan direction dalam terminologi subordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan oleh pakar. Jika jumlah pakar 35 lebih dari satu maka dilakukan perataan. Penilaian hubungan kontekstual pada matriks perbandingan berpasangan menggunakan simbol: ¾ V jika e ij = 1 dan e ji = 0; V = subelemen ke-i harus lebih dulu ditangani dibandingkan subelemen ke-j ¾ A jika e ij = 0 dan e ji = 1; A = subelemen ke-j harus lebih dulu ditangani dibandingkan subelemen ke-i ¾ X jika e ij = 1 dan e ji = 1; X = kedua subelemen harus ditangani bersama ¾ O jika e ij = 0 dan e ji = 0; O = kedua subelemen bukan prioritas yang ditangani Pengertian nilai e ij = 1 adalah ada hubungan kontekstual antara subelemen ke-i dan ke-j, sedangkan nilai e ji = 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual antara subelemen ke-i dan ke-j. • Hasil olahan tersebut tersusun dalam structural self interaction matrix SSIM. SSIM dibuat dalam bentuk tabel reachability matrix RM dengan mengganti V, A, X dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Untuk tahapan dan proses dalam melakukan teknik ISM dapat dilihat pada Gambar 6.