57 Tabel 10. Perkiraan timbulan sampah DKI Jakarta tahun 2005
Sumber Sampah Literjiwahari
Kgjiwahari
Pemukiman 1,36 0,34
Pasar 0,10 0,03
Sekolah 0,13 0,03
PerkantoranFasum 1,14 0,18
Industri 0,25 0,06
Total 2,97 0,64
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
Tabel 10 di atas semakin memperjelas bahwa diperkirakan setiap jiwa di Jakarta mengeluarkan sampah sebesar 1,36 literjiwahari atau setara dengan
0,34 kgjiwahari untuk pemukiman, 0,03 kgjiwahari untuk sekolah dan 0,18 kgjiwahari untuk perkantoran. Dari ketiga golongan tersebut timbulan sampah
domestik lebih banyak dihasilkan dari pemukiman. Kondisi tersebut membutuhkan penanganan yang serius dari pemerintah untuk menata kembali
jumlah penduduk yang ada di DKI Jakarta. Aktivitas urbanisasi dan banyaknya komuterian komunitas yang berprofesi di Jakarta tetapi tinggalnya tidak di
Jakarta harus dibatasi dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak merugikan bagi pembangunan di Jakarta sendiri.
Sedangkan berat jenis sampah dari berbagai sumber sampah juga menunjukkan nilai yang berbeda-beda seperti tertera dalam Tabel 11.
Tabel 11. Berat jenis sampah dari berbagai sumber sampah
Sumber Sampah Berat Jenis Sampah Kgliter
Pemukiman 0,25 Pasar 0,30
Sekolah 0,27 Perkantoran Fasum
0,15 Industri 0,23
Total Sampah 0,21
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
B. Komposisi Sampah Domestik
Komposisi terhadap sampah berubah sepanjang waktu, sampah domestik dimana komposisinya lebih banyak plastik, kertas, logam dan beling, dan sedikit
kayudaun, garbage dan batu. Kandungan air diproyeksikan menurun dari 54 pada tahun 1986 menjadi 48 pada tahun 2005 Tabel 12.
58 Tabel 12. Proyeksi komposisi sampah domestik kondisi kering
Persentase JenisKomponen
Sampah 1986 1995
2005 Pertumbuhan
Tahun
Plastik Kertas
Tekstil Kayudaun
Garbage Lain-lain
10 17
5 12
23 15
10 19
5 11
21 14
14 21
5 10
19 12
2 1
-1 -1
-
Sub Total 82
82 81
-
Logam Beling
Batu 4
4 10
5 5
8 7
6 6
5 3
3
Sub Total 18
18 19
- Total 100
100 100
-
Kandungan air Volatile
Kandungan abu CN ratio
Nilai kalori rendah 54
28 18
32
1,100 51
30 19
33
1,300 48
32 20
35
1,500 -3
- -
-
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
Dari hasil data di atas terlihat bahwa komponen sampah domestik dalam kondisi kering lebih banyak berasal dari jenis kertas, garbage dan plastik. Hal itu
disebabkan karena banyaknya pemukiman dan perkantoran di Jakarta dan sekitarnya. Sampah-sampah di atas merupakan jenis sampah non-biodegredable
tidak dapat diurai sehingga pengelolaannya harus dilakukan dengan teknologi tertentu. Produksi kertas, plastik dan garbage dalam jangka panjang jika tidak
dikelola dengan baik akan lebih berbahaya dengan jenis sampah lainnya. Hal tersebut membutuhkan kejelian dan keseriusan pemerintah setempat DKI Jakarta
dalam pengelolaannya. Sedangkan mengenai komposisi sampah berdasarkan persentase pemukiman, komersial, dan pasar data disajikan pada Tabel 13.
59 Tabel 13. Komposisi sampah dari beberapa sumber pencemar di DKI Jakarta
Persentase No Komponen
Pemukiman Komersial Pasar 1
Organik sisa makanan, daun,dll 62,27
9,84 83,69
2 Anorganik 37,73
90,16 16,31
2.1. Kertas
13,43 58,42
5,15 2.2.
Plastik 13.50
14,69 9,66
2.3. Kayu
0,07 0,12
2.4. Kaintekstil
0,85 2.5. Karetkulit tiruan
0,19 0,28
0,14 2.6.
Logammetal 0,95
2,02 0,29
2.7. Gelaskaca
1,26 5,68
2.8. Sampah bongkahan 1,00
0,63 2.9. Sampah B3
1,21 3,65
0,12 2.10. Lain-lain batu,pasir,dll
5,27 4,79
0,82
Total 100
100 100
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
Berdasarkan data di atas dilihat dari komponen organik dan anorganik dari jenis sampah yang ada terlihat bahwa untuk sampah organik, pemukiman 62,27,
komersial 9,84 dan pasar 83,69. Hasil ini menunjukkan bahwa sampah organik didominasi oleh pasar karena di dalamnya berasal dari daun, sisa
makanan dan bahan-bahan yang dapat diurai lainnya. Berbeda dengan jenis sampah anorganik, terlihat komposisinya antara lain pemukiman 37,73,
komersial 90,16 dan pasar 16,31. Sampah anorganik lebih banyak dihasilkan dari kegiatan komersial termasuk di dalamnya kegiatan perkantoran,
industri dan sekolah. Sedangkan untuk pemukiman sendiri lebih kecil karena memang dari pemukiman jarang dihasilkan limbah padat anorganik, begitu halnya
dengan pasar. Kondisi tersebut didukung dengan fakta bahwa di Jakarta jumlah perkantoran sangat padat dan banyak dengan berbagai aktivitas yang hampir
kesemuanya menghasilkan sampah berupa plastik, kertas dan lainnya. Dari total sampah yang ada organik dan anorganik dilakukan dua
mekanisme pengolahan yaitu didaur ulang dan dibuang. Untuk sampah organik dari total sampah 55,37 pemukiman, komersial dan pasar tidak ada yang
didaur ulang dan semuanya dibuang 55,37. Hal ini berarti belum tercipta kesadaran di masyarakat bahwa sampah organik dapat didaur ulang sehingga
mempunyai nilai lebih yang bermanfaat dan mengurangi degradasi lingkungan dan kesehatan. Disinilah pentingnya penyadaran melalui proses sosialisasi dan
60 pendampingan oleh pihak terkait seperti pemerintah daerah, LSM maupun swasta
untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya proses daur ulang sampah. Namun fakta tak terbantahkan bahwa saat ini proses penyadaran tersebut sangat
kurang sehingga masyarakat juga tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Data mengenai persentase komposisi sampah baik yang di daur ulang maupun dibuang
langsung ke lingkungan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Komposisi sampah dari beberapa sumber pencemar di DKI Jakarta
Persentase No Komponen
Dibuang Daur ulang Total
1 Organik sisa makanan, daun,dll
55,37 55,37
2 Anorganik 24,68
19,95 44,63
2.1. Kertas
13,15 7,32
20,57 2.2.
Plastik 6,40
6,85 13,25
2.3. Kayu
0,07 0,07
2.4. Kaintekstil
0,61 0,61
2.5. Karetkulit tiruan 0,19
0,19 2.6.
Logammetal 1,06
1,06 2.7.
Gelaskaca 1,91
1,91 2.8. Sampah bongkahan
0,81 0,81
2.9. Sampah B3 1,52
1,52 2.10. Lain-lain batu, pasir,dll
4,65 4,65
Total 80,05 19,95
100
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
Berbeda dengan sampah anorganik, terlihat bahwa dari total jumlah 44,63 dari berbagai sumber, 19,95 di daur ulang dan 24,68 dibuang. Dalam kasus
ini, masyarakat menyadari pentingnya proses daur ulang bagi sampah anorganik mengingat keberadaannya lebih berbahaya dibandingkan dengan sampah organik.
Namun itupun terhitung sangat rendah karena masih banyak yang dibuang dibandingkan yang didaur ulang. Lagi-lagi proses penyadaran dan kebijakan yang
tegas akan pentingnya pengelolaan limbah anorganik dilakukan oleh pihak-pihak yang berkewajiban seperti Dinas Kebersihan, Dinas Lingkungan Hidup dan
pemangku kepentingan lainnya. Data di atas menunjukkan bahwa tingkat kesadaran belum tercipta
sepenuhnya di masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah. Kesadaran tersebut dapat bersumber dari dalam masyarakat sediri melalui peningkatan
pengetahuan dan membangun budaya bersih atau tercipta dari luar melalui kebijakan dan program yang jelas dari pemerintah daerah maupun pihak terkait
61 lainnya. Peluang inilah yang harusnya diambil oleh pemerintah daerah di tengah-
tengah semakin semrawutnya Jakarta dan semakin tercemarnya Teluk Jakarta untuk menjadikan Jakarta sebagai kota ”zero waste”. Semboyan tersebut sering
kali menjadi slogan dibanding kenyataan.
C. Karakter Sampah Domestik