Penanggulangan Pencemaran Pesisir dan Lautan

dekomposisi bahan organik secara anaerob. Senyawa gas tersebut terdiri dari gas amonia, metana, hidrogen sulfida, dan karbonmonoksida. Selain bersifat racun, senyawaaan gas tersebut mengeluarkan bau yang tidak sedap. 4 Masalah Kesehatan Umum Limbah rumah tangga banyak mengandung mikroorganisme, diantaranya bakteri, virus, fungi, dan protozoa yang dapat bertahan hidup sampai ke lingkungan laut. Meskipun limbah rumah tangga telah mengalami pengurangan kandungan mikroorganisme, namun mikroorganisme yang bersifat patogen dapat tetap bertahan dan berpotensi menimbulkan masalah pada kesehatan manusia.

2.2.3. Penanggulangan Pencemaran Pesisir dan Lautan

Untuk menanggulangi pencemaran pesisir dan lautan, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan perundangan dan menugaskan beberapa instansi untuk menangani masalah tersebut. Pada Tabel 1 di bawah ini disajikan beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan masalah pencemaran laut. Tabel 1. Peraturan perundangan pencemaran laut No Nomor Peraturan Tentang 1 UU No. 17 Tahun 1985 Pengesahan United Nations Convention on The Law of The Sea Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa Tentang Hukum Laut 2 UU No. 23 Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3 PP No. 19 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut 4 Kepmen LH No. 45 Tahun 1996 Program Pantai Lestari 5 Kepmen LH No. 47 Tahun 1996 Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Pantai Lestari 2.3. Kapasitas Asimilasi Limbah pada dasarnya dapat menjadi sumberdaya resources dan dapat juga menjadi pencemar. Bahkan Gunnerson 1987 meneliti bahwa beragam kasus dari bahan limbah cair buangan ke laut, dengan rancangan yang sesuai untuk saluran pembuangan, ternyata lebih banyak keuntungan yang didapat dari pada kerugian bagi lingkungan. Perbedaan utama dari sumberdaya dan pencemar itu adalah meliputi karakteristik dari lingkungan penerima limbah, kualitas dari limbah yang dibuang, dan waktu limbah dibuang Quano, 1993. Perairan sebagai tempat penerima limbah organik padat maupun cair mempunyai kemampuan purifikasi atau kapasitas asimilasi yang terbatas. Kemampuan terebut terjadi karena adanya pengenceran hidrodinamika maupun proses perombakan. Kapasitas asimilasi di definisikan oleh Quano 1993 sebagai kemampuan air atau sumber air dalam menerima pencemaran limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukkannya. Sementara itu konsentrasi dari partikel polutan yang masuk ke perairan akan melalui tiga macam fenomena, yaitu pengenceran dilution, penyebaran dispertion dan reaksi penguraian decay or reaction. Pengenceran terjadi pada arah vertikal ketika air limbah sampai di permukaan perairan. Peristiwa penguraian merupakan pengenceran pada permukaan perairan ketika limbah tercampur karena gelombang. Perhitungan kapasitas asimilasi sangat spesifik untuk setiap lokasi site spesific , dengan mengembangkan model hidrodinamika dan komputer modelling yang menggunakan elemen terbatas dari persamaan penyebaran larutan. Metode tersebut memiliki kelemahan, karena setiap lokasi penelitian badan airnya diasumsikan empat persegi panjang dengan lebar dan panjang tidak terbatas, yang berarti hanya terjadi sedikit pengaruh fisik pada permukaan dan dasar perairan. Evaluasi kapasitas asimilasi memerlukan model matematika yang sesuai untuk mendeterminasi konsentrasi parameter kunci yang merupakan hasil dari tingkat beban limbah. Konsentrasi beban limbah sangat dipengaruhi oleh proses transport proses pencampuran dan proses kinetik. Daerah yang mempunyai sirkulasi yang bagus akan mempunyai kapasitas asimilasi yang tinggi. Selain itu, distribusi dari daerah kritis di estuari dalam hubungannya dengan kapasitas asimilasi yang pada akhirnya akan sangat berguna untuk mengestimasi daya dukung carrying capacity untuk suatu kegiatan adalah pasang surut proses pencampuran, termasuk waktu pembilasan apabila limbah pencemar masuk ke lingkungan estuari. Menurut Quano 1993 mengemukakan beberapa metode yang biasa digunakan untuk menentukan nilai kapasitas asimilasi diantaranya adalah dengan menggunakan hubungan antara kualitas air dan beban limbahnya. Metode lain untuk menentukan kapasitas asimilasi diantaranya : 1. Metode Penghitungan Pengurangan Limbah Awal, Dispersi dan Penguraian. Metode ini dapat ditentukan nilai kapasitas asimilasi melalui penggabungan nilai pengurangan limbah awal, nilai dispersi limbah dan nilai pengurangan limbah. Limbah awal dapat ditentukan dengan beberapa faktor antara lain kecepatan pencampuran antara limbah dan air sungai, kedalaman air limbah yang mengalir di badan air, lebar penyebaran limbah dan debit air limbah. Untuk menentukan nilai dispersi limbah, tergantung dari faktor jarak sepanjang garis aliran limbah, kecepatan pencampuran dan lebar dari sistem penyebaran limbah. Selanjutnya untuk penentuan penguraian limbah perlu di hitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai 90 bakteri mati, kecepatan pencampuran dan jarak air limbah. Kelebihan dari metode ini adalah bahwa penghitungan lebih ditekankan pada faktor-faktor fisik, sehingga ketepatan perhitungannya tinggi. Adapun kelemahannya, metode ini kurang memperhitungkan faktor-faktor kimia dimana perbedaan jenis limbah yang masuk ke sungai tidak diperhatikan. 2. Metode Arus Bermuatan Partikel Nilai kapasitas asimilasi pada metode ini ditentukan dengan cara membandingkan konsentrasi limbah dengan konsentrasi air sungai yang menerima limbah. Hal-hal yang diperhitungkan antara lain kecepatan aliran, perbedaan konsentrasi dan debit air sungai. Metode ini memperlihatkan perbandingan antara profil konsentrasi pada arus ringan yang mengalir dengan air penerima yang memiliki kepekatan yang sama. Kelebihan metode ini adalah adanya pembanding antara konsentrasi limbah dan air sungai yang sangat penting bagi penentuan kapasitas asimilasi. Kelemahannya adalah kesulitan dalam penghitungan konsentrasi limbah berupa bahan kimia yang masuk ke sungai yang membutuhkan waktu yang lama. 3. Metode Penurunan Oksigen dari Streeter dan Phelps Metode ini bertujuan untuk menentukan nilai asimilasi dengan cara mengamati pengurangan nilai oksigen terlarut. Faktor-faktor yang diperhitungkan antara lain waktu perjalanan limbah di sungai dan konsentrasi asam karbonat yang tetap pada saat perjalanan limbah. Dengan metode ini penghitungan dilakukan terus-menerus secara rutin. Hal ini merupakan suatu kesulitan karena tentu akan membutuhkan waktu yang lama. Sementara itu kelebihannya adalah penghitungan akan lebih teliti karena dilakukan penghitungan waktu perjalanan limbah. 4. Metode Hubungan Kualitas Air dan Beban Limbahnya Dalam metode ini, kapasitas asimilasi ditentukan dengan cara memplotkan nilai-nilai kualitas air suatu perairan pada kurun waktu tertentu dengan beban limbah yang dikandungnya ke dalam suatu grafik, yang selanjutnya direferensikan dengan nilai baku mutu air yang diperuntukkan bagi biota laut berdasarkan Kep-Men KLH No. 02MenKLH1988. Dari titik potong yang diperoleh melalui grafik ini kemudian diketahui waktu terjadinya dan selanjutnya dilihat nilai beban limbahnya. Nilai beban limbah inilah yang dimaksud dengan nilai kapasitas asimilasi Dahuri, 1999.

2.4. Interpretative Structural Modelling ISM