70 Tabel 17 lanjutan. Dampak-dampak aktivitas industri terhadap lingkungan
No Jenis Kegiatan
Dampak Pada Air
10 Rumah sakit
menghasilkan dua jenis limbah padat maupun cair,bahkan juga limbah gas, bakteri, maupun
virus. Limbah padatnya berupa sisa obat- obatan, bekas pembalut, bungkus obat, serta
bungkus zat kimia. Sedangkan limbah cairnya berasal dari hasil cucian, sisa-sisa obat atau
bahan kimia laboratorium dan lain-lain. Limbah padat atau cair rumah sakit mempunyai
karateristik bisa mengakibatkan infeksi atau penularan penyakit. Sebagian juga beracun dan
bersifat radioaktif.
Sumber :
World Healt Organization
1977
5.1.1.3. Limbah Pasar
A. Komposisi dan Karakteristik Sampah Pasar
Karakterisasi sampah pasar pada bagian hilir khususnya di wilayah DKI Jakarta pada umumnya buangan limbah hasil kegiatan pasar tidak ada perlakuan
lagi. Pembuangan limbah ke sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta akan berpengaruh pula pada kualitas air Teluk Jakarta Gambar 18.
TELUK JAKARTA
PASAR SUNGAI
Gambar 18. Alur pencemaran Teluk Jakarta
Peningkatan komposisi sampah pasar dan komersial lainnya selengkapnya tersaji pada Tabel 18.
71
Tabel 18. Proyeksi komposisi sampah pasar dan komersial tahun 2005
Persentase Jenis Sampah
1986 1995 2005 Pertumbuhan10 Tahun
Plastik Kertas
Tekstil Kayudaun
Garbage Lain-lain
13 25
3 7
28 14
15 27
3 6
25 12
17 30
3 5
21 9
2 1
-1 -1
-
Subtotal 90 88
85 -
Logam Beling
Batu 4
5 1
5 6
1 7
7 1
5 3
-
Subtotal 10 12
15 -
Total 100 100
100
Kandungan air Volatine
Kandungan abu CN ratio
Nilai kalori rendah kcalkg 48
36 16
35
1,600 46
37 17
36
1,700 43
39 18
37
1,800 -3
- -
- -
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
Peningkatan komposisi sampah pasar dan komersial lainnya berupa bahan plastik mengalami peningkatan sekitar 2 dalam kurun waktu 10 tahun, dimana
pada tahun 1986 berkisar 13, 15 pada tahun 1995 dan meningkat menjadi 17 pada tahun 2005, yang berarti bahwa volume bahan pencemar plastik mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh semakin banyaknya bahan makanan kemasan instan yang menggunakan plastik sebagai
pembungkus makanan dan bahan komersial lainnya. Hal tersebut juga seiring dengan peningkatan kuantitas dan kualitas hidup masyarakat kota yang lebih
praktis, simpel dan cepat. Kondisi yang demikian secara langsung memberikan kontribusi terhadap peningkatan volume bahan pencemaran.
Bahan lainnya yang juga mengalami peningkatan yakni berupa kertas sebanyak 1 dalam kurun waktu 10 tahun, dimana pada tahun 1986 volume
bahan pencemar dari kertas sekitar 25 bertambah menjadi 27 pada tahun 1995 dan sekitar 30 pada tahun 2005. hal tersebut dapat terjadi seiring peningkatan
kebutuhan masyarakat kota besar yang berbanding lurus dengan jumlah sampahsisa bahan tersebut. Sedangkan untuk bahan seperti tekstil, kayu, garbage
dan bahan lainnya tidak mengalami peningkatan dan bahkan ada beberapa bahan yang mengalami penurunan volume. Hal ini, dapat disebabkan semakin praktisnya
72 kehidupan masyarakat kota, sehingga penggunaan bahan-bahan seperti tekstil,
kayu dan bahan lainnya tidak lagi memberikan sisagarbage, dengan demikian mengurangi beban pencemaran dari bahan-bahan tersebut.
Untuk bahan pencemar seperti logam dan beling juga mengalami peningkatan yang cukup berarti, hal ini dapat dilihat dengan bertambahnya
volume bahan pencemar, yakni pada tahun 1986 berkisar 4, dan 5 pada tahun 1995, serta pada tahun 2005 meningkat menjadi 7, dan untuk bahan beling pada
tahun 1986 sekitar 5, pada tahun 1995 sekitar 6 dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 7. Hal tersebut, disebabkan oleh banyaknya penggunaan
kedua bahan tersebut, sehingga sisa bahan yang digunakan akan memberikan kontribusi terhadap pencemaran.
Namun bila melihat komposisi sampah yang terjadi di DKI Jakarta, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan komposisi untuk bahan-bahan seperti
plastik, kertas, kayu dan garbage yakni pada tahun 1986 nilai komposisinya sekitar 90, pada tahun 1995 sekitar 88, dan menurun hingga menjadi 85
pada tahun 2005. Hal sebaliknya justru terjadi peningkatan pada komposisi bahan pencemaran seperti logam, beling dan batu yang mengalami peningkatan
komposisi yakni pada tahun 1986 hanya berkisar 10, pada tahun 1995 menjadi 12, dan meningkat secara tajam pada tahun 2005 yakni berkisar 15. Hal ini
memberikan kesimpulan bahwa terjadi pergeseran pemanfaatan dan penggunaan bahan-bahan kebutuhan masyarakat, yang semula banyak mengkonsumsi bahan-
bahan seperti kayu berganti ke arah bahan-bahan logam dan beling. Namun khusus untuk kertas dan plastik tidak mengalami penurunan, tapi bahkan
mengalami peningkatan yang cukup berarti. Penggunaan bahan-bahan seperti plastik, kertas, logam dan beling merupakan karakteristik masyarakat kota yang
cenderung praktis, simpel dan instan. Perbandingan persentase proyeksi dan komposisi sampah pasar di DKI Jakarta dari tahun 1986, 1995 dan 2005 dapat
dilihat pada Gambar 19.
73
Persentase Proyeksi Komposisi Sampah Pasar DKI Jakarta 2005
34.11 31.01
34.88
Tahun 1995 Tahun 2005
Tahun 1986
Persentase Proyeksi Komposisi Sampah Pasar Logam, Beling, Batu
di DKI Jakarta
32.43 40.54
27.03 Tahun 2005
Tahun 1986
Tahun 1995
Gambar 19. Perbandingan persentase proyeksi dan komposisi sampah pasar di DKI Jakarta dari tahun 1986, 1995 dan 2005
Komposisi rata-rata sampah yang bersumber dari pasar yang didasarkan pada 2 dua penggolongan seperti terlihat pada Tabel 19 yakni bahan organik
seperti; sisa makanan, daun dll sekitar 83,69 dan bahan anorganik seperti; kertas, kayu, plastik, kain, karet, logam, beling, sampah bongkahan dan sampah
B3 sekitar 16,31. Hal tersebut menunjukkan bahwa betapa bahan-bahan pencemaran sangat didominasi oleh bahan organik seperti sisa makanan dan daun-
daunan yang jatuh. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat perkotaan sangat tinggi, terutama konsumsi bahan makanan. Kondisi yang
demikian didorong oleh pilihan hidup yang lebih praktis dengan banyaknya restoran, hotel dan rumah makan yang dibuka untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat tersebut, sehingga secara langsung akan memberikan beban pencemar berupa sisa-sisa makanan.
74 Tabel 19. Komposisi sampah rata-rata dari sumber pasar di DKI
Jakarta tahun 2005
No. Komponen Pasar
1 Organik sisa makanan, daun, dll
83,69 2 Anorganik
16,31 2.1.
Kertas 5,15
2.2. Plastik
9,66 2.3.
Kayu 0,12
2.4. Kaintekstil
- 2.5.
Karetkulit tiruan
0,14 2.6.
Logammetal 0,29
2.7. Gelaskaca
- 2.8. Sampah bongkahan
- 2.9. Sampah B3
0,12 2.10. Lain-lain batu, pasir dll
0,82
Total 100
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
Gambar 20 memperlihatkan bahwa komposisi rata-rata sampah pasar di DKI Jakarta tahun 2005 tersebut lebih banyak berasal dari bahan organik yaitu
sebesar 86,69, sedangkan sampah yang bersumber dari bahan anorganik sebesar 16,31. Sampah organik ini paling banyak merupakan sampah yang berasal dari
kegiatan rumah tanggadomestik berupa sisa makanandedaunan yang diangkut dan dibuang ke pasar maupun sisa hasil pertanian yang tidak terjual Tabel 20.
Komposisi Sampah Rata-Rata dari Sumber Pasar di DKI Jakarta 2005
86.69 16.31
Bahan Organik Bahan Anorganik
Gambar 20. Komposisi rata-rata sampah pasar di DKI Jakarta tahun 2005
75 Tabel 20. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta
Persentase No. Komponen
Total Daur Ulang Dibuang
1 Organik sisa makanan, daun, dll
55,37 -
55,37 2 Anorganik
44,63 19,95 24,68
2.1. Kertas
20,57 7,32 13,15
2.2. Plastik
13,25 6,85 6,40
2.3. Kayu
0,07 0,07 -
2.4. Kaintekstil
0,61 0,61 -
2.5. Karetkulit
tiruan 0,19 0,19
- 2.6.
Logammetal 1,06 1,06
- 2.7.
Gelaskaca 1,91 1,91
- 2.8. Sampah bongkahan
0,81 0,81
- 2.9. Sampah B3
1,52 -
1,52 2.10. Lain-lain batu, pasir dll
4,65 -
4,65
Total 100 19,95
80,05
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
Komposisi sampah pasar dari bahan-bahan anorganik rata-rata yang mengalami proses daur ulang recycle hanya berkisar 19,95, sedangkan sampah
yang berasal dari bahan-bahan organik seperti makanan dan dedaunan tidak ada yang mengalami proses daur ulang, tetapi semuanya langsung dibuang yakni
sekitar 55,37, dan untuk bahan anorganik yang dibuang sekitar 24,68. Namun bila dihitung secara keseluruhan, sesungguhnya sampah-sampah yang mengalami
proses daur ulang sangat sedikit yakni hanya sekitar 19,95, bila dibandingkan dengan sampah-sampah yang langsung dibuang dan menjadi pencemar mencapai
80,05. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya pencemaran baik berupa bau, sanitasi maupun gangguan kesehatan lainya. Untuk lebih mudah melihat
gambaran komposisi jumlah sampah total di DKI Jakarta tahun 2005 data disajikan pada Gambar 21.
76
Komposisi Sampah Total Sumber di DKI Jakarta 2005
55.37 24.68
Bahan Organik Bahan Anorganik
Gambar 21. Komposisi jumlah sampah total di DKI Jakarta Tahun 2005 Gambar 21 di atas memperlihatkan bahwa jumlah jenis sampah organik
tetap paling besar yaitu sebesar 55,37 bila dibandingkan dengan sampah anorganik yang sebesar 24,68 dari seluruh sampah yang dibuang di wilayah
DKI Jakarta. Sampah organik ini paling banyak merupakan sampah yang berasal dari kegiatan rumah tanggadomestik dan pasar berupa sisa makanandedaunan
maupun hasil pertanian tanaman pangan yang tidak dikonsumsi Tabel 21. Tabel 21. Nilai kalor dan kadar air sampah dari berbagai sumber pencemar
Hasil Analisa Sumber Sampah
Kadar Air Kadar Abu
Nilai Kalor kkalkg
Pasar Modern 36,59
17,13 2102
Pasar Tradisional 56,58
10,26 17,78
Pemukiman 45,93
16,24 2072
Perkantoran 23,17 17,60
2434 Industri 23,73
11,93 3553
Sekolahan 31,31 13,92
3248 Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
Berdasarkan Tabel 21, untuk sumber pencemar yang berasal dari pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern seperti pertokoan dan mall, diperoleh hasil
analisa laboratorium dan lapangan bahwa nilai kalor dan kadar air sampah mengalami perbedaan. Nilai kadar air dan kadar abu diamati dalam pencemaran
dikarenakan kedua kadar tersebut dapat larut di dalam air. Untuk pasar modern kadar airnya sekitar 36,59 lebih kecil bila dibandingkan dengan kadar air
sampah yang berasal dari pasar tradisional. Hal ini dapat dimaklumi dan
77 dipahami bahwa pada umumnya sampah-sampah yang berasal dari pasar-pasar
tradisional lebih didominasi oleh bahan-bahan makanan pokok yang tidak mengalami perlakuan teknologi yang baik, sehingga kandungan airnya akan
melimpah menjadi sampah. Pada tabel tersebut terlihat tidak seluruh persentase mencapai 100 karena sisa dari persentase yang tidak termasuk dapat berupa
plastik, besi dan lain-lain. Seperti pada pasar modern mall umumnya wadah makanan berupa plastik atau sejenisnya. Sedangkan untuk pasar tradisional jarang
sekali penggunaan bahan-bahan tersebut sehingga kadar airnya lebih banyak. Kegiatan aktivitas di pasar tradisional dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Aktivitas kegiatan di pasar tradisional
Hal ini berbeda dengan pasar-pasar modern seperti mall atau swalayan, dimana bahan makanan tersebut mengalami perlakuan teknologi yang baik seperti
freezer , kulkas maupun pemanas. Sedangkan untuk nilai kalor sampah yang
berasal dari pasar modern lebih tinggi yakni berkisar 2102 kkalkg, bila dibandingkan dengan nilai kalor sampah yang bersumber dari pasar tradisional
yakni hanya berkisar 17,78 kkalkg. Hal ini disebabkan oleh mutu atau kualitas bahan-bahan makanan yang bersumber dari pasar-pasar modern lebih baik,
dibandingkan dengan mutu bahan makanan yang bersumber dari pasar tradisional, sehingga sisa-sisa bahan makanan tersebut yang menjadi sampah juga mengalami
78 perbedaan kualitas terutama dari segi kalori. Data komposisi sampah pada pasar
tradisional dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Komposisi sampah pasar tradisional
Persentase No. Komponen
Total Daur Ulang Dibuang
1 Organik sisa makanan, daun, dll
83,69 -
83,69 2 Anorganik
16,31 8,67
7,63 2.1.
Kertas 5,15
3,06 2,09
2.2. Plastik
9,66 5,06
4,60 2.3.
Kayu 0,12
0,12 0,00
2.4. Kaintekstil
- -
- 2.5. Karetkulit tiruan
0,14 0,14
- 2.6.
Logammetal 0,29
0,29 -
2.7. Gelaskaca
2.8. Sampah bongkahan 2.9. Sampah B3
0,12 -
0,12 2.10.
Lain-lain batu, pasir dll
0,82 - 0,82
Total 100 8,67
91,32
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
Komposisi timbulan sampah pasar tradisional yang berasal dari bahan organik seperti; sisa makanan, dedaunan dan lain-lain berkisar 83,69, dan
sekitar 16,31 yang merupakan timbulan sampah anorganik berupa kertas, plastik, kayu, kaintekstil, karet, logam, kaca, sampah bongkahan dan sampah B3
bahan berbahaya dan beracun. Berdasarkan komposisi sampah yang telah mengalami proses atau daur
ulang, baru sekitar 8,67 dan masih terdapat sekitar 91,32 sampah baik bahan organik maupun anorganik belum mengalami proses daur ulang. Kondisi ini
memberikan dampak yang buruk terutama bagi kesehatan lingkungan dan manusia. Apabila kapasitas asimilasi assimilation capacities lingkungan telah
mencapai batas toleransi, maka timbulan-timbulan sampah tersebut akan menjadi pencemar. Untuk melihat perbandingan antara sampah yang di daur ulang dan
yang dibuang pada pasar tradisional dapat dilihat pada Gambar 23.
79
Pengelolaan Sampah Pasar Tradisional di DKI Jakarta
8.67
91.32 di daur ulang
di buang
Gambar 23. Pengelolaan sampah pasar modern di DKI Jakarta Komposisi sampah yang berasal dari pertokoan modern seperti mall, plaza,
restauran dan rumah makan, terdiri dari bahan organik sisa makanan, dedaunan dan lain-lain sekitar 45,5 dan bahan anorganik sekitar 54,5. Hal ini
menunjukkan bahwa komposisi sampah yang bersumber dari pertokoan modern lebih didominasi oleh bahan anorganik seperti kertas 26,06, plastik 12,10,
gelas 7,24, kayu 4,03, batu, kerikil dan pasir 2,61, kaintekstil 1,49, logammetal 0,82 dan B3 sekitar 0,15. Komposisi tersebut selengkapnya
disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Komposisi sampah pertokoan modern
Persentase No. Komponen
Total Daur ulang
Dibuang 1
Organik sisa makanan, daun, dll 45,5
0,00 45,5
2 Anorganik 54,5
39,04 15,46
2.1. Kertas
26,06 16,72
9,34 2.2.
Plastik 12,10
8,74 3,36
2.3. Kayu
4,03 4,03
0,00 2.4.
Kaintekstil 1,49
1,49 -
2.5. Karetkulit tiruan -
- -
2.6. Logammetal
0,82 0,82
- 2.7.
Gelaskaca 7,24
7,24 -
2.8. Sampah bongkahan -
- -
2.9. Sampah B3 0,15
0,00 0,15
2.10. Lain-lain batu, pasir dll 2,61
0,00 2,61
Total 100 39,04
60,96
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005
80 Sedangkan komposisi sampah pertokoan yang telah mengalami prosessing
atau pendaurulangan sekitar 39,04 dan masih ada sekitar 60,69 yang belum di daur ulang. Apabila kondisi ini terus dibiarkan, maka tidak mungkin kesehatan
lingkungan dan manusia akan terganggu dengan semakin bertambahnya volume sampah setiap harinya. Untuk melihat perbandingan antara sampah yang di daur
ulang dan yang dibuang pada pasar modern dapat dilihat pada Gambar 24.
Pengelolaan Sampah Pasar Modern di DKI Jakarta
39.04 60.96
di daur ulang di buang
Gambar 24. Pengelolaan sampah pasar modern di DKI Jakarta
5.1.2. Sumber di Sepanjang Pantai Pantura Jakarta
Kualitas perairan Teluk Jakarta selain dipengaruhi oleh kualitas air sungai yang bermuara di Teluk Jakarta juga dipengaruhi oleh kegiatan di sepanjang
pantai utara Jakarta. Aktivitas kegiatan di pantai utara Jakarta seperti banyaknya pelabuhan-pelabuhan di DKI Jakarta memberikan kontribusi juga terhadap
pencemaran Teluk Jakarta. Kegiatan aktivitas pelabuhan di pantai utara Jakarta dapat dilihat pada Gambar 25, dan kegiatan aktivitas nelayan di pantai utara
Jakarta dapat dilihat pada Gambar 26.