92
SEDANG 51-70 BURUK 26-50
Lokasi Pemantauan Muara Sungai
Oleh : IRMAN FIRMANSYAH
P052040261 Sumber Peta : BPLHD DKI Jakarta
Gambar 28. Lokasi Pemantauan muara sungai di DKI Jakarta
Semakin tinggi nilai beban pencemaran untuk parameter yang tergolong limbah domestik, industri, pelapukan batuanlimpasan dari tanah, maka beban
yang harus diterima oleh teluk semakin besar sehingga pada batas toleransi tertentu akan terjadi akumulasi polutan dan sebaliknya nilai beban pencemaran
yang rendah dapat membuat teluk membersihkan sendiri setiap polutan yang masuk. Kemampuan untuk membersihkan sendiri suatu perairan terhadap setiap
polutan yang masuk di sebut kapasitas asimilasi suatu perairan.
5.2.3. Analisis Kapasitas Asimilasi Perairan Teluk Jakarta
Kapasitas asimilasi suatu perairan ditentukan oleh morfologi dan dinamika perairan tersebut serta jenis dan jumlah limbah total pollutant load yang masuk
ke dalam perairan tersebut. Dalam hal ini, perhitungan kapasitas asimilasi dilakukan secara tidak langsung inderect approach yaitu dengan metode
hubungan antara kualitas air dan beban limbahnya. Nilai kapasitas asimilasi diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter
bahan pencemar di perairan pesisir dengan total beban bahan pencemar tersebut di
93 muara sungai, untuk kemudian dianalisis dan membandingkannya dengan baku
mutu air laut yang diperuntukkan untuk biota dan budidaya laut berdasarkan Kep- Men KLH No. 51Men LH2004.
Belum terlampaui kapasitas asimilasi menunjukkan bahwa beban pencemaran yang masuk masih rendah, kemudian nilai ambang batas baku
mutunya pun lebih tinggi dari kondisi konsentrasi saat ini. Berarti bahan-bahan yang masuk dapat mengalami proses-proses difusi dan lain-lain di dalam
lingkungan perairan yang lebih baik dari pada parameter lain yang sudah melampaui kapasitas asimilasinya.
Beberapa parameter yang diuji untuk mengetahui kapasitas asimilasi Teluk Jakarta adalah TDS, TSS, Mn, PO
4
, Zn, SO
4
, MBAS, KMnO
4
, BOD, dan COD. Dimana sampel kualitas perairan yang ada dimulai dari tahun 2000 hingga 2005,
sehingga regresi yang terbentuk merupakan hubungan kapasitas asimilasi Teluk Jakarta terhadap bahan pencemar dalam jangka 6 tahun. Data perhitungan
regresi fungsi y, beban pencemaran, dan kapasitas asimilasi tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Kapasitas asimilasi perairan Teluk Jakarta
No Parameter Fungsi
y R
2
Beban Pencemaran
Tahun 2005 tonbulan
Kapasitas Asimilasi
tonbulan
1 TDS 0,00173x+811
0,62 2.313.609,07
109.249 2 TSS
0.00281x-1,81 0,912 17.016,78 71.819
3 Mn 0,00216x+0,0782
0,99 418,3
426,8 4 PO
4
0,00296x+0,0264 0,995 518,85 160
5 Zn 0,0024x+0,03
0,093 10,62
404,2 6 SO
4
0,00173x+45,7 0,994 141.610,11 31.387 7 MBAS
0,00283x+0,184 0,988
441,87 112
8 KMnO
4
0,00239x+9,72 0,974 23.785,43 6.393 9 BOD
0,00252x+6,64 0,972
16.369,05 5.602
10 COD 0,00234x+13,7
0,971 52.983,15
6.966
Untuk mempermudah dalam melihat kapasitas asimilasi yang terbentuk dari regresi hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi bahan pencemar,
maka akan ditampilkan dalam bentuk gambar Gambar 29 – Gambar 38, dan analisis perhitungan regresi dapat dilihat pada Lampiran 22.
94
Load TDS t on mont h T
D S
C o
n c
e n
tr a
ti o
n m
g l
2500000 2000000
1500000 1000000
500000 6000
5000 4000
3000 2000
1000 109249
1000
y = 0,00173x + 811 R
2
= 0,62
Gambar 29. Analisis regresi antara beban pencemar TDS di muara dengan konsentrasi TDS di Teluk Jakarta dari tahun
2000-2005
Penentuan kapasitas asimilasi untuk TDS dilakukan dengan persamaan regresi y = 0,00173x + 811 dengan R
2
= 0,62. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
109.249 tonbulan. Dari Gambar 29 terlihat bahwa nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui. Hal ini menggambarkan bahwa perairan Teluk Jakarta telah
tercemar bahan pencemar TDS.
Load TSS t on mont h T
S S
C o
n c
e n
tr a
ti o
n m
g l
80000 70000
60000 50000
40000 30000
20000 10000
200 175
150 125
100 75
50 71819
200
y = 0,00281x - 1,81 R
2
= 0,912
Gambar 30. Analisis regresi antara beban pencemar TSS di muara dengan konsentrasi TSS di Teluk Jakarta dari tahun 2000-
2005
95 Penentuan kapasitas asimilasi untuk TSS dilakukan dengan persamaan
regresi y = 0,00281x - 1.81 dengan R
2
= 0,912. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
71.819 tonbulan. Dari Gambar 30 terlihat bahwa kondisi perairan Teluk Jakarta masih belum tercemar dengan parameter TSS karena masih di bawah nilai
kapasitas asimilasinya.
Load Mn t on mont h M
n C
o n
c e
n tr
a ti
o n
m g
l
450 400
350 300
250 200
150 100
1.0 0.9
0.8 0.7
0.6 0.5
0.4 0.3
426.8 1
y = 0,00216x + 0,0782 R
2
= 0,99
Gambar 31. Analisis regresi antara beban pencemar Mn di muara dengan konsentrasi Mn di Teluk Jakarta dari tahun 2000-
2005
Penentuan kapasitas asimilasi untuk Mn dilakukan dengan persamaan regresi y = 0,00216x + 0,0782 dengan R
2
= 0,99. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
426,8 tonbulan. Dari Gambar 31 terlihat bahwa kondisi perairan Teluk Jakarta masih belum tercemar dengan parameter Mn karena masih di bawah nilai
kapasitas asimilasinya.
96
Load PO4 t on mont h P
O 4
C o
n c
e n
tr a
ti o
n m
g l
1200 1000
800 600
400 200
4.0 3.5
3.0 2.5
2.0 1.5
1.0 0.5
160
0.5
y = 0,00296x + 0,0264 R
2
= 0,995
Gambar 32. Analisis regresi antara beban pencemar PO
4
di muara dengan konsentrasi PO
4
di Teluk Jakarta dari tahun 2000- 2005
Penentuan kapasitas asimilasi untuk PO
4
dilakukan dengan persamaan regresi y = 0,00296x + 0,0264 dengan R
2
= 0,995. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi
sebesar 160 tonbulan. Dari Gambar 32 terlihat bahwa nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui. Hal ini menggambarkan bahwa perairan Teluk
Jakarta telah tercemar bahan pencemar PO
4
.
Load Zn t on mont h Z
n C
o n
c e
n tr
a ti
o n
m g
l
400 300
200 100
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
404.2 1
y = 0,00240x + 0,0300 R
2
= 0,093
Gambar 33. Analisis regresi antara beban pencemar Zn di muara dengan konsentrasi Zn di Teluk Jakarta dari tahun 2000-
2005
97 Penentuan kapasitas asimilasi untuk Zn dilakukan dengan persamaan regresi
y = 0,00240x + 0,0300 dengan R
2
= 0,093. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
404,2 tonbulan. Dari Gambar 33 terlihat bahwa kondisi perairan Teluk Jakarta masih belum tercemar dengan parameter Zn karena masih di bawah nilai kapasitas
asimilasinya.
Load SO4 t on mont h S
O 4
C o
n c
e n
tr a
ti o
n m
g l
300000 250000
200000 150000
100000 50000
600 500
400 300
200 100
31387
100
y = 0,00173x + 45,7 R
2
= 0,994
Gambar 34. Analisis regresi antara beban pencemar SO
4
di muara dengan konsentrasi SO
4
di Teluk Jakarta dari tahun 2000- 2005
Penentuan kapasitas asimilasi untuk SO
4
dilakukan dengan persamaan regresi y = 0.00173x + 45.7 dengan R
2
= 0,994. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
31.387 tonbulan. Dari Gambar 34 terlihat bahwa nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui. Hal ini menggambarkan bahwa perairan Teluk Jakarta telah
tercemar bahan pencemar SO
4
.
98
Load MBAS t on mont h M
B A
S C
o n
c e
n tr
a ti
o n
m g
l
1600 1400
1200 1000
800 600
400 200
5 4
3 2
1 112
0.5
y = 0,00283x + 0,184 R
2
= 0,988
Gambar 35. Analisis regresi antara beban pencemar MBAS di muara dengan konsentrasi MBAS di Teluk Jakarta dari tahun
2000-2005
Penentuan kapasitas asimilasi untuk MBAS dilakukan dengan persamaan regresi y = 0,00283x + 0,184 dengan R
2
= 0,988. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
112 tonbulan. Dari Gambar 35 terlihat bahwa nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui. Hal ini menggambarkan bahwa perairan Teluk Jakarta telah tercemar
bahan pencemar MBAS.
Load KMnO4 t on mont h K
M n
O 4
C o
n c
e n
tr a
ti o
n m
g l
25000 20000
15000 10000
5000 70
60 50
40 30
20 6393
25
y = 0,00239x + 9,72 R
2
= 0,974
Gambar 36. Analisis regresi antara beban pencemar KMnO
4
di muara dengan konsentrasi KMnO
4
di Teluk Jakarta dari tahun 2000-2005
99 Penentuan kapasitas asimilasi untuk KMnO
4
dilakukan dengan persamaan regresi y = 0,00239x + 9,72 dengan R
2
= 0,974. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
6.393 tonbulan. Dari Gambar 36 terlihat bahwa nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui. Hal ini menggambarkan bahwa perairan Teluk Jakarta telah
tercemar bahan pencemar KMnO
4
.
Load BOD t on mont h B
O D
C o
n c
e n
tr a
ti o
n m
g l
17500 15000
12500 10000
7500 5000
50 45
40 35
30 25
20 5302
20
y = 0,00252x + 6,64 R
2
= 0,972
Gambar 37. Analisis regresi antara beban pencemar BOD di muara dengan konsentrasi PO
4
di Teluk Jakarta dari tahun 2000- 2005
Penentuan kapasitas asimilasi untuk BOD dilakukan dengan persamaan regresi y = 0,00252x + 6,64 dengan R
2
= 0,972. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
5.302 tonbulan. Dari Gambar 37 terlihat bahwa nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui. Hal ini menggambarkan bahwa perairan Teluk Jakarta telah
tercemar bahan pencemar BOD.
100
Load COD t on mont h C
O D
C o
n c
e n
tr a
ti o
n m
g l
50000 40000
30000 20000
10000 140
120 100
80 60
40 20
6966
30
y = 0,00234x + 13,7 R
2
=0,971
Gambar 38. Analisis regresi antara beban pencemar COD di muara dengan konsentrasi COD di Teluk Jakarta dari tahun
2000-2005
Penentuan kapasitas asimilasi untuk COD dilakukan dengan persamaan regresi y = 0,00234x + 13,7 dengan R
2
= 0,971. Hasil perpotongan garis regresi dengan garis baku mutu menghasilkan perpotongan kapasitas asimilasi sebesar
6.966 tonbulan. Dari Gambar 38 terlihat bahwa nilai kapasitas asimilasinya telah terlampaui. Hal ini menggambarkan bahwa perairan Teluk Jakarta telah
tercemar bahan pencemar COD.
5.3. Struktur Elemen Kunci dalam Model Pengendalian Pencemaran Teluk Jakarta
Metode ISM digunakan untuk menganalisa keterkaitan dan ketergantungan antar elemen yang membentuk struktur model pengendalian pencemaran Teluk
Jakarta. Dari Hasil diskusi ahli teridentifikasi empat faktor penting yang perlu dikaji, yaitu peran pemerintah, tujuan pembentukan model pengendalian
pencemaran Teluk Jakarta, Kendala dalam pengelolaan, dan tolok ukur daya dukung lingkungan Teluk Jakarta.
5.3.1. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Model Pengendalian
Pencemaran Teluk Jakarta
Ada 4 elemen peran pemerintah yang terlibat dalam pengembangan model pengendalian pencemaran Teluk Jakarta baik langsung maupun tidak langsung,
yang dijabarkan lagi menjadi 11 subelemen seperti terlihat pada Tabel 30. Interpretasi dalam bentuk hierarki disajikan pada Gambar 39 dan pada Gambar 40
subelemen dikelompokkan kedalam empat sektor yakni autonomous, dependent, linkage
dan independent. Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 23.
Tabel 30. Elemen peran pemerintah dalam pengembangan model pengendalian pencemaran Teluk Jakarta
Elemen Subelemen
I. Tata ruang 1. Tata ruang DKI Jakarta
2. Pemetaan tata ruang 3. Evaluasi kesesuaian lahan
4. Reklamasi Teluk Jakarta
II. Kebijakan 5. Penerapan Kebijakan antar stakeholder
pencemaran, tata ruang dan yang terkait dengan pencemaran Teluk Jakarta
6. Ketegasan penegakan hukum terhadap pelanggaran
7. Kajian kebijakan III. Renstra
8. Prioritas rencana strategis 9. Realisasi penerapan renstra
IV. Koordinasi daerah 10. Koordinasi antar wilayah administrasi
11. Prinsip integrasi lintas sektoral