10
1,2,3,8,9,10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Catatan 1.
Kurangnya visi dan misi pengelolaan lingkungan stakeholder
2. Perbedaan tujuan antar stakeholder
3. Perbedaan tujuan antar wilayah
administrasi 4.
Konsistensi arah kerjasama antar stakeholder
5. Konsistensi arah kerjasama antar
wilayah administrasi 6.
Karakter dan etika dalam kerjasama 7.
Kekuatan manajemen 8.
Dukungan peraturan 9.
Persaingan kebutuhan 10. Peraturan
5 7
4 6
D r
i v
e r
P o
w e
r
Gambar 44.
Matriks DP-D untuk elemen kendala dalam pengembangan sistem pengendalian pencemaran Teluk
Jakarta
5.3.4. Tolok Ukur Keberhasilan dalam Model Pengendalian Pencemaran Teluk Jakarta
Didalam analisis ini elemen tolok ukur keberhasilan dijabarkan dalam subelemen seperti pada Tabel 33 Interpretasinya tolok ukur keberhasilan dalam
bentuk hierarki pada Gambar 45 dan pada Gambar 46 elemen keberhasilan dikelompokkan ke dalam sektor-sektor autonomous, dependent, linkage dan
independent . Untuk analisis ISM data disajikan pada Lampiran 26.
Tabel 33. Elemen tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model pengendalian pencemaran Teluk Jakarta
Elemen Subelemen
I. Kualitas perairan Teluk Jakarta
1. Menurunnya jumlah bahan pencemar yang melebihi baku mutu
2. Menurunnya jumlah limbah padat sampah di Teluk Jakarta
3. Keragaman biota dan tumbuhan laut II. Penduduk
4. Perubahan pola pikir masyarakat pendidikan
5. Peningkatan pendapatan 6. Fasilitas TPA yang memadai
7. Pengaturan terhadap penyebaran dan
kepadatan penduduk III. Industri
8. Manajemen industri 9. Penggunaan peralatan yang ramah
lingkungan 10. Teknik pengolahan limbah IPAL industri
11. Meningkatnya jumlah industri yang mendapatkan PROPER
IV. Pasar 12. Manajemen pengolahan limbah pasar
13. Teridentifikasinya pasar terutama pasar tumpah, dan juga pasar tradisional serta pasar
modern 14. Jumlah pasar yang memiliki dokumen
lingkungan AMDAL atau UKL-UPL V. Pelabuhan
15. Jumlah pelabuhan yang memenuhi standar internasional pelabuhan
16. Keteraturan transportasi laut 17. Pengolahan limbah pelabuhan
Dari Tabel 33 terlihat bahwa tolok ukur keberhasilan yang merupakan elemen kunci dalam pembentukan model pengendalian pencemaran Teluk Jakarta
adalah perubahan pola pikir masyarakat, manajemen industri, meningkatnya jumlah industri yang mendapatkan proper, manajemen pengolahan limbah pasar,
jumlah pasar yang memiliki dokumen lingkungan, jumlah pelabuhan yang memiliki standar internasional, dan keteraturan transportasi laut. Ketujuh tolok
ukur keberhasilan ini ini berada di dalam sektor independent Gambar 46, yang berarti bahwa dalam pengembangan model pengendalian pencemaran laut
berperan sebagai peubah bebas yang mempunyai kekuatan penggerak besar namun tidak tergantung kepada sistem.
13. Teridentifikasinya pasar
17. Pengolahan limbah
pelabuhan 6. Fasilitas TPA
yang memadai
9. Penggunaan peralatan yang
ramah lingkungan
7. Pengaturan terhadap penyebaran dan
kepadatan penduduk 5. Peningkatan
pendapatan
10. Teknik pengolahan
limbah IPAL industri
2. Menurunnya jumlah limbah padat sampah
di Teluk Jakarta 1.Menurunnya jumlah
bahan pencemar yang melebihi baku mutu
3. Keragaman biota dan tumbuhan laut
14. Jumlah pasar yang memiliki
dokumen lingkungan
8. Manajemen industri
15. Jumlah pelabuhan yang
memenuhi standar 16. Keteraturan
transportasi laut 4. Perubahan pola
pikir masyarakat pendidikan
11. Meningkatnya jumlah industri
yang mendapatkan proper
12. Manajemen pengolahan limbah
pasar
Gambar 45. Diagram hierarki dari subelemen tolok ukur dalam
pengembangan sistem pengendalian pencemaran Teluk Jakarta
Hasil analisis ini menggambarkan pendapat para ahli bahwa tolok ukur keberhasilan dalam pengembangan model pengendalian pencemaran Teluk
Jakarta diawali oleh perubahan pola pikir masyarakat, manajemen industri,
meningkatnya jumlah industri yang mendapatkan proper, manajemen pengolahan limbah pasar, jumlah pasar yang memiliki dokumen lingkungan, jumlah
pelabuhan yang memiliki standar internasional, dan keteraturan transportasi laut, berarti diawali oleh perlunya strategi untuk meningkatkan kepedulian lingkungan
dari stakeholder yang terlibat dalam pencemaran Teluk Jakarta. Tolok ukur keberhasilan lainnya yang juga merupakan elemen kunci dalam
pengembangan model pengendalian pencemaran Teluk Jakarta adalah menurunnya jumlah bahan pencemar yang melebihi baku mutu, menurunnya
jumlah limbah padat sampah di Teluk Jakarta, dan keragaman biota dan tumbuhan laut. Selain mempunyai kekuatan penggerak besar, ketiga tujuan
tersebut mempunyai ketergantungan besar pada sistem. Kajian atas ketiga tujuan ini perlu dilakukan secara hati-hati karena setiap tindakan pada peubah yang ada
dalam sektor linkage akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut.
Menurunnya jumlah bahan pencemar yang melebihi baku mutu, menurunnya jumlah limbah padat sampah di Teluk Jakarta, serta keragaman
biota dan tumbuhan laut menyambungkan tujuh tolok ukur keberhasilan di sektor independent
dengan tujuh tolok ukur keberhasilan yang berada di sektor dependent
yaitu penggunaan peralatan yang ramah lingkungan, teknik pengolahan limbah IPAL industri, teridentifikasinya pasar, pengolahan limbah pelabuhan,
meningkatkan pendapatan, fasilitas TPA yang memadai, serta pengaturan terhadap penyebaran dan kepadatan penduduk.
Hasil analisis ini memberikan makna bahwa ketujuh tolok ukur keberhasilan yang terakhir sangat tergantung pada sistem dan tidak mempunyai kekuatan
penggerak yang besar. Dalam pengembangan model pengendalian pencemaran Teluk Jakarta posisinya akan mengikuti tolok ukur keberhasilan lainnya yang
berada di sektor linkage dan independent.
10
4, 8, 11,12, 14,15,16
3 4
5 6
7 8
9
1,2,3
5,6,7 9,10,13,17
2 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 15
16 15
14 13
D r
i v
e r
P o
w e
r 12
11
Gambar 46.
Matriks DP-D untuk elemen tolok ukur dalam pengembangan sistem pengendalian pencemaran Teluk
Jakarta
Catatan 1.
Menurunnya jumlah bahan pencemar yang melebihi baku mutu 2.
Menurunnya jumlah limbah padat sampah di Teluk Jakarta 3.
Keragaman biota dan tumbuhan laut 4.
Perubahan pola pikir masyarakat pendidikan 5.
Peningkatan pendapatan 6.
Fasilitas TPA yang memadai 7.
Pengaturan terhadap penyebaran dan kepadatan penduduk 8.
Manajemen industri 9.
Penggunaan peralatan yang ramah lingkungan 10. Teknik pengolahan limbah IPAL industri
11. Meningkatnya jumlah industri yang mendapatkan proper 12. Manajemen pengolahan limbah pasar
13. Teridentifikasinya pasar terutama pasar tumpah, dan juga pasar tradisional serta pasar modern 14. Jumlah pasar yang memiliki dokumen lingkungan AMDAL atau UKL-UPL
15. Jumlah pelabuhan yang memenuhi standar internasional pelabuhan 16. Keteraturan transportasi laut
17. Pengolahan limbah pelabuhan
Perlu dicermati bahwa posisi tolok ukur keberhasilan penggunaan peralatan yang ramah lingkungan, teknik pengolahan limbah IPAL industri,
teridentifikasinya pasar, serta pengolahan limbah pelabuhan berada di atas tolok ukur keberhasilan meningkatkan pendapatan, fasilitas TPA yang memadai, serta
pengaturan terhadap penyebaran dan kepadatan penduduk. Hal ini menggambarkan empat tolok ukur keberhasilan tersebut relatif lebih penting
dibandingkan tiga tolok ukur yang berada pada posisi paling bawah, berarti bahwa hal ini dianggap relatif kurang perlu dibandingkan tolok ukur keberhasilan yang
lainnya.
5.3.5. Struktur Tingkat Kepentingan antara Subelemen pada Empat Faktor