Analisis Kebutuhan Pendekatan Sistem

5.4. Pendekatan Sistem

5.4.1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan tahap awal dalam pendekatan sistem, dan sangat menentukan kelayakan sistem yang dibangun. Dalam tahap ini, dilakukan inventarisasi kebutuhan segenap pelaku stakeholder yang terlibat, sebagai masukan dalam model. Masing-masing pelaku memiliki kebutuhan dan pandangan terhadap peningkatan kualitas lingkungan khususnya perbaikan kualitas perairan Teluk Jakarta, dan dapat saling bertentangan. Pelaku yang terlibat adalah meliputi masyarakat yang tinggal di sekitar Teluk Jakarta, pengusaha yang terlibat dalam aktivitas perekonomian, dan pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. 1 Masyarakat di sekitar Teluk Jakarta • Terjaganya kondisi kesehatan masyarakat • Kondisi hutan mangrove tidak tercemari sehingga ikan dan mahluk hidup lainnya dapat hidup dan berkembang biak bertelur sehingga nelayan bisa memperoleh ikan di laut tanpa tercemari. • Ketersediaan lahan yang tidak tercemar. • Perluasan kesempatan kerja 2 Aktivitas ekonomi industri dan pasar • Peningkatan investasi • Pertumbuhan industri pangsa pasar • Profit yang maksimal 3 Pemerintah • Pengendalian pencemaran laut akibat pemukiman, industri, transportasi dan pelabuhan laut, rumah sakit, industri perikanan serta perdagangan dan jasa melalui regulasi • Memberikan perlindungan kepada masyarakat dan lingkungan. • Peningkatan devisa negara. • Pemanfaatan sumberdaya lingkungan secara optimal. • Tidak terjadi pencemaran lingkungan khususnya laut. • Kesejahteraan masyarakat • Lingkungan tidak rusak sehingga aman bagi mahluk hidup lainnya. • Kondisi lahan dan air yang tidak tercemari sehingga mampu mempertahankan keseimbangan ekologisnya. • Adanya upaya kelestarian. • Adanya upaya perbaikan habitat. Kebutuhan dalam pengembangan sistem pengendalian pencemaran Teluk Jakarta dilakukan dengan metode interpretatif structural modelling ISM berdasarkan tingkat kepentingan faktor-faktor yang ada yang dipilah dari struktur elemen kunci berdasarkan pendapat pakar. Dari metode tersebut didapatkan informasi mengenai faktor kunci dan tujuan strategis yang berperan dalam pengendalian pencemaran Teluk Jakarta sebagai kebutuhan para pelaku stakeholder yang terlibat didalam pemanfaatan Teluk Jakarta tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Penentu faktor kunci dan tujuan strategis tersebut adalah sangat penting, dan sepenuhnya harus merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan ahli expert mengenai pengendalian pencemaran Teluk Jakarta. Berdasarkan hasil responden seperti yang telah di bahas sebelumnya faktor- faktor penting dalam pengembangan sistem pengendalian pencemaran Teluk Jakarta yaitu 1 Tata ruang, dalam tata ruang sangatlah penting untuk mengetahui penggunaan lahan yang tepat dan ideal dalam pemanfaatannya pada sebuah perkotaan 2 Penegakan hukum, menjadi dasar dalam kelancaran suatu kegiatan agar dapat mengikuti aturan yang sesuai dan untuk menghindari terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap kerusakan lingkungan 3 Prioritas rencana strategi daerah, merupakan acuan dalam mengembangkan prioritas pembangunan suatu wilayah dengan memperhatikan berbagai aspek-aspek terkait 4 Koordinasi daerah, sangatlah penting untuk dapat bersama-sama mengatasi permasalahan- permasalahan yang terjadi khususnya permasalahan pencemaran sungai karena terkait pada beberapa wilayah, dampak dari kegiatan di bagian hulu sungai dapat dirasakan juga pada bagian hilir sungai 5 Peningkatan fasilitas sosial, sangat menjamin kelancaran pengelolaan sampah khususnya limbah domestik dan pemukiman-pemukiman yang jauh dari TPS 6 Memperkuat pengawasan terhadap pencemaran, dapat menjadi faktor pendukung yang dapat meningkatkan kualitas air apabila kegiatan-kegiatan yang membuang limbahnya ke daerah pengaliran sungai DPS dapat teridentifikasi 7 Memperkuat hubungan antar stakeholder , dapat menjaga keharmonisan dan keseimbangan lingkungan dalam mengelola lingkungan 8 Persamaan visi, misi dan tujuan terhadap perbaikan lingkungan, merupakan suatu pandangan yang dapat memahami arti pentingnya lingkungan yang tidak tercemar sehingga dapat merasakan manfaatnya secara bersama-sama 9 Kompromi tingkat kebutuhan, merupakan suatu ikatan yang dapat membentuk kepedulian terhadap stakeholder lain dari dampak yang dikeluarkan 10 peningkatan pola pikir masyarakat, merupakan suatu usaha yang dapat memberi pengertian pada masyarakat akan pentingnya lingkungan di sekitar kita, yang harus dijaga secara bersama-sama untuk kepentingan generasi yang akan datang 11 Pengaturan penduduk, merupakan usaha untuk dapat mengelola keberlanjutan suatu daya dukung kawasan terhadap banyaknya penduduk, hal ini dapat dilakukan dengan cara transmigrasi 12 Penerapan IPAL industri dan pasar, dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah industri dan pasar 13 Peningkatan program proper, sebagai pemacu untuk dapat bersaing secara positif khususnya industri-industri, sehingga dapat mengurangi dampak kegiatan industri tersebut terhadap lingkungan 14 Kewajiban dokumen lingkungan untuk industri dan pasar, merupakan kepatuhan pihak industri dan pasar untuk dapat menjalankan kegiatannya sesuai dengan prosedur yang ramah terhadap lingkungan sehingga dampak terhadap lingkungan dapat diminimalisasikan. Dari hasil ISM di dapat lima faktor utama pada sektor independent antara lain penegakan hukum, hubungan antar stakeholder, koordinasi daerah, kompromi tingkat kebutuhan serta persamaan visi, misi dan tujuan. Namun terdapat delapan faktor lainnya yang termasuk penting dan tidak boleh diabaikan karena setiap tindakan pada peubah yang masuk dalam sektor linkage ini akan memberikan dampak terhadap lainnya dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain tata ruang, prioritas rencana strategi daerah, memperkuat pengawasan terhadap pencemaran, peningkatan pola pikir masyarakat, pengaturan jumlah penduduk, penerapan IPAL Industri, peningkatkan program proper, mewajibkan adanya dokumen lingkungan untuk industri dan pasar. Dalam sistem ini akan dibahas lima faktor yang dianggap sebagai faktor utama dalam sistem pengendalian pencemaran Teluk Jakarta.

5.4.2. Formulasi Masalah