64 pembusukan sampah, warna sungai menjadi hitam berminyak seperti warna kertas
film, dan tanah di sekitar buangan atau tempat penumpukan menjadi labil atau rentan terhadap erosi. Secara langsung dan tidak langsung hal tersebut akan
menyebabkan gangguan bagi manusia atau masyarakat sendiri. Terbukti dengan tingginya jumlah penderita demam berdarah, muntaber, dan penyakit kulit dan
penyakit saluran pernapasan, terutama di daerah-daerah kota di sekitar sungai.
5.1.1.2. Limbah Industri A. Jenis-jenis Limbah Industri di Perairan Teluk Jakarta
Berbeda halnya dengan air buangan rumah tangga, air buangan industri mempunyai karakteristik yang sangat bervariasi antara satu jenis industri dengan
jenis industri lainnya. Bahkan untuk industri yang menghasilkan produk yang sama akan tetapi menggunakan bahan baku atau proses yang berbeda dapat
menghasilkan air buangan dengan karakteristik yang berbeda, terutama konsentrasi bahan yang terkandung di dalamnya. Bahan polutan yang terkandung
di dalam air buangan menurut Prapto 1992, secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu bahan terapung, bahan tersuspensi dan bahan terlarut.
Selain dari ketiga kategori tersebut, ada polutan lain yaitu panas, warna, rasa dan bau, serta radioaktif. Menurut sifatnya ketiga kategori bahan polutan tersebut
dapat dibedakan sebagai yang biodegradable mudah terurai secara biologi dan yang nonbiodegradable.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat delapan kelompok besar penghasil limbah B3, tujuh diantaranya kelompok industri skala
menengah dan besar, serta satu kelompok rumah sakit yang juga memiliki potensi menghasilkan limbah B3.
1. Industri tekstil dan kulit
Air buangan tekstil pada umumnya mempunyai warna yang pekat, pH, BOD, temperatur dan bahan tersuspensi yang tinggi. Kandngan BOD
bervariasi antara 50 sampai 10.000 mgl tergantung pada macam atau jenis tekstil yang dihasilkan. Sumber utama limbah B3 pada industri tekstil adalah
penggunaan zat warna. Beberapa zat warna dikenal mengandung Cr, seperti
65 senyawa Na
2
Cr
2
O
7
atau senyawa Na
2
Cr
3
O
7
. Industri batik menggunakan senyawa naftol yang sangat berbahaya. Senyawa lain dalam kategori B3
adalah H
2
O
2
yang sangat reaktif dan HClO yang bersifat toksik. Industri kulit menghasilkan air buangan yang mengandung padatan total,
garam, sulfida, ion khrom, BOD dan kesadahan yang tinggi. BOD air buangan ini bervariasi antara 500 sampai 5.000 mgl. Beberapa tahap proses
pada industri kulit yang menghasilkan limbah B3 antara lain washing, soaking
, dehairing, lisneasplatting, bathing, pickling, dan degreasing. Tahap selanjutnya meliputi tanning, shaving, dan polishing. Proses tersebut
menggunakan pewarna yang mengandung Cr dan H
2
SO
4
. Hal inilah yang menjadi pertimbangan untuk memasukkan industri kulit dalam kategori
penghasil limbah B3.
2. Pabrik kertas dan percetakan
Sumber limbah padat berbahaya di pabrik kertas berasal dari proses pengambilan kembali recovery bahan kimia yang memerlukan stabilisasi
sebelum ditimbun. Sumber limbah lainnya ada pada permesinan kertas, pada pembuangan blow down boiler dan proses pematangan kertas yang
menghasilkan residu beracun. Setelah residu tersebut diolah, dihasilkan konsentrat lumpur beracun.
Produk samping proses percetakan yang dianggap berbahaya dan beracun adalah dari limbah cair pencucian rol film,
pembersihan mesin, dan pemrosesan film. Proses ini menghasilkan konsentrat lumpur sebesar 1-4 persen dari volume limbah cair yang diolah. Industri
persuratkabaran yang memiliki tiras jutaan eksemplar ternyata memiliki potensi sebagai penghasil limbah B3.
Industri kertas dan percetakan mempunyai air buangan dengan kandungan warna, bahan tersuspensi, bahan koloid, padatan terlarut dan bahan
pengisi anorganik yang tinggi. Derajat keasaman pH air dapat tinggi dan rendah tergantung proses yang digunakan. BOD air buangan ini dapat
mencapai 25.000 mgl, namun tidak mudah terurai dengan proses biologi konvensional karena adanya refractory contaminant yang sangat toksik
terhadap mikroorganisme air.