Karakter Sampah Domestik Limbah Rumah Tangga Domestik A. Jumlah Limbah Rumah Tangga

61 lainnya. Peluang inilah yang harusnya diambil oleh pemerintah daerah di tengah- tengah semakin semrawutnya Jakarta dan semakin tercemarnya Teluk Jakarta untuk menjadikan Jakarta sebagai kota ”zero waste”. Semboyan tersebut sering kali menjadi slogan dibanding kenyataan.

C. Karakter Sampah Domestik

Karakteristik sampah sangat penting untuk menentukan teknologi pengurangan dan pemusnahan sampah yang harus digunakan seperti misalnya insinerator maupun proses komposting. Sampah yang terlalu basah dengan nilai kalor yang rendah sangat mustahil untuk direduksi melalui sistem pembakaran insenerator sedangkan sampah yang terlalu kering memerlukan perlakuan khusus dalam proses pengkomposan. Pada tabel di bawah ini dapat kita lihat hasil analisis laboratorium terhadap besarnya nilai kalor, kadar air dan kadar abu sampel berbagai jenis sampah DKI Jakarta pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai kalor dan kadar air sampah dari berbagai sumber Perhitungan Karakteristik Sumber Sampah Nilai Kalor KkalKg Kadar Air Kadar Abu Industri 3.553 23,73 11,93 Pasar Modern 2.102 36,59 17,13 Perkantoran 2.434 23,17 17,60 Pasar 1.778 56,58 10,26 Sekolah 3.248 31,31 13,92 Pemukiman Pendapatan Tinggi 2.332 47,40 16,43 Pemukiman Pendapatan Menengah 2.795 44,81 16,03 Pemukiman Pendapatan Rendah 2.149 45,85 16,27 Rata-rata 2.531 36,22 14,51 Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Balai Pelatihan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 2005 Dari data di atas terlihat bahwa nilai kalor terendah adalah pasar 1778 KkalKg, pemukiman rata-rata 2425 KkalKg, perkantoran 2434 KkalKg, sekolah 3248 KkalKg, dan industri 3553 KkalKg. Nilai kalor terendah sulit direduksi dengan sistem pembakaran insenerator. Begitu juga sebaliknya sampah dengan nilai kalor tertinggi sulit direduksi dengan sistem komposting. Dari data di atas terlihat bahwa sampah pasar dan pemukiman lebih mudah 62 dikelola dengan sistem komposting. Sedangkan sampah sekolah dan industri lebih tepat dikelola dengan sistem pembakaran. Sebagian dari sampah pemukiman dan perkantoran sebetulnya juga lebih mudah dikelola dengan sistem pembakaran tergantung dari komposisi sampah yang ada. Jika melihat pada data komposisi sampah sebelumnya, pemukiman lebih banyak didominasi oleh sampah organik. Artinya pengelolaan dapat dilakukan dengan sistem komposting. Meski jika terdapat jenis sampah anorganik disarankan untuk mereduksinya dengan pembakaran. Di bawah ini Tabel 16 ditunjukkan masing-masing nilai kalor, kadar abu dan kadar air bagi masing-masing sumber sampah. Tabel 16. Perkiraan karakteristik rata-rata sampah di DKI Jakarta Karakteristik Sampah Industri Pasar Modern Perkantoran Pasar Nilai Kalor 3.804 1.646 1.786 1.184 Kadar Air 27,13 39,91 27,85 59,88 Kadar Abu 5,03 7,22 5,53 9,27 Kemungkinan Insenerasi Pemukiman Karakteristik Sampah Sekolah Tinggi Sedang Rendah Nilai Kalor 2.090 2.795 2.332 2.149 Kadar Air 39,72 49,55 51,71 48,61 Kadar Abu 6,38 8,55 8,49 8,35 Kemungkinan Insenerasi Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2005 Keterangan : = sangat baik = baik = kurang baik Dari hasil penelitian komposisi sampah di Jakarta dan perkiraan karakteristik sampah Jakarta. Seperti Tabel 16 di atas, maka nilai kalor sampah Jakarta dari segala sumber memenuhi persyaratan untuk pengolahan dengan dibakar pada instalasi pembakaran sampah. Maka bahan yang paling baik untuk dibakar adalah sampah yang berasal dari wilayah komersial seperti perkantoran, sekolah, pasar modern dan lain-lain serta sampah yang berasal dari industri barang dari kain konveksi. Sampah dari pasar merupakan sampah yang kurang baik untuk direduksi dengan teknologi pembakaran karena kadar air yang tinggi dan nilai kalor yang relatif rendah dibandingkan sumber lainnya. 63 Untuk timbulan sampah rumah tangga, berdasarkan dari komposisi maupun karakteristiknya, ternyata mengalami perubahan apabila dibandingkan dengan komposisi dan karakter timbulan sampah 20 tahun lalu. Jika dilihat dari persyaratan dalam penerapan teknologi pembakaran sampah, perubahan tersebut menuju kearah perubahan yang lebih baik yaitu terjadi peningkatan pada nilai kalor dan penurunan air yang cukup signifikan, ini terjadi karena penurunan komposisi organik dan kenaikan pada komponen kertas dan plastik, sehingga pada saat ini karakteristik sampah rumah tangga dapat dikatagorikan dalam kriteria dapat diolah dengan menggunakan insenerasipembakaran. Dari hasil pengamatan dan wawancara diperoleh bahwa sebagian besar masyarakat disekitar sungai yaitu 100 m kiri kanan sungai membuang limbah domestiknya ke sungai sehingga volume limbah terutama limbah domestik di badan sungai relatif cukup besar.

D. Alasan Masyarakat Membuang Limbahnya ke Sungai